Share

204. Aku Ingin....

Author: Butiran_Debu
last update Last Updated: 2022-08-11 17:26:42

Hendra menyentuh wajah Juwita dengan punggung jari telunjuknya, merasakan kelembutan wajah wanita itu lama. Kedua matanya menatap Juwita yang tengah berbaring di bawah tubuhnya, sangat teduh tatapannya. Keduanya terhanyut pada kemesraan yang terjadi, dengan debaran jantung yang terdengar sampai ke telinga.

“Aku sayang bangat sama kamu, Wi,” bisik Hendra, masih dengan posisi menjaga bobot tubuhnya untuk tidak menindih Juwi.

Sekian lama tidak berada dekat seperti ini, menimbulkan degupan jantung yang saling bersahutan di dalam sana. Hendra dan Juwita selayaknya pasangan pengantin baru, mendekati secara perlahan pasangan mereka. Juwi juga tidak hanya diam ikut melingkarkan tangannya di leher lelaki yang begitu sabar menunggunya.

“Aku juga,” balas Juwita, matanya berkata jujur sesuai perasaannya.

Mungkin Hendra bercanda berkata tidak sabar ingin segera bermesraan dengan Juwita, tapi dia tetap melihat situasi terlebih dulu. Apakah Juwi hanya sekedar rindu berada di dekatnya, ataukah sudah
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Suami yang Tak Diinginkan   205. Kenapa Hendra Jadi Mesum?

    Ketika berjalan ke meja makan, Juwita merasakan sesuatu di bagian tubuh bawahnya terasa ngilu. Bayangan percintaan dirinya dan Hendra pun lantas berputar di kepalanya, mengingat lagi kejadian yang terjadi berulang kali itu. Juwita memerah pipinya, saat dia mengingat lagi siang bolong yang dia lalui bersama Hendra. Sudah seperti tak punya hari esok saja mereka tak kenal lelah.“Wi, kenapa berdiri di situ?” tanya Maria melihat putrinya berdiri tidak jauh dari meja makan, menyadarkan Juwi yang tadi mengkhayal. Armaja dan Hendra pun ikut melihat ke arah Juwi yang masih tersenyum dengan wajah merona.“Ditanyain malah senyum-senyum sendiri. Kesambet di mana ini anak?” ulang Maria.“Hah?” Juwita segera tersadar. Tatapan dari mamanya yang penuh selidik membuatnya segera berjalan menghampiri kursi yang bersebelahan dengan Hendra.“Siapa yang kesambet, Ma? Orang cuma senyum kok dibilang kesambet?” Juwi berpura mengambil piringnya, mengisi dua sendok nasi dan beberapa lauk. Matanya melirik Hend

    Last Updated : 2022-08-11
  • Suami yang Tak Diinginkan   206. Siapa Itu?

    Mata berbulu lebat itu mengerjap dan kembali terpejam seakan tidak ingin bangun terburu-buru. Sejak sebulan terakhir, ini adalah tidur ternyaman yang Juwita rasakan, sebab sekarang ada Hendra yang memeluknya sepanjang malam. Dia ingin lebih lama menikmati tidurnya yang nyaman, tapi kemudian Juwi teringat akan suaminya dan lantas membuatnya membuka mata.“Jam berapa, Hen?” tanya Juwita, melihat Hendra ternyata sudah berdiri di depan cermin.Lelaki itu tengah memasang kancing lengan kemeja putihnya; rambutnya basah, dan tampak sangat segar yang menandakan Hendra sudah selesai mandi.“Masih pagi, Sayang. 6:30.” Hendra menjawab dengan wajah sedikit miring ke arah Juwita.“Cepat banget, aku pikir masih subuh.” Juwita beringsut ke sisi ranjang, mengenakan sendal rumahan dan berjalan menuju lemari. Sehelai kimono mandi dia ambil dari dalam lemari dan bergegas menuju kamar mandi.Hendra mengamatinya dari pantulan cermin dan teringat percakapan Juwi dan Armaja tadi malam.“Katanya mau persiap

    Last Updated : 2022-08-12
  • Suami yang Tak Diinginkan   207. Jangan Lupakan Janjimu!

    Lilis memukul stir mobilnya kesal. Sudah bela-belain dia datang pagi-pagi ingin bertemu Alan, tapi petugas keamanan di rumah Juwita berkata mereka belum kembali dari Bandung. Bukannya peresmian itu sudah lewat dua hari, kenapa pula Hendra harus berlama-lama berada di sana?Apa jangan-jangan mereka sengaja tak pulang-pulang agar bisa menikmati liburan bersama? Lilis sangat jengkel mengingat hari itu Juwita tiba-tiba saja muncul di restoran dan merusak segala rencananya.“Sialan banget sih jadi perempuan. Dia pikir Hendra dan Alan itu miliknya sendiri?” umpat Lilis geram.Ini tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Jika Alan semakin menempel pada Juwita, kesempatan Lilis akan semakin sulit mendekati anaknya. Lilis tidak akan membiarkan Alan beranggapan Juwita lah ibu kandung yang melahirkannya.“Nggak, ini nggak boleh dibiarkan!” ucap Lilis, buru-buru dia keluarkan ponselnya dari dalam tas.Tak tanggung-tanggung memang. Bukan hanya alamat restoran dan perjalanan Hendra saja yang Lilis sel

    Last Updated : 2022-08-12
  • Suami yang Tak Diinginkan   208. Hendra Bertemu Lilis Diam-diam?

    “Juwita!”Seseorang meneriakkan namanya saat melihat Juwita berdiri di ambang pintu. Vanny, salah satu teman di tempat zumba yang terbilang akrab dengan Juwi. Dia juga tahu perempuan itu dulunya adalah sahabat Lilis, mantan istri pertama Hendra.Juwi tersenyum membalas pelukan Vanny dan segera menyapa.“Hai, Van, lama nggak ketemu.”“Kamu yang menghilang, nggak pernah muncul di studio lagi. Pelatih lain juga bilang kamu nggak ada informasi apa-apa. Kami pikir mungkin kamu ingin fokus dengan pernikahanmu juga perusahaan milik papamu,” ucap Vanny panjang lebar.Vanny lantas mengajak Juwita masuk ke dalam apartemennya, mempersilakan temannya itu duduk di salah satu sofa ruang tamu.“Masih sama suami yang itu?” tanya Juwita berbasa-basi, mengingat dulu Vanny adalah istri simpanan salah satu pengusaha yang cukup ternama di kota itu.“Ya begitu lah. Selagi jatah bulanan aman, aku sih cukup jalani saja.” Vanny berkata jujur sebab Juwita sudah tahu banyak tentangnya. Tak perlu dirahasiakan la

    Last Updated : 2022-08-12
  • Suami yang Tak Diinginkan   209. Juwita Sakit Parah?

    Kepalanya terasa pusing, tubuhnya lemas setelah bertemu dengan Vanny. Bukannya tidak senang mendapat informasi dari temannya itu, tapi isi kepala Juwita sendiri lah yang membuat dirinya tidak bisa tenang. Juwita takut jika ternyata Lilis memang berniat ingin memasuki lagi rumah tangganya, dan dia tidak bisa terima andaikan Hendra memaafkan perempuan itu.Apakah Juwi terlalu egois? Dia memang hanya istri kedua dan pernikahannya dengan Hendra pun semua atas nama uang. Tapi sikap Lilis yang tidak menghargai Hendra, membuatnya merasa tak sepantasnya Hendra memaafkan perempuan itu lagi.“Tidak mungkin. Hendra laki-laki yang tegas, tak mungkin dia memaafkan perempuan itu lagi,” gumam Juwita berbicara sendiri, membawa mobilnya menuju rumah.“Tapi... bagaimana jika Hendra memaafkannya? Dia laki-laki berhati lembut dan sangat penyayang, bisa saja Hendra tidak tega melihat Lilis menderita bersama aktor itu.” Lagi dan lagi Juwita berbicara sendiri.Sepanjang jalan Juwita tidak bisa berpikir jern

    Last Updated : 2022-08-14
  • Suami yang Tak Diinginkan   210. Membahagiakan Lilis dan Alan.

    Wajahnya menjadi tegang, sedangkan jantungnya berdegup tidak karuan. Membayangkan sangat banyak orang-orang berusia muda yang tiba-tiba diketahui mengidap penyakit parah, membuat Juwita sangat khawatir. Dia masih ingin berbahagia dengan rumah tangganya, tak rela jika sebuah penyakit ternyata sudah bersarang di dalam tubuhnya.Namun, jika itu benar sampai terjadi, siapa yang bisa menolak takdir? Tak terasa wajah Juwita menjadi sangat sedih membayangkan jika sampai dirinya terbaring lemah di rumah sakit oleh sebuah penyakit yang mematikan.“Dokter, aku tidak sakit, kan?” tanya Juwita sekali lagi, matanya mulai berkaca-kaca.Dokter Ruslina mengerut kening menatap wanita yang tengah berbaring itu, sembari menutupkan selimut tipis yang tadi Juwi kenakan.“Jangan berpikir yang tidak-tidak, aku tidak berkata demikian. Aku hanya ingin memastikan Ibu Juwita tidak sering mengalami lemas seperti ini, tidak baik untuk ibu hamil. Tapi aku akan meresepkan vitamin untuk membantu imun ibu tetap terja

    Last Updated : 2022-08-14
  • Suami yang Tak Diinginkan   211. Kamu Tak Suka Aku Hamil?

    Langkah panjang Hendra menerobos masuk ke dalam rumah yang dia huni bersama Juwita. Sejak di jalan tadi Hendra tidak bisa tenang, takut jika terjadi sesuatu pada istri yang sangat dia cintai itu. Apalagi mengingat tadi Juwita berkata akan pergi ke kantor milik papanya, itu membuat Hendra teringat akan menghilangnya Juwita dulu. Semua itu terjadi saat Juwi akan pulang dari kantor.“Wi! Juwi!” panggil Hendra membuka pintu, dan sangat terkejut melihat istrinya tengah berbaring di atas sofa ruang tengah.Hendra lantas berlari menghampiri istrinya, berteriak dengan suara panik.“Sayang, ada apa ini? Ada apa dengan kamu, Wi? Apa yang terjadi?” Pertanyaannya berulang-ulang saking khawatir.Juwita yang tadinya sudah sempat tertidur pun ikut terbangun, dia tatap mata suaminya yang sangat khawatir di atasnya.“Kamu sudah nyampe?” Juwita mengangkat tubuhnya berdiri. “Mukanya ketakutan banget, sih,” ucap Juwi terkekeh.“Siapa yang nggak khawatir melihat istrinya tidur seperti ini? Ada apa, kenapa

    Last Updated : 2022-08-14
  • Suami yang Tak Diinginkan   212. Anak Siapa Ini?

    Juwita menutup mulutnya cepat, ragu setelah mengatakan kalimat itu sangat gamblang pada Hendra. Apalagi melihat Hendra yang mengerutkan alisnya membuat Juwi menjadi serba salah.“Kenapa berkata seperti itu?” tanya Hendra yang membuat Juwita menjadi bingung sendiri.Apakah Juwi yang salah menilai respons Hendra? Tapi dia yakin, Hendra hanya diam saat dia mengatakan kehamilannya. Tidak tampak gembira dan tidak pula bersorak senang seperti suami-suami di dalam cerita yang pernah Juwita baca.“Bukan begitu. Tadi... kamu sangat tegang dan aku pikir mungkin kamu tidak suka aku hamil.”“Justru aku terlalu bahagia sampai tidak mempercayai telingaku. Aku harus memutar kalimat itu berkali-kali di dalam kepala, sampai aku bisa merasakan kebahagiaan di menit berikutnya,” ucap Hendra tulus.“Kamu... senang aku hamil?” tanya Juwita lagi, memastikan ucapan Hendra. Pemandangan tadi membuatnya ragu untuk mempercayai ucapan suaminya sendiri.“Sayang, kenapa aku harus tidak bahagia mendengarmu hamil? It

    Last Updated : 2022-08-14

Latest chapter

  • Suami yang Tak Diinginkan   305. Maukah Menikah Denganku? (END)

    Sejenak Hendra menunduk. Dia menatap lantai di bawah kakinya dan memikirkan pertanyaan itu. Cinta... Hendra tersenyum kecil.Tentu saja dia mencintai Juwita, dan cinta itu pula yang membuatnya selalu sabar dengan semua cobaan pernikahan mereka. Tapi Hendra tidak akan lupa bahwa cinta pula yang membuatnya menjadi suami yang terjual. Karena rasa cintanya pada Lilis dan tidak ingin istrinya bercerai, Hendra yang bodoh pun menerima pernikahan tertulis dengan Juwita.Bukankah cinta itu pula yang membuatnya menjadi menderita? Meski sangat mencintai Juwita, Hendra juga ingin mempertahankan harga dirinya.“Mencintai adalah hal yang sangat mematikan, sampai aku menjadi menantu Anda pun itu karena dulu aku mencintai mantan istriku. Jika sekali lagi aku mengalah demi cinta, bukan tak mungkin akan kehilangan harga diri lagi. Maka kuputuskan, bercerai adalah jalan yang sudah sepatutnya,” ucap Hendra dengan yakin.Juwita tidak kuasa mendengar perkataan Hendra, air matannya mengalir lebih deras oleh

  • Suami yang Tak Diinginkan   304. Tak Ada Cinta Tersisa?

    Hendra mengangguk, tidak ingin mengulur waktu sehingga membuat orang-orang berharap banyak padanya. Semuanya harus diakhiri agar Juwita tidak terus merendahkannya.“Nggak mungkin,” bisik Juwita patah hati, kedua tangan memegangi kepalanya yang belum mampu menerima kenyataan. “Kamu nggak mungkin menanda tanganinya, kamu pasti berbohong.” Dia tatap suaminya dengan mata memelas, sungguh tidak Juwita harapkan benar-benar bercerai dari Hendra.“Maaf mengecewakan kamu. Tapi... kedatanganku ke sini untuk mengantarkan surat cerai itu.” Hendra mengeluarkan amplop yang Juwita kirimkan itu, dan membuka bagian yang sudah dia tanda tangani. Dia letakkan berkas itu di atas meja agar semua orang bisa melihatnya. “Aku hanya mengabulkan permintaan kamu. Dan lagi, aku rasa kita tidak mungkin meneruskan pernikahan yang sejak awal tidak sehat. Aku tidak ingin terus dikenal sebagai suami yang dibeli, maka itu memang sebaiknya kita bercerai saja.”Sebagai lelaki, Hendra punya harga diri. Meski di awal sud

  • Suami yang Tak Diinginkan   303. Mengantar Surat Cerai

    Berkali-kali Juwita melirik ke pintu utama rumah orang tuanya. Duduknya tak bisa diam, bergeser setiap menit seakan tidak sabaran. Sofa yang didesain sangat empuk itu seakan tidak nyaman menjadi tempatnya. Dia melirik lagi, dan itu terus saja terulang setiap kali dia mendengar suara pergerakan seseorang di sekitarnya.Maria mengamati putrinya itu dari anak tangga, tampak penyesalan dan ragu-ragu di wajah cantik Juwi yang belakangan ini terlihat semakin kurus. Dia mendatangi putrinya dan duduk di sebelah Juwi.“Wi, tenangkan dirimu,” kata Maria, mungkin dengan ucapan itu putrinya bisa merasa lebih baik. “Pikirkan anak di kandungan kamu. Jika mamanya stres, anak kamu juga akan ikut stres di dalam sana.Mata sayu Juwi menatap mamanya ragu dan dia berkata, “Entah lah, Ma. Aku tidak bisa tenang sebelum melihat Hendra datang. Aku takut jika dia tidak benar-benar menemuiku,” katanya.Hendra memang tidak pernah berkata akan datang menemui Juwita, melainkan Armaja lah yang akan ditemui lelaki

  • Suami yang Tak Diinginkan   302. Tolong Maafkan Juwita.

    Setelah mendapatkan bukti itu, polisi langsung memeriksanya. Benar saja, video yang Steve berikan sebagai bukti jelas adalah editan. Banyak bukti yang Armaja bawa sehingga Steve tidak bisa berkutik sekarang. Bukan hanya itu, Armaja juga berhasil menangkap pelaku yang selama ini bersembunyi di belakang Steve, sebagai orang yang mengunggah di media sosial.“Bukan saya yang bersalah, Pak! Dia yang lebih dulu memukul saya!” Steve meronta di tangan polisi. Dia terus menuduh Hendra lah yang sudah memukulnya terlebih dahulu, tapi bukti-bukti yang dibawa oleh Armaja tidak bisa dibohongi.Hendra yang masih sangat shock dengan kejadian ini, hanya bisa diam menyaksikan Armaja dan polisi menyelesaikan masalah mereka. Lelaki itu memeluk putranya erat, menenangkan Alan yang masih sesunggukan.“Dia yang memukul saya! Dia yang seharusnya ditangkap!” Steve menunjuk-nunjuk pada Hendra, sangat memuakkan. Bahkan ketika semua bukti sudah terarah padanya, lelaki itu masih saja ingin menyalahkan Hendra.And

  • Suami yang Tak Diinginkan   301. Pa, Kenapa Kita di Sini?

    Jalan raya itu sangat ramai oleh mobil-mobil yang berlalu lalang. Tak ada cela jika pun Hendra ingin lari dari kejaran polisi yang tengah menunggunya di luar sana. Pasrah. Hanya itu yang bisa Hendra lakukan sekarang. Dia tidak mungkin berlarian di jalanan menggendong Alan, seperti yang tadi dilakukannya. Bisa-bisa membuat Alan menjadi celaka.“Pak, bagaimana selanjutnya? Kita tidak bisa lewat, apakah kita harus menabrak mobil lainnya agar memberikan jalan?” tanya Rahmat dari bangku kemudi, dia tidak rela bosnya tertangkap begitu saja.Akan tetapi, Hendra sudah lelah. Perkataan Rahmat terlalu berisiko dan dia tidak ingin membuat masalah yang lebih besar.Dia melepaskan sebelah tangan dari punggung Alan, kemudian membuka pintu mobil itu sangat pelan.“Pak, jangan keluar. Bagaimana nasib Alan jika bapak sampai ke kantor polisi?” Rahmat masih mengingatkan.“Kita tidak mungkin membuat masalah yang lebih besar lagi, Mat. Aku tidak ingin kamu ikut ke dalam masalah ini.” Dia pun keluar dari

  • Suami yang Tak Diinginkan   300. Tertangkap.

    Taksi yang Hendra tumpangi dengan Alan pun meluncur di jalanan. Sopir taksi itu merasa iba melihat Alan yang menangis berkata takut, dia membayangkan andaikan dirinya bersama anaknya yang ada di posisi Hendra sekarang. Meski sebenarnya pak sopir juga terlihat ketakutan, wajahnya berkeringat saat melihat dua petugas polisi dari kaca spion-nya.“Bapak ini mau ke mana, toh? Saya nggak berani kalo Suria Hotel, itu terlalu jauh, takutnya dikejar sama polisi. Saya juga punya anak istri, Pak, tidak berani berurusan dengan mereka,” kata pak sopir, nadanya gemetar saat bertanya.Hendra pun tidak mungkin melibatkan orang lain dalam kasusnya. Suria Hotel terbilang jauh dari posisi mereka sekarang, sangat benar yang dikatakan sang sopir kalau petugas kepolisian itu mungkin tengah mengejarnya. Lagian, Hendra juga tidak mungkin pergi ke sana lagi, akan sangat gampang jika polisi melacaknya.Beruntung saja ponselnya terselip di saku celana Hendra, sehingga dia bisa menghubungi Rahmat untuk meminta

  • Suami yang Tak Diinginkan   299. Mereka Kejar Kita, Pa....

    Ketika Hendra masih memaksa Lilis agar keluar dari mobilnya, dua mobil lainnya datang ke tempat itu. Berhenti tepat di sebelah Hendra, membuatnya bertanya-tanya siapa kira-kira orang yang datang di dalam sana. Hendra menghela napas panjang ketika melihat itu adalah Steve dan beberapa orang dengan kamera besar.Reporter lagi?Astaga... entah sampai kapan Hendra harus bertemu dengan orang-orang itu, dia sudah sangat lelah.Tidak cukup hanya Steve dan reporter saja yang datang ke sana. Tidak lebih dari dua menit, ada mobil polisi yang juga ikut parkir di halaman warga yang luas itu. Entah apa yang akan terjadi di ke depan nanti, Hendra sudah sangat lelah berpikir. Menghadapi Lilis saja sudah membuatnya kesulitan, kenapa Steve harus datang ke sini membawa reporter dan polisi?“Itu perempuan yang menghancurkan kaca mobil saya, tolong tangkap dia, Pak. Meski Lisa adalah istri saya, saya tidak terima mobil saya dirusak begitu saja,” kata Steve pada polisi, menunjuk Lilis di dalam mobil Hendr

  • Suami yang Tak Diinginkan   298. Aku Ikut

    “Jangan bawa Alan, Hendra! Kamu nggak boleh bawa dia sebelum kasih duit ke aku!”Hendra sudah berhasil merebut paksa Alan dari Lilis dan Ratna, tapi saat akan membawanya masuk ke mobil, Lilis segera menghentikan Hendra. Perempuan itu betul-betul tak merelakan Hendra pergi tanpa memberinya uang. Lilis bahkan bergantung di kaki Hendra, memegangi agar lelaki itu tidak bisa bergerak.“Kasih aku uang dulu! Kamu nggak boleh pergi dari sini sebelum ngasih aku uang!” kata Lilis terus berteriak, memeluk kaki Hendra sangat erat.Setiap kali Hendra akan melangkah, kakinya selalu ditahan oleh Lilis. Bahkan hampir saja Hendra terjatuh karena tidak bisa menjaga keseimbangan.“Lepasin, Lilis! Kamu ini jangan bikin malu!” Hendra berkata geram, orang-orang sudah berkerumun menyaksikan mereka di halaman itu. Sudah seperti suami kejam saja Hendra dengan posisi Lilis memeluk kakinya.“Nggak! Aku nggak bakal lepasin kaki kamu, sebelum kasih aku uang!” sahut Lilis semakin mempererat pelukannya di kaki Hend

  • Suami yang Tak Diinginkan   297. Berikan Alan Padaku!

    Dalam kecewanya yang mendalam terhadap Steve, Lilis mencengkeram baju lelaki itu, lalu merosot perlahan-lahan. Saat itu dia mendengar deru mesin mobil di sebelahnya, dalam keputusasaan dia melihat ke kanan, berharap seseorang mungkin mendengar pertengkarannya dengan Steve. Mungkin seseorang itu bisa bersaksi untuk Lilis, bahwa semua ini sudah direncanakan Steve, dan laki-laki itu adalah alasannya bercerai dari Hendra.“He-Hendra. I-itu Hendra!” seru Lilis penuh harap. Dia berpikir Hendra bisa membantunya untuk itu.Namun, benarkah Hendra mau membantunya? Meski laki-laki itu mendengar pertengkarannya dengan Steve, Hendra tidak mungkin mau membantu Lilis. Harapan yang tadi sempat singgah, perlahan menjadi rasa takut.“Tidak! Dia tidak boleh mengambil Alan!” seru Lilis lantas berdiri. “Jangan ambil Alan! Alan milikku!”Tidak Lilis hiraukan lagi Steve yang kebingungan melihatnya, Lilis sudah berlari kembali ke dalam mobil. Dia harus menghentikan Hendra sebelum lebih dulu mengambil Alan.

DMCA.com Protection Status