Home / Rumah Tangga / Suami yang Tak Diinginkan / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Suami yang Tak Diinginkan: Chapter 161 - Chapter 170

305 Chapters

161. Bukan Papa

Melihat Armaja terdiam, Juwi sangat kecewa. Tampaknya Armaja memang tidak berubah pikiran seperti yang Hendra katakan. Juwita merasa hatinya kecewa, sudah begitu cepat dia mengambil keputusan untuk menemui papanya di sini. Jika tahu hanya akan kecewa yang dia dapat, Juwi tidak akan meninggalkan pekerjaannya demi bertemu papa yang dia harapkan akan mengerti dirinya. Seharusnya Juwi tidak secepat itu merasa senang, hanya karena Armaja berkata rindu dan ingin bertemu dengannya. Tidak mungkin muda seorang Armaja menerima keputusan Juwi memilih Hendra. Juwi merasa dirinya sudah sangat bodoh, yang dengan gampang menghadiri undangan papanya. Segera dia berdiri. “Aku harus kembali sekarang,” ucapnya, pikiran buruk segera menelusup ke dalam kepala Juwi, takut jika mungkin Arman ada di sana dan langsung menyekapnya seperti yang kemarin Juwi curigai. Tapi saat Juwi baru akan melangkah, Armaja berbicara di belakangnya. “Maafin papa yang begitu bodoh.” Kaki Juwita tidak mampu melangkah menden
last updateLast Updated : 2022-07-24
Read more

162. Hendra Hanya Terpaksa.

Armaja mengusap wajahnya. Dia merasa malu di depan putrinya setelah begitu mempercayai semua kebohongan Arman. “Aku menemui istri Hendra,” kata Armaja, mengingat pertemuannya dengan perempuan yang menjual suaminya itu. “Istri Hendra?” Juwi terkejut, kenapa papanya bertemu dengan Lilis? “Iya, papa mencari tahu siapa istri Hendra sebelumnya dan bertemu dengan wanita yang bernama Lisa itu. Dia sudah menikah dengan aktor, dan dia... dia mengatakan segalanya pada papa.” Juwi tidak sabar mendengar ucapan papanya. Dia kembali ke kursi yang tadi dia duduki dan siap untuk mendengar percakapan Armaja dan Lilis. “Apa yang dia katakan? Lilis bilang apa sama papa?” “Dia memberitahu kalau Hendra suami yang tidak berguna, miskin, dan tak bisa diandalkan. Dia menjualnya karena tidak memiliki masa depan dengan Hendra.” Ketika Armaja menemui perempuan itu, tampak Lilis sangat arogan dan merasa dirinya sangat tinggi dibandingkan Hendra. Lilis juga memamerkan kehidupannya yang jauh lebih baik se
last updateLast Updated : 2022-07-24
Read more

163. Temui Putri Kita Sebelum Menyesal.

“Papa pembohong!” Pintu dibuka dengan paksa bersama suara Maria yang begitu marah datang dari luar sana. Dia tatap Armaja dengan wajah merengut karena sudah dibohongi oleh suaminya sendiri. Armaja memijit kepalanya yang tiba-tiba terasa sakit karena harus berhadapan dengan istrinya yang sangat cerewet ini. “Berbohong apa sih, Ma? Datang-datang kok marah?” “Papa bilang Anita sudah punya tas ini, nyatanya dia belum beli. Papa ini kenapa sih bohongin mama?” katanya, menunjuk tas tangan yang menggantung di pergelangan. Tampaknya Maria baru saja membeli tas itu yang tadi Armaja tunjukkan. “Bukan toh? Kalo begitu papa salah lihat dong.” “Halah! Papa hanya sok tahu. Aku sampe bela-belain belanja dan ke arisan buru-buru, nyatanya Anita saja kaget lihat aku pakai tas model terbaru!” “Kalo begitu bagus, dong. Dengan papa salah lihat, mama jadi punya lebih dulu darinya kan? Harusnya mama itu senang.” Maria berpikir sejenak dan tersenyum setuju. Jika suaminya tidak menunjukkan tentang ta
last updateLast Updated : 2022-07-24
Read more

164. Juwita lah Kunci Satu-satunya.

Ketika Juwi kembali ke resto, Hendra dan pekerja mereka sudah bersiap-siap untuk pulang. Dia lihat istrinya itu kembali dengan wajah murung, membuat Hendra meletakkan pekerjaannya segera. “Kalian bereskan semuanya, ya. Jangan lupa menutup pintu belakang.” Hendra berpesan pada mereka dan langsung mendekati Juwita. Wanita itu duduk di bangku paling dekat dengan pintu, dia tatap Hendra dengan mata sendu yang tampak seperti barusan menangis. Hendra mengusap pundak istrinya sebelum memulai pembicaraan. “Kamu pasti lapar. Ayo kita makan di luar sesekali.” Tanpa menunggu Juwi menjawab, Hendra membawa istrinya meninggalkan restoran milik mereka. Dia bawa Juwi menuju kafe tempat pertemuan mereka pertama kali dulu dan memesan private room yang sama dengan yang dulu mereka tempati. Hendra juga memesankan menu makanan yang sama, membuat suasana malam itu seperti mengulang pertemuan mereka. Setelah pelayan meletakkan semua menu makan malam di atas meja, baru lah Hendra memulai pembicaraan. “
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

165. Kamu Sudah Sadar?

Juwita melakukan apa yang dikatakan oleh Hendra tadi malam. Dia hubungi mamanya dan mengatakan besok akan datang berkunjung ke rumah orang tuanya.“Jam satu siang?” tanya Maria, memastikan waktu yang ditetapkan oleh putrinya.“Iya, Ma. Ada yang harus aku bicarakan dengan mama. Aku harap mama bisa meluangkan waktu sebentar,” sahut Juwita di seberang telepon.‘Dasar anak keras kepala ini... akhirnya menyerah juga, kan? Kenapa tidak dari kemarin-kemarin? Merepotkan mamanya saja!’ Maria berbicara di dalam hati, dia merasa menang sekarang.“Hum... baik. Datanglah besok siang dan jangan terlambat dari jam satu. Besok ada acara arisan yang harus mama datangi,” ucap Maria menyetujui.Selama ini Maria sudah sangat berusaha membujuk agar putrinya itu mendengarkan kata orang tua. Tapi Juwi bersikeras dengan pilihannya dengan Hendra si laki-laki miskin itu. Ketika akhirnya Juwita sendiri yang mengalah, kenapa Maria harus langsung terlihat senang? Dia sengaja membuat nada bicaranya terdengar tida
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

166. Hyper Seks!

Armaja yang juga berada di sana menggeleng mendengar ucapan istrinya.“Maria, jangan seperti itu pada putrimu. Tanyakan apa alasannya datang ke sini.” Dia mengingatkan.“Semuanya demi kebaikan kamu, maka jangan selalu membangkang. Mama nggak perlu ngomong yang muluk-muluk, kalau niat kamu ingin kembali, segera tinggalkan Hendra lalu menikah dengan Arman!” tegas Maria tanpa, tanpa menggubris peringatan suaminya.Untuk apa bertanya tujuan kedatangan Juwita lagi? Maria yakin betul putrinya datang untuk mengeluh, lalu memohon agar bisa kembali kantor. Juwi harus tahu dia hanya bisa kembali jika mendengarkan kata-katanya. Tak ada negosiasi, tak ada kata tunggu dan menunda.Maria berpura melirik jam di ponselnya dan berkata, “Mama masih banyak urusan. Segera kasih jawaban kamu, kapan meninggalkan Hendra.”Dia merasa bangga, tanpa memikirkan apa yang dirasakan putrinya sekarang.Jujur saja Juwita sangat kecewa mendengar semua kalimat yang keluar dari mamanya. Apalagi sikap angkuh mamanya itu
last updateLast Updated : 2022-07-25
Read more

167. Membunuh pun Aku Berani!

Semua beban itu sudah Juwita ungkapkan pada kedua orang tuanya. Wajah keduanya menegang, mungkin sekarang mereka marah pada Arman, yang selama ini terlihat bersikap baik di depan mereka? Juwi menggeser kursinya mundur, dia harus pergi sebelum tangisannya pecah membayangkan betapa hancur hati orang tua mendengar putrinya diperlakukan sangat buruk. Biarkan mereka memikirkan itu, biarkan mereka menata dulu hatinya sebelum menyatakan bagaimana perasaannya sekarang. Saat Juwi akan melangkah, Maria memanggil namanya. Kakinya berhenti dan menatap mata sang mama yang mulai berkaca-kaca. “Juwita Sayang, apa yang kamu katakan barusan... itu tidak benar, kan?” tanya Maria. Entah karena dia tidak terima putrinya diperlakukan bagaikan murahan, atau memang pada dasarnya Maria tidak mempercayai semua keluhan Juwi? Tak ingin menduga-duga sehingga hatinya semakin hancur, Juwi memilih tidak menjawab. Dia melanjutkan langkah yang sempat tertahan. “Juwita! Juwita, tunggu mama!” seru Maria, mencoba
last updateLast Updated : 2022-07-26
Read more

168. Jangan Ladeni Dia.

Darahnya sudah mendidih di ubun-ubun. Hendra mencengkeram seluruh jari-jarinya, agar tidak benar-benar membunuh Arman sekarang juga. Dia masih memakai akal sehat, tidak akan membiarkan dirinya menjadi pembunuh sehingga Juwi semakin menderita.Sudah cukup penderitaan Juwita. Cukup. Bahkan mendengar semua pengakuan Juwita saja, dia seperti ikut merasakan sakitnya wanita itu saat bersuamikan Arman.Ya, Hendra mendengar semua pembicaraan Juwi dan orang tuanya. Hendra tidak bisa hanya diam di restoran, dia takut mertuanya mungkin akan melakukan sesuatu pada Juwi. Karena itu Hendra mendatangi rumah ini untuk berjaga-jaga.Siapa sangka dugaannya memang tak salah? Selain Hendra harus mendengar segala kekejaman yang Juwi dapat dari orang tuanya, dia juga harus melindungi istrinya dari laki-laki bejat di depanya ini.“Kau berani padaku?” Arman terkekeh. “Kukatakan padamu, aku diajarkan untuk selalu mendapatkan apa yang aku inginkan. Jadi, menyingkirlah sebelum aku yang benar-benar membunuhmu di
last updateLast Updated : 2022-07-26
Read more

169. Maafkan Papa dan Mama.

Ruang keluarga itu hening tanpa ada yang berbicara. Empat orang yang duduk berhadapan hanya diam seribu bahasa. Hendra menggenggam erat tangan istrinya, melirik ke arah pintu untuk memastikan suara Arman sudah tidak terdengar lagi di luar sana.“Tampaknya dia sudah pergi.” ucap Hendra, menyebut Arman. “Mohon maaf, ini hari yang sangat berat untuk istriku. Juwita pasti butuh istirahat, maka aku harus membawanya pulang.”Sudah menunggu sejak tadi, tapi tak ada yang memulai pembicaraan. Hendra sendiri tidak ingin banyak bicara, sebab tak mau dikira mendahului. Lagi pun, statusnya di rumah itu sama sekali tidak diakui. Tak ingin membuat kesan buruk yang dianggap berpura baik untuk mengincar harta mereka, lebih baik Hendra pulang membawa istrinya. Mungkin masih butuh waktu untuk keluarga ini saling membuka hati dan memaafkan.“Hendra, Juwita, duduk lah kembali,” kata Armaja.Hendra melirik istrinya. Juwi tidak menunjukkan mimik tak suka, yang berarti dia tidak keberatan. Hendra mengiyakan
last updateLast Updated : 2022-07-26
Read more

170. Aku Tidak Bisa

“Hendra, aku tidak tahu seperti apa perasaanmu pada putriku. Tapi jujur aku katakan, aku merasa sangat kecewa dan takut dengan semua yang sudah dialami Juwita,” ucap Armaja, membuka pembicaraan di antara mereka.Sebagai seorang ayah sangat wajar dia ketakutan. Apalagi setelah mendengar apa yang dialami putrinya, tentu Armaja tidak ingin hal itu terulang kembali. Laki-laki yang jelas asal-usulnya saja pun bisa menyakiti Juwi, apalagi yang mereka tidak tahu dari mana asal laki-laki ini?Armaja menatap Hendra serius. “Apa kau sungguh-sungguh mencintai putriku? Sejujurnya aku tidak terlalu peduli meski kau dari keluarga biasa, asalkan bisa menjadi pelindung baginya.”Hendra mengerti perkataan Armaja yang pasti ingin mendengar siapa dan dari mana asal-usulnya.“Aku memang berasal dari keluarga biasa. Kedua orang tuaku sudah tiada, sejak aku masih duduk di bangku kuliah. Tapi kalau untuk melindungi Juwita, nyawaku pun jadi taruhan. Cintaku pada Juwita tak perlu dijelaskan, mungkin Anda bisa
last updateLast Updated : 2022-07-27
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
31
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status