Home / Rumah Tangga / Suami yang Tak Diinginkan / 197. Kamu Merindukan Mama, Sayang?

Share

197. Kamu Merindukan Mama, Sayang?

Author: Butiran_Debu
last update Last Updated: 2022-08-07 10:44:23

Peresmian restoran baru itu begitu meriah dengan dihadiri banyak orang. Hendra dengan seorang pria bertubuh besar berdiri di depan pita merah, dengan sebuah gunting besar di tangan mereka. Keduanya tersenyum bangga oleh tepukan meriah di sekelilingnya.

Hendra melirik ke arah lain, berharap jika saja Juwita tiba-tiba muncul dari sana. Senyum manis yang selalu menjadi penyejuk hatinya seakan bisa Hendra lihat Juwi sunggingkan hanya untuknya. Akan tetapi, hanya di dalam kepalanya lah senyuman itu hadir, sebab Juwita tidak ada di tengah keramaian.

Menatap Alan di tempatnya berdiri, kemudian Hendra tersenyum. Meski anak itu belum mengerti apa yang sedang terjadi di sini, setidaknya kehadiran Alan cukup untuk menghibur hati Hendra.

Tepukan semakin meriah bersama dengan ucapan selamat dari para yang hadir di sana, kala pita merah itu akhirnya berhasil digunting. Hendra menyalami semua orang yang mengucapkan selamat atas peresmian restorannya. Berikutnya, dia duduk di salah satu meja bersama
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Hellen Tanjung
Pasti sih Lilis..
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Suami yang Tak Diinginkan   198. Pa, Siapa Dia?

    Senyum wanita itu begitu bersinar menyaingi mentari di luar sana. Tapi seperti apa pun dia berusaha membuat senyuman itu terlihat lebih indah, Hendra tidak bisa menikmatinya. Pertanyaan yang barusan terlontar dari mulutnya, untuk Alan, sangat mengganggu pikiran Hendra.“Pa,” panggil Alan, merapatkan diri pada Hendra. “Dia siapa?” ucapnya memeluk lengan papanya erat. Terlihat jelas ketakutan di wajah anak lugu itu.Hendra tersadar dari keterpakuannya dan segera dia memeluk Alan. Dadanya bergemuruh membalas tatapan wanita yang tak lain adalah Lilis, ibu kandung yang melahirkan Alan.Berani sekali dia memanggil Alan seperti itu?“Mad!” panggil Hendra.Orang yang belakangan ini selalu berada di dekatnya itu pun bergegas mendekati Hendra.“Iya, Pak, ada yang bisa saya bantu?”“Tolong bawa putraku.” Hendra hendak menurunkan Alan dari kursinya, tapi Lilis segera menghentikan niat lelaki itu.“Tidak boleh. Aku ingin bersama dengan Alan,” cegahnya.Rahang Hendra mengetat, marah tentu saja. Ap

    Last Updated : 2022-08-07
  • Suami yang Tak Diinginkan   199. Butuh Kasih Sayang

    Hendra memegangi kepalanya yang seketika terasa sakit. Permintaan Lilis sangat berat baginya, tidak mungkin dia biarkan Lilis berada di sisi Alan. Jika Juwita sampai tahu Hendra bertemu dengan perempuan ini, bisa saja Juwita menjadi marah. Apalagi sudah melibatkan Alan, mungkin Juwi akan berpikir Hendra berniat memperbaiki hubungan dengan Lilis.Sementara untuk saat ini dia merasa seperti dunianya sudah sangat jauh terbalik dibandingkan hidupnya yang dulu. Semua karena Juwita. Jika tak ada Juwita yang menyelamatkan hidupnya dari keterpurukan, Hendra pasti masih menjadi seorang pria miskin sekarang. Suami yang sama sekali tidak dianggap, suami yang selalu disebut tidak berguna dan direndahkan. Suami yang tak ada harga dirinya di depan wanita bernama Lilis. Bukankah sudah seharusnya Hendra sangat berterima kasih pada Juwita?Hal itu pula salah satu penguat hati Hendra untuk bertahan menunggu Juwita membuka diri kembali. Dia tidak akan menyia-nyiakan semua budi baik Juwi, dan juga cinta

    Last Updated : 2022-08-08
  • Suami yang Tak Diinginkan   200. Ini Bukan Mimpi

    “Huft!”Juwita menutup pintu mobilnya kasar. Setelah melewati kemacetan yang sangat padat, akhirnya dia sampai di tempat tujuan. Juwi menatap bangunan lantai dua yang ada di depannya, restoran milik suaminya yang baru dibuka. Meski sangat lelah menyetir selama berjam-jam, akhirnya dia tiba di sini. Rasa lelah itu seakan berkurang berganti dengan senyum bahagia, akhirnya sebentar lagi dia akan bertemu dengan orang yang dicintainya.“Dandanan aku nggak berantakan, kan?” Juwi segera menunduk di depan kaca spion mobilnya, melihat riasan wajah di sana. Untunglah dandanannya masih terlihat rapi dan cantik, tidak terbayangkan jika itu menjadi berantakan saat bertemu dengan Hendra.“Ya ampun, kenapa jadi grogi begini?” lagi dan lagi dia bergumam sendiri merasakan debaran jantung yang bertalu-talu di dalam sana. Bertemu Hendra setelah lama berdiam diri di kamar, ternyata bisa membuat seorang wanita berdebar tak karuan. Sudah seperti seorang yang baru merasakan jatuh cinta saja.“Tarik napas,

    Last Updated : 2022-08-08
  • Suami yang Tak Diinginkan   201. Di Mana Alan?

    Hendra dan Juwita terlalu bahagia dengan pertemuan itu. Rasa rindu yang menggebu pun tak dapat ditahan hanya dengan berpelukan di tengah lautan mata yang menatap mereka. Hendra lantas mengajak Juwita naik ke lantai dua, masuk ke sebuah ruangan kecil yang dia pakai selama mengurus restorannya. Di sini lah mereka sekarang duduk saling berhadapan, menatap satu sama lain ke kedalaman mata masing-masing. Seketika, rasa bahagia itu berubah menjadi canggung yang membuat keduanya sampai salah tingkah.“Kamu... tahu dari mana aku di sini?” tanya Hendra, bahkan dia bingung akan dari mana untuk menjelaskan betapa dia sangat bahagia sekarang.“Dari pesan-pesan kamu. Pagi tadi, aku nyalakan hape terus baca semua pesan itu.” Juwita menunduk, menyebut kata ‘pagi tadi’ mengingatkannya kejadian Hendra mendobrak pintu kamarnya.“Terus... aku tanyakan papa alamat restoran kamu.”Hendra mengangguk paham, tangannya bergerak menyentuh punggung tangan Juwita dan menggenggamnya. Tangan yang sudah lama dia ri

    Last Updated : 2022-08-08
  • Suami yang Tak Diinginkan   202. Mama Jangan Pergi

    Langkah panjang Hendra tidak sabar ingin segera tiba di bawah, sementara Juwita yang tak tahu apa-apa pun mengikutinya dari belakang. Tampak Hendra sangat khawatir seperti sesuatu mungkin terjadi pada Alan.Ketika tiba di lantai satu, Hendra mencari keberadaan Alan di meja tempatnya meninggalkan anak itu. Degup jantung yang sudah berpacu sejak tadi pun lega seketika, kala melihat Alan masih duduk di tempat yang sama ditemani seseorang. Beruntung bukan Lilis, itu adalah Rahmad yang menemani Alan berbincang-bincang.Juwita menghampiri Hendra dan semakin bingung dengan ekspresi suaminya.“Ada apa, Hen? Kenapa dengan Alan? Kamu sangat buru-buru sampai meninggalkan aku,” ucap Juwi, matanya mengikuti arah pandangan Hendra.Sempat gugup, Hendra segera menguasai diri. Dia dan Juwi baru bertemu setelah sekian lama, tidak pantas mengatakan padanya bahwa dia takut Lilis membawa putranya pergi.“Maaf, Wi, aku lupa menitipkan Alan pada Rahmad. Untunglah mereka masih di sana, aku takut Alan pergi d

    Last Updated : 2022-08-10
  • Suami yang Tak Diinginkan   203. Melepas Kangen

    “Juwita....”Maria memeluk putrinya yang tiba-tiba sudah berada di depan pintu masuk. Baru saja Maria akan keluar rumah, dia melihat Juwi dan Hendra sudah berdiri di depan wajahnya, tak lupa membawa Alan tentunya. Maria memeluk putrinya dengan erat, air mata haru wanita itu pun tak bisa ditahan tidak keluar.“Astaga, Sayang... ini benaran kamu, kan? Ini Juwi-nya mama, kan? Mama pikir kami nggak bisa memiliki Juwita kami lagi,” ucap Maria masih tidak percaya bahwa putrinya kini berada di dalam pelukan.“Ma, jangan seperti itu. Iya, ini aku Juwita putri mama. Seperti yang balik dari kematian saja,” sahut Juwi, tapi dia sendiri pun ikut terharu mendapat tanggapan yang begitu antusias dari mamanya. Juwi merasa mamanya sudah sangat berubah menjadi lebih baik dan mencintai Juwi.“Kamu pikir mama bisa tenang melihat kamu ngurung terus? Wi, mama sangat merasa bersalah atas semua kejadian ini. kalau bukan karena mama, mungkin kamu nggak akan diculik oleh....”“Sudahlah, Ibu Mertua, jangan meng

    Last Updated : 2022-08-11
  • Suami yang Tak Diinginkan   204. Aku Ingin....

    Hendra menyentuh wajah Juwita dengan punggung jari telunjuknya, merasakan kelembutan wajah wanita itu lama. Kedua matanya menatap Juwita yang tengah berbaring di bawah tubuhnya, sangat teduh tatapannya. Keduanya terhanyut pada kemesraan yang terjadi, dengan debaran jantung yang terdengar sampai ke telinga.“Aku sayang bangat sama kamu, Wi,” bisik Hendra, masih dengan posisi menjaga bobot tubuhnya untuk tidak menindih Juwi.Sekian lama tidak berada dekat seperti ini, menimbulkan degupan jantung yang saling bersahutan di dalam sana. Hendra dan Juwita selayaknya pasangan pengantin baru, mendekati secara perlahan pasangan mereka. Juwi juga tidak hanya diam ikut melingkarkan tangannya di leher lelaki yang begitu sabar menunggunya.“Aku juga,” balas Juwita, matanya berkata jujur sesuai perasaannya.Mungkin Hendra bercanda berkata tidak sabar ingin segera bermesraan dengan Juwita, tapi dia tetap melihat situasi terlebih dulu. Apakah Juwi hanya sekedar rindu berada di dekatnya, ataukah sudah

    Last Updated : 2022-08-11
  • Suami yang Tak Diinginkan   205. Kenapa Hendra Jadi Mesum?

    Ketika berjalan ke meja makan, Juwita merasakan sesuatu di bagian tubuh bawahnya terasa ngilu. Bayangan percintaan dirinya dan Hendra pun lantas berputar di kepalanya, mengingat lagi kejadian yang terjadi berulang kali itu. Juwita memerah pipinya, saat dia mengingat lagi siang bolong yang dia lalui bersama Hendra. Sudah seperti tak punya hari esok saja mereka tak kenal lelah.“Wi, kenapa berdiri di situ?” tanya Maria melihat putrinya berdiri tidak jauh dari meja makan, menyadarkan Juwi yang tadi mengkhayal. Armaja dan Hendra pun ikut melihat ke arah Juwi yang masih tersenyum dengan wajah merona.“Ditanyain malah senyum-senyum sendiri. Kesambet di mana ini anak?” ulang Maria.“Hah?” Juwita segera tersadar. Tatapan dari mamanya yang penuh selidik membuatnya segera berjalan menghampiri kursi yang bersebelahan dengan Hendra.“Siapa yang kesambet, Ma? Orang cuma senyum kok dibilang kesambet?” Juwi berpura mengambil piringnya, mengisi dua sendok nasi dan beberapa lauk. Matanya melirik Hend

    Last Updated : 2022-08-11

Latest chapter

  • Suami yang Tak Diinginkan   305. Maukah Menikah Denganku? (END)

    Sejenak Hendra menunduk. Dia menatap lantai di bawah kakinya dan memikirkan pertanyaan itu. Cinta... Hendra tersenyum kecil.Tentu saja dia mencintai Juwita, dan cinta itu pula yang membuatnya selalu sabar dengan semua cobaan pernikahan mereka. Tapi Hendra tidak akan lupa bahwa cinta pula yang membuatnya menjadi suami yang terjual. Karena rasa cintanya pada Lilis dan tidak ingin istrinya bercerai, Hendra yang bodoh pun menerima pernikahan tertulis dengan Juwita.Bukankah cinta itu pula yang membuatnya menjadi menderita? Meski sangat mencintai Juwita, Hendra juga ingin mempertahankan harga dirinya.“Mencintai adalah hal yang sangat mematikan, sampai aku menjadi menantu Anda pun itu karena dulu aku mencintai mantan istriku. Jika sekali lagi aku mengalah demi cinta, bukan tak mungkin akan kehilangan harga diri lagi. Maka kuputuskan, bercerai adalah jalan yang sudah sepatutnya,” ucap Hendra dengan yakin.Juwita tidak kuasa mendengar perkataan Hendra, air matannya mengalir lebih deras oleh

  • Suami yang Tak Diinginkan   304. Tak Ada Cinta Tersisa?

    Hendra mengangguk, tidak ingin mengulur waktu sehingga membuat orang-orang berharap banyak padanya. Semuanya harus diakhiri agar Juwita tidak terus merendahkannya.“Nggak mungkin,” bisik Juwita patah hati, kedua tangan memegangi kepalanya yang belum mampu menerima kenyataan. “Kamu nggak mungkin menanda tanganinya, kamu pasti berbohong.” Dia tatap suaminya dengan mata memelas, sungguh tidak Juwita harapkan benar-benar bercerai dari Hendra.“Maaf mengecewakan kamu. Tapi... kedatanganku ke sini untuk mengantarkan surat cerai itu.” Hendra mengeluarkan amplop yang Juwita kirimkan itu, dan membuka bagian yang sudah dia tanda tangani. Dia letakkan berkas itu di atas meja agar semua orang bisa melihatnya. “Aku hanya mengabulkan permintaan kamu. Dan lagi, aku rasa kita tidak mungkin meneruskan pernikahan yang sejak awal tidak sehat. Aku tidak ingin terus dikenal sebagai suami yang dibeli, maka itu memang sebaiknya kita bercerai saja.”Sebagai lelaki, Hendra punya harga diri. Meski di awal sud

  • Suami yang Tak Diinginkan   303. Mengantar Surat Cerai

    Berkali-kali Juwita melirik ke pintu utama rumah orang tuanya. Duduknya tak bisa diam, bergeser setiap menit seakan tidak sabaran. Sofa yang didesain sangat empuk itu seakan tidak nyaman menjadi tempatnya. Dia melirik lagi, dan itu terus saja terulang setiap kali dia mendengar suara pergerakan seseorang di sekitarnya.Maria mengamati putrinya itu dari anak tangga, tampak penyesalan dan ragu-ragu di wajah cantik Juwi yang belakangan ini terlihat semakin kurus. Dia mendatangi putrinya dan duduk di sebelah Juwi.“Wi, tenangkan dirimu,” kata Maria, mungkin dengan ucapan itu putrinya bisa merasa lebih baik. “Pikirkan anak di kandungan kamu. Jika mamanya stres, anak kamu juga akan ikut stres di dalam sana.Mata sayu Juwi menatap mamanya ragu dan dia berkata, “Entah lah, Ma. Aku tidak bisa tenang sebelum melihat Hendra datang. Aku takut jika dia tidak benar-benar menemuiku,” katanya.Hendra memang tidak pernah berkata akan datang menemui Juwita, melainkan Armaja lah yang akan ditemui lelaki

  • Suami yang Tak Diinginkan   302. Tolong Maafkan Juwita.

    Setelah mendapatkan bukti itu, polisi langsung memeriksanya. Benar saja, video yang Steve berikan sebagai bukti jelas adalah editan. Banyak bukti yang Armaja bawa sehingga Steve tidak bisa berkutik sekarang. Bukan hanya itu, Armaja juga berhasil menangkap pelaku yang selama ini bersembunyi di belakang Steve, sebagai orang yang mengunggah di media sosial.“Bukan saya yang bersalah, Pak! Dia yang lebih dulu memukul saya!” Steve meronta di tangan polisi. Dia terus menuduh Hendra lah yang sudah memukulnya terlebih dahulu, tapi bukti-bukti yang dibawa oleh Armaja tidak bisa dibohongi.Hendra yang masih sangat shock dengan kejadian ini, hanya bisa diam menyaksikan Armaja dan polisi menyelesaikan masalah mereka. Lelaki itu memeluk putranya erat, menenangkan Alan yang masih sesunggukan.“Dia yang memukul saya! Dia yang seharusnya ditangkap!” Steve menunjuk-nunjuk pada Hendra, sangat memuakkan. Bahkan ketika semua bukti sudah terarah padanya, lelaki itu masih saja ingin menyalahkan Hendra.And

  • Suami yang Tak Diinginkan   301. Pa, Kenapa Kita di Sini?

    Jalan raya itu sangat ramai oleh mobil-mobil yang berlalu lalang. Tak ada cela jika pun Hendra ingin lari dari kejaran polisi yang tengah menunggunya di luar sana. Pasrah. Hanya itu yang bisa Hendra lakukan sekarang. Dia tidak mungkin berlarian di jalanan menggendong Alan, seperti yang tadi dilakukannya. Bisa-bisa membuat Alan menjadi celaka.“Pak, bagaimana selanjutnya? Kita tidak bisa lewat, apakah kita harus menabrak mobil lainnya agar memberikan jalan?” tanya Rahmat dari bangku kemudi, dia tidak rela bosnya tertangkap begitu saja.Akan tetapi, Hendra sudah lelah. Perkataan Rahmat terlalu berisiko dan dia tidak ingin membuat masalah yang lebih besar.Dia melepaskan sebelah tangan dari punggung Alan, kemudian membuka pintu mobil itu sangat pelan.“Pak, jangan keluar. Bagaimana nasib Alan jika bapak sampai ke kantor polisi?” Rahmat masih mengingatkan.“Kita tidak mungkin membuat masalah yang lebih besar lagi, Mat. Aku tidak ingin kamu ikut ke dalam masalah ini.” Dia pun keluar dari

  • Suami yang Tak Diinginkan   300. Tertangkap.

    Taksi yang Hendra tumpangi dengan Alan pun meluncur di jalanan. Sopir taksi itu merasa iba melihat Alan yang menangis berkata takut, dia membayangkan andaikan dirinya bersama anaknya yang ada di posisi Hendra sekarang. Meski sebenarnya pak sopir juga terlihat ketakutan, wajahnya berkeringat saat melihat dua petugas polisi dari kaca spion-nya.“Bapak ini mau ke mana, toh? Saya nggak berani kalo Suria Hotel, itu terlalu jauh, takutnya dikejar sama polisi. Saya juga punya anak istri, Pak, tidak berani berurusan dengan mereka,” kata pak sopir, nadanya gemetar saat bertanya.Hendra pun tidak mungkin melibatkan orang lain dalam kasusnya. Suria Hotel terbilang jauh dari posisi mereka sekarang, sangat benar yang dikatakan sang sopir kalau petugas kepolisian itu mungkin tengah mengejarnya. Lagian, Hendra juga tidak mungkin pergi ke sana lagi, akan sangat gampang jika polisi melacaknya.Beruntung saja ponselnya terselip di saku celana Hendra, sehingga dia bisa menghubungi Rahmat untuk meminta

  • Suami yang Tak Diinginkan   299. Mereka Kejar Kita, Pa....

    Ketika Hendra masih memaksa Lilis agar keluar dari mobilnya, dua mobil lainnya datang ke tempat itu. Berhenti tepat di sebelah Hendra, membuatnya bertanya-tanya siapa kira-kira orang yang datang di dalam sana. Hendra menghela napas panjang ketika melihat itu adalah Steve dan beberapa orang dengan kamera besar.Reporter lagi?Astaga... entah sampai kapan Hendra harus bertemu dengan orang-orang itu, dia sudah sangat lelah.Tidak cukup hanya Steve dan reporter saja yang datang ke sana. Tidak lebih dari dua menit, ada mobil polisi yang juga ikut parkir di halaman warga yang luas itu. Entah apa yang akan terjadi di ke depan nanti, Hendra sudah sangat lelah berpikir. Menghadapi Lilis saja sudah membuatnya kesulitan, kenapa Steve harus datang ke sini membawa reporter dan polisi?“Itu perempuan yang menghancurkan kaca mobil saya, tolong tangkap dia, Pak. Meski Lisa adalah istri saya, saya tidak terima mobil saya dirusak begitu saja,” kata Steve pada polisi, menunjuk Lilis di dalam mobil Hendr

  • Suami yang Tak Diinginkan   298. Aku Ikut

    “Jangan bawa Alan, Hendra! Kamu nggak boleh bawa dia sebelum kasih duit ke aku!”Hendra sudah berhasil merebut paksa Alan dari Lilis dan Ratna, tapi saat akan membawanya masuk ke mobil, Lilis segera menghentikan Hendra. Perempuan itu betul-betul tak merelakan Hendra pergi tanpa memberinya uang. Lilis bahkan bergantung di kaki Hendra, memegangi agar lelaki itu tidak bisa bergerak.“Kasih aku uang dulu! Kamu nggak boleh pergi dari sini sebelum ngasih aku uang!” kata Lilis terus berteriak, memeluk kaki Hendra sangat erat.Setiap kali Hendra akan melangkah, kakinya selalu ditahan oleh Lilis. Bahkan hampir saja Hendra terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan.“Lepasin, Lilis! Kamu ini jangan bikin malu!” Hendra berkata geram, orang-orang sudah berkerumun menyaksikan mereka di halaman itu. Sudah seperti suami kejam saja Hendra dengan posisi Lilis memeluk kakinya.“Nggak! Aku nggak bakal lepasin kaki kamu, sebelum kasih aku uang!” sahut Lilis semakin mempererat pelukannya di kaki Hend

  • Suami yang Tak Diinginkan   297. Berikan Alan Padaku!

    Dalam kecewanya yang mendalam terhadap Steve, Lilis mencengkeram baju lelaki itu, lalu merosot perlahan-lahan. Saat itu dia mendengar deru mesin mobil di sebelahnya, dalam keputusasaan dia melihat ke kanan, berharap seseorang mungkin mendengar pertengkarannya dengan Steve. Mungkin seseorang itu bisa bersaksi untuk Lilis, bahwa semua ini sudah direncanakan Steve, dan laki-laki itu adalah alasannya bercerai dari Hendra.“He-Hendra. I-itu Hendra!” seru Lilis penuh harap. Dia berpikir Hendra bisa membantunya untuk itu.Namun, benarkah Hendra mau membantunya? Meski laki-laki itu mendengar pertengkarannya dengan Steve, Hendra tidak mungkin mau membantu Lilis. Harapan yang tadi sempat singgah, perlahan menjadi rasa takut.“Tidak! Dia tidak boleh mengambil Alan!” seru Lilis lantas berdiri. “Jangan ambil Alan! Alan milikku!”Tidak Lilis hiraukan lagi Steve yang kebingungan melihatnya, Lilis sudah berlari kembali ke dalam mobil. Dia harus menghentikan Hendra sebelum lebih dulu mengambil Alan.

DMCA.com Protection Status