Home / Rumah Tangga / Suami yang Tak Diinginkan / Chapter 171 - Chapter 180

All Chapters of Suami yang Tak Diinginkan: Chapter 171 - Chapter 180

305 Chapters

171. Harga Diri Laki-laki.

Maria menganga. Apa-apaan maksud laki-laki ini? Bukannya dulu juga Hendra sudah ikut bekerja dengan Juwita? Dia masih memiliki pikiran negatif untuk Hendra sehingga suka menduga-duga.Juwita pun ikut tidak percaya apa yang dikatakan suaminya. Dia menyikut lengan Hendra dan berbisik pada suaminya, “Hen, bukannya kamu sendiri yang meminta aku berdamai dengan orang tuaku? Kenapa kamu jadi....”Belum Juwi selesai bicara, Maria sudah tak tahan melihat keduanya berbisik-bisik.“Kenapa? Bukannya kamu seharusnya senang bisa bekerja bersama dengan istrimu? Hendra, jangan membuat kami berpikiran buruk. Kamu tidak sedang berpikir hanya Juwi yang bekerja lalu kamu enak-enakan di rumah, kan?” cecar Maria.“Nggak kok, Ma. Hendra nggak begitu. Mama tenang saja, kami pasti barengan kok. Iya kan, Hen?” kata Juwita membela suaminya. Tapi Hendra hanya diam menatap wajah istrinya yang berharap.“Maaf, Wi. Tapi....”“Ini yang membuat mama terlalu percaya pada orang lain ketimbang anak sendiri. Hendra berb
last updateLast Updated : 2022-07-27
Read more

172. Ini Belum Berakhir!

“Bagaimana kabar perusahaan? Semua baik, kan?”Hendra bertanya saat makan siang dengan sang istri. Juwita terlalu menikmati makanan yang dibuatkan suaminya, mulutnya penuh sampai tak bisa menjawab. Dia berkata-kata tidak jelas dari cela bibirnya yang sedikit terbuka—takut makanannya akan ikut menyembur.“Ditelan dulu, Sayang. Baru ngomong,” ucap Hendra lagi, dia seka sisa makanan dari bibir Juwita dengan induk jari.“Lagian, kamu lihat aku lagi nyuap juga malah ajak bicara.” Kali ini Juwita sudah bicara bicara dengan benar, makanannya sudah tertelan sepenuhnya.Sudah beberapa hari ini mereka harus berpisah di siang hari. Hendra sibuk dengan restoran yang semakin ramai, sementara Juwi harus menggantikan papanya mengurus perusahaan. Hanya ketika makan siang mereka bertemu. Terkadang Juwi yang datang ke resto, dan terkadang pula Hendra yang ke kantor membawakan istrinya makan siang.“Baik sih, kayak biasa. Cuma ya itu, beberapa kerja sama dengan keluarga Arman, dibatalkan sama mereka. Mu
last updateLast Updated : 2022-07-27
Read more

173. Apa Maumu?

“Haci!” juwita tiba-tiba bersin dan bulu kuduknya merinding. “Mau demam apa ya? Tapi kayaknya badan aku baik-baik saja.” Juwi bergumam sendiri berbicara pada dirinya. Alisnya mengerut sudah seperti orang yang berpikir panjang saja.“Hei!” Hendra mengibas tangan di depan wajah istrinya untuk menyadarkan. “Memangnya kalo bersin harus demam apa? Semua orang pernah begitu.”Benar. Semua orang bisa saja bersin bahkan berkali-kali dalam sehari, dan tidak selalu karena demam. Akan tetapi Juwi merasa ada yang aneh. Hatinya seperti was-was pada sesuatu yang tidak diketahui.“Iya, sih,” kata Juwita menanggapi Hendra. Meski otaknya masih terasa tidak setuju dengan itu.Hendra mengamati Juwita yang masih tampak berpikir keras. Dia jadi berpikir mungkin memang gejala demam. Apalagi yang tadinya dia baik-baik saja lalu tiba-tiba seperti tidak fokus begini.“Terkadang kita merasa tubuh baik-baik saja. Tapi tahunya malah mau demam. Apalagi belakangan ini kamu bekerja sangat ekstra, kaget kali badan
last updateLast Updated : 2022-07-28
Read more

174. Aku Merindukanmu.

Semakin jauh mobil itu berjalan, rasa takut Juwi semakin menggerogoti perasaannya. Air mata sudah sejak tadi berjatuhan dari sudut mata yang sembab oleh tangis tertahan. Sesekali dia melirik kaca spion di atas kepala, memastikan orang itu mungkin lengah. Sialnya, harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Laki-laki itu membalas tatapan Juwita membuatnya kembali menatap jalanan.Bagaimana ini? Juwi masih berpikir mencari jalan keluar dari tangan laki-laki yang menculiknya. Jika dia mendorong pintu dan berguling ke luar, tubuhnya pasti hancur ditabrak mobil-mobil dari arah belakang. Itu sama saja mati sebelum berperang. Harus mendapat akal. Harus bisa melepaskan diri dari orang ini.Pelan-pelan Juwi mengambil ponselnya dan menekan pesan untuk Hendra.“Belok kiri, cepat!”Perintah laki-laki itu mengejutkan Juwita, dia tidak bisa mengetik pesannya.Ke mana ini? Kenapa mereka memasuki jalanan sepi yang tidak biasa dilewati mobil? Juwita melihat sekitar yang semakin jauh ke sudut kota. Jika sej
last updateLast Updated : 2022-07-28
Read more

175. Juwi Dalam Masalah!

Di resto, Hendra membuka ponselnya saat mendengar sebuah pesan masuk. Itu dari Juwita istrinya, tapi tak ada sebuah huruf pun yang dikatakan di sana. Dia mengerutkan kening melihat lokasi yang Juwita kirimkan padanya.“Apa maksudnya?” gumam Hendra masih bingung.Tidak mungkin Juwita pergi ke lokasi itu, kan? Bekas Rumah Sakit yang sudah terabaikan, apa pula tujuan Juwita datang ke sana? Dia menghubungi nomor Juwita untuk bertanya. Tidak ingin dia gelisah oleh pikiran yang tak tenang.Sampai dua kali panggilan itu tidak juga mendapat respons, Hendra merasa sedikit aneh. Tak biasanya Juwi mengabaikan panggilan suaminya.Ini sudah pukul lima, biasanya pada jam segitu Juwi masih di kantor. Dia berinisiatif menghubungi telepon kantor, memastikan istrinya ada di sana. Tapi bukan Juwi, suara yang menerima telepon itu adalah asisten yang membantu Juwi di kantor.“Ini saya Hendra. Ibu Juwita sudah pulang?” tanya Hendra, pikirannya mulai sedikit terganggu.“Ibu sudah pulang sejak satu jam yang
last updateLast Updated : 2022-07-28
Read more

176. Arman, Jangan!

“Kau gila, Arman, lepaskan aku!” Juwita menjerit di atas ranjang kecil tempatnya diikat. Setelah bergelut dengan Arman dan dua orang suruhannya, Juwi tidak bisa mengelak dipaksa naik ke lantai dua bangunan itu. Kini dia berada di dalam sebuah kamar rumah sakit, sepertinya bekas kamar pasien. Tempat itu sudah disulap menjadi bersih dan tidak terlihat seperti ruangan yang lama tak dipakai. Juwita hanya bisa meronta yang gerakannya lebih terbilang menggeliat. Arman tidak menghiraukan Juwita yang terus meminta dilepaskan. Dia hanya diam di tempatnya berdiri. “Arman, kau akan menyesal kalau berani melakukan ini padaku!” “Kenapa, Sayang? Aku sudah melakukannya, memang apa yang harus kusesalkan?” sahut Arman santai. Dia tarik kursi di sebelahnya dan duduk dengan kaki tersilang, tersenyum penuh arti dia menatap tubuh Juwita yang terikat di atas ranjang. Di matanya, pemandangan itu sangat menggairahkan. Apalagi pakaian Juwi yang sudah berantakan ke mana-mana, menunjukkan bagian paha yang
last updateLast Updated : 2022-07-29
Read more

177. Kita Akan ke Surga Dunia.

Arman memasukkan dua butir obat itu ke dalam mulutnya, lalu menenggak dengan air botolan yang sudah disiapkan. Berikutnya, dia mendekati Juwi. “Buka mulutmu, ini akan membantu kita lebih menikmatinya.” “Apa-apaan kau, Arman! Aku tidak mau! Tolak Juwita, lantas mengatupkan bibirnya. “Ayolah, Sayang... jangan jual mahal. Ini hanya obat yang akan membuat kita merasa melayang, bergerak lincah dan menikmati permainan ini. Kau akan sangat menyukainya, percaya lah.” Juwita ingat Arman adalah pengguna obat-obatan terlarang. Saat menjadi istri laki-laki itu, sangat sering dia menemukan obat-obatan itu di dalam laci kamar mereka. Hal itu pula yang selalu membuat Arman menjadi sangat menggila ketika melakukan hubungan intim dengannya. Juwi menggelengkan kepala, tidak akan pernah dia mau membuka mulut. “Buka mulutmu!” sentak Arman, setelah beberapa kali dia membujuk tapi Juwita terus menolaknya. Rasa tak sabar membuatnya tidak sungkan menampar pipi Juwi. “Aku bilang buka, cepat!” Juwita mas
last updateLast Updated : 2022-07-29
Read more

178. Aku Melecehkan Istrimu.

Kini bukan hanya satu benda yang Arman pakai untuk mempermainkan hasrat Juwita. Benda lainnya diletakkan di antara paha Juwi, yang lantas membuat wanita itu menjepitnya erat. Juwita benar-benar kehilangan akalnya.“Arman... eh.” Padahal, hatinya menjerit meminta dilepaskan dari siksaan ini, tapi hanya desahan yang berhasil lepas dari bibirnya.“Hum? Enak, bukan? Tadi kau memberontak, ternyata kau sangat binal!” ucap Arman, sangat puas dia melihat Juwi tersiksa hasratnya.Arman tertawa melihat Juwita yang begitu menderita. Memang ini yang dia inginkan, satu lagi alat dia keluarkan dari dalam tas, untuk membuat permainan ini lebih menantang. Arman mencoba mengikat leher Juwi menggunakan rantai seperti seekor binatang.“Kau ingin dipuaskan, betul?” tanya Arman sambil terkekeh. “Baiklah... tapi aku ingin kau memohon seperti anjing yang kelaparan!” seru Arman penuh kemenangan. Dia berdiri jauh dari sisi ranjang, setelah mengambil dua benda yang tadinya dia letakkan di bagian sensitif Juwi.
last updateLast Updated : 2022-07-30
Read more

179. Melakukannya di Mobil?

“Selama ini aku hanya bisa berkhayal menyentuhnya lagi. Tak kusangka, Juwita sendiri sangat menikmati sentuhanku. Dia sangat... binal!” Lagi Arman memancing kemarahan Hendra.Bukan tak punya tujuan dia sengaja membuat Hendra memukulinya. Jika kejahatannya sudah tertangkap, Arman tidak takut mati di tangan Hendra, lalu tak satu pun dari mereka yang akan bisa memiliki Juwita.Namun Hendra tidak sebodoh itu masuk ke dalam perangkap Arman. Ini bukan waktunya terbawa emosi. Hendra mengabaikan perkataan Arman dan memilih menggendong Juwita ke atas ranjang. Dia punguti pakaian Juwita yang berserak di atas lantai dan mengenakannya kembali.“Hen... aku menginginkanmu....”Desahan Juwita yang memohon disentuh membuat hati Hendra semakin kalut. Mengenakan pakaian istrinya pun harus menjadi drama yang sangat lama, sebab Juwi selalu berusaha ingin menciuminya.“Sabar, Sayang, kita harus pergi dari sini,” bisik Hendra, hatinya ikut menangis melihat kondisi Juwita yang mengenaskan.Ketika Hendra akh
last updateLast Updated : 2022-07-30
Read more

180. Jangan Ingat Apapun

Malam itu terlewatkan dengan drama yang sangat panjang. Hendra menolak Juwita melakukannya, bukan karena dia tidak menginginkan tubuh istrinya. Hendra hanya tak mau terlihat seperti Arman yang memanfaatkan kesempatan di saat yang tidak tepat.Saat ini Juwita berada di dalam kamar mandi, sementara Hendra menunggunya di depan pintu. Sudah hampir satu jam Juwita berada di dalam sana, dan dia sangat malu untuk bertemu dengan Hendra.“Hendra pasti jijik padaku,” bisik Juwita, menggosok tubuhnya dengan spons sangat kuat. Ingatan tentang tadi malam saat dia memohon pada Arman, sungguh menjatuhkan harga diri Juwita.“Bodoh! Kenapa aku jadi sebodoh itu? Kenapa aku harus memohon di depan bajingan itu?”Entah sudah berapa banyak air mata yang keluar dari bibirnya. Juwita terus saja menangis.“Wi... kamu sudah siap?”Suara Hendra yang lembut terdengar dari luar kamar mandi, Juwita tidak mampu membuka mulut untuk menjawab.“Juwita... kamu sudah sangat lama di sana, Sayang. Kita harus membuat perny
last updateLast Updated : 2022-07-30
Read more
PREV
1
...
1617181920
...
31
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status