Semua Bab Suami yang Tak Diinginkan: Bab 151 - Bab 160

305 Bab

151. Siapa yang menyuruhmu?

Kali ini, dia benar-benar tertangkap. Tak ada alasan lagi untuk gadis itu mengelak setelah polisi mendengar percakapan sepihak dari lelaki di dalam telepon. Polisi meminta gadis itu untuk berbicara dengan tenang, seolah dia belum tertangkap oleh petugas. Gadis itu menurut dan berbicara sebentar pada pria di seberang sana.“Baik pak, saya akan segera berhenti dari tempat kerja dan segera pergi ke kota lain, terima kasih sudah memberi saya banyak uang,” ucap gadis itu.“Bagus kalau begitu aku bisa tenang mempercayakan pekerjaan ini padamu,” ucap pria itu.Juwi penasaran siapa pria misterius yang menelepon gadis pembersih mall itu. Ia meminta polisi membantunya melacak dari mana dia menelepon. Tak butuh waktu lama mereka menemukan lokasi di mana pria misterius itu menelepon dan segera menuju lokasi.Pria misterius itu sedang berada di sebuah kafe dekat dengan tempat usaha Juwi berdiri. Mereka mengintai dari jarak dekat dengan menyamar sebagai orang biasa. Memasang kamera tembus pandang y
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-21
Baca selengkapnya

152. Ini Belum Berakhir

Hingga tiba di kantor polisi pun, dia tidak mengakui siapa yang menyuruhnya. Dia terus berkeras berkata Juwi dan Hendra lah yang salah, karena tidak membayarkan pajak padanya. Gayanya sudah seperti seorang dirjen pajak saja.Pria itu berkelit memberikan jawabannya yang membuat semua orang bahkan polisi pun angkat tangan melihat ketengilannya. “Biarkan kami yang menyelesaikan tugas ini. Ibu dan Pak Hendra, kalian boleh pulang sekarang. Kami juga akan membersihkan nama baik restoran kalian,” ucap polisi yang barusan mengintrogasi laki-laki itu, keringatnya sampai sebesar jagung karena harus berteriak-teriak memaksanya berkata jujur.“Terima kasih, dan kami sangat berharap pihak kepolisian bisa membuatnya mengaku, siapa yang menyuruhnya. Kalau begitu, kami permisi.” Hendra membawa istrinya meninggalkan kantor polisi.Keduanya sudah sangat lelah. Sejak pagi-pagi sekali mereka mengurus masalah ini, sampai malam begini pun belum diketahui siapa sebenarnya dalang di balik semua masalah itu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-21
Baca selengkapnya

153. Hendra Bersandiwara

“Siapa? Siapa yang merencanakan ini?” Maria masih tidak mengerti arah pembicaraan Arman, tapi dia penasaran siapa yang dimaksud Arman.“Hendra dan mantan istrinya.”“Kenapa mereka merencanakan itu?” Maria yang tadinya semangat, sekarang menjadi kesal mendengar ucapan Arman. “Mereka sudah bercerai dan Hendra menikah dengan Juwita. Untuk apa juga perempuan itu mau bekerja sama dengan Hendra? Yang ada dia pasti membenci Hendra.”“Mama mertua, betulkah Anda tidak mengerti perkataan saya?” Arman semakin membuat ini seperti teka-teki, untuk merangsang emosi di diri Maria. “Mereka tidak bercerai, dan Hendra sendiri yang menolak menandatangani surat cerainya. Bukankah itu sangat tidak masuk akal?”Otak Maria harus diperas agar bisa memahami perkataan Arman yang masih penuh pertanyaan.“Mereka tidak bercerai... karena masih berniat bersama?”“Tidak salah lagi!” Arman sangat bersemangat setelah Maria memahami perkataannya.“Tapi Hendra sekarang dengan Juwita, bagaimana akan bersama?”“Mama Mert
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-21
Baca selengkapnya

154. Tamu Tak Diundang.

Tertangkapnya para penjahat itu akhirnya bisa membersihkan nama baik Juwita dan Hendra. Hari ini, setelah perilisan press dari kepolisian, restoran itu resmi kembali dibuka. Sesuai dengan dugaan Hendra sebelumnya, para pelanggan tidak lagi seramai saat sebelum adanya masalah yang menimpah. Mereka harus berusaha mendapatkan kembali kepercayaan dari pelanggan, dan itu tidak mudah.“Sepi, ya. Para pelanggan juga banyak yang menolak brosur kita,” kelu Juwita, duduk di sebelah suaminya setelah lelah menawarkan brosur di luar restoran.Hendra tersenyum kecil. Tentu saja dia juga merasakan apa yang tengah dirasakan Juwi sekarang. Tapi, Hendra berusaha untuk bersikap tenang untuk tidak menambah beban pikiran istrinya.“Sabar, Wi... namanya juga merintis dari awal lagi. Apalagi dengan adanya masalah itu, ini akan lebih sulit daripada saat membuka awal. Tapi kita harus percaya, resto kita perlahan akan bangkit, kok,” ucapnya tetap tenang.Keduanya kembali diam merenungkan masa sulit yang entah
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-22
Baca selengkapnya

155. Dalang di Balik Masalah

“Maaf Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya Juwi, berdiri di depan meja pelanggannya. Entah kenapa tiba-tiba dia merasa sangat kesal, marah, dan sedih, semua bercampur aduk. Mungkin karena penjelasan polisi tadi, lalu kedatangan orang ini mengingatkan Juwi dengan masalah yang mengganggu restoran miliknya. Juwi merasa... orang ini ada sangkut pautnya dengan segala masalah yang dia hadapi dan Hendra.Pria tua di depannya tampak terkejut mendengar Juwita memanggilnya dengan sebutan tuan. Seperti pada orang asing yang tidak dikenalnya.“Apa seperti itu cara pemilik resto melayani pelanggan yang datang untuk makan?” dengan santai si pria tua menjawab.“Lalu, harus bagaimana semestinya, Tuan? Anda pelanggan di sini, sudah seharusnya aku bertanya dengan sopan, betul?” Sangat formal, bahkan dengan rekan bisnis saja, Armaja tidak diperlakukan demikian.Ya, yang datang saat ini adalah Armaja, ayah dari wanita muda yang berdiri di depannya. Armaja merasa kecewa dengan sikap putrinya yang ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-22
Baca selengkapnya

156. Jangan Libatkan Alan.

Hendra masih mematung mencerna perkataan Juwita. Setelah diingat-ingat, tidak salah memang. Hari itu setelah kepulangan Armaja, saat itu pula kejadian yang sangat merugikan mereka itu terjadi.Kenapa Hendra tidak berpikir ke sana? Dia justru lebih curiga jika mungkin Arman lah yang menjadi biang keladi dari masalah ini, dia tidak berpikir itu Armaja.Lagi, kedatangan Armaja saat itu pun sangat sopan, tidak ada ucapan menghina seperti yang sudah-sudah. Juwi juga melayani pesanan papanya dengan baik, terlihat ada rasa bahagia di wajah Juwi siang itu, melihat sang papa mampir sebagai pelanggan mereka. Mungkin karena sikap baik Armaja, Hendra sampai tidak berpikir bahwa semua ini bisa saja memang ulah ayah mertuanya itu.“Sudah ingat?” kata Juwita, setelah Arman menghela napas panjang. “Kamu masih membela ayah mertua kamu itu?”“Wi, jangan marah dulu. Hari itu papa kamu sangat baik, dan kamu juga terlihat senang akan kedatangannya. Aku tidak berpikir kalau beliau mungkin melakukannya.”“T
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-22
Baca selengkapnya

157. Surat Dari Armaja.

“Tidak, bukan begitu maksudku. Tapi, sebagai seorang ayah aku pikir kau sudah lebih tahu bagaimana perasaan seorang ayah pada anaknya. Apakah menurutmu aku akan mencoreng nama putriku sendiri?”Hendra terdiam, kecurigaannya terhadap Armaja menjadi pudar mendengar ucapan dari mertuanya itu. Sebagai seorang ayah, Hendra tentu saja ingin yang terbaik untuk Alan, sehingga putranya tidak merasakan kesulitan yang pernah dialaminya. Karena demi Alan pula lah Hendra menuruti kata Lilis, menikah dengan Juwita. Karena sejatinya, semua ayah di dunia ini akan melakukan apa pun juga untuk kebaikan putrinya.Apakah mungkin Armaja sebagai pembelaan kalau bukan dia yang membuat kasus daging tikus di restoran milik Juwita, atau sebagai penekanan bahwa dia akan melakukan apa pun demi Juwi bisa kembali bersama laki-laki yang lebih mapan daripada Hendra? Dia termenung di atas kakinya sampai tak sadar Armaja sudah menghilang dari restoran.“Hendra, ada apa?”Juwita mengejutkannya dari belakang, Hendra sam
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-23
Baca selengkapnya

158. Papa Merindukanmu.

Perlahan Juwita membuka surat yang diberikan oleh Armaja. Hatinya berkecamuk, dadanya berdebar meniti kata demi kata yang tertera di sana. Baru dua kalimat yang dia baca membuatnya menitikkan air mata. Dadanya terasa sesak tatkala membaca surat itu. Membuat Hendra penasaran sebenarnya apa isi surat tersebut.“Ada apa, Wi? Papa kamu marah lagi?” tanya Hendra, ingin mendekat tetapi dia memberi privasi untuk istrinya membaca sendiri.Juwi masih terdiam, matanya fokus pada deretan huruf yang tertulis rapi di atas kerta, membuat Hendra semakin tidak tenang.Apakah mungkin Armaja memang marah? Padahal ketika dia berbicara dengan ayah mertuanya tadi, tampaknya Armaja tidak demikian. Atau mungkin hanya perasaan Hendra yang terlalu yakin bahwa mertuanya mungkin sudah melunak.“Juwi, kalau membaca surat itu membuatmu sedih. Biar aku robek saja suratnya!” tegas Hendra.“Tidak, aku tidak sedih seperti yang kamu pikirkan. Surat ini berisi papa yang sedang merindukanku,” balas Juwi.Hendra tidak pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-23
Baca selengkapnya

159. Terima Kasih, Nak.

Langkahnya terhenti di depan pintu kamar. Juwita melirik pintu kamar yang tidak jauh dari tempatnya, teringat dia akan Alan yang belakangan ini selalu mereka tinggalkan di rumah. Mengingat perbincangan dengan Hendra di resto tadi, dia pun ingin melihat anak itu malam ini.Dua kaki jenjang Juwita berjalan meninggalkan Hendra yang bingung melihat istrinya tidak jadi masuk ke kamar mereka. Ternyata Juwi justru masuk ke kamar Alan.Anak itu sudah tertidur di atas ranjangnya yang nyaman. Boneka berbentuk mobilan Alan peluk dan anak itu terlihat tersenyum dalam pulasnya.Juwi mengingat perkataan Hendra, karena anak ini lah Hendra melakukan apa pun termasuk menggadaikan harga dirinya. Sehingga sekarang Hendra menjadi suami yang begitu mencintai Juwi. Tatkala mengingatnya, Juwita tersenyum.Dia kecup lembut puncak kepala Alan dan berbisik dengan lembut, “Terima kasih, Alan, kamu sudah membawa papa kamu ke dalam hidupku.”Jika tak ada Alan, mungkin Hendra akan lebih memilih bercerai dengan Lil
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-23
Baca selengkapnya

160. Apa Tujuan Papa?

Siang itu, Armaja merenung di meja kerjanya memikirkan tentang surat yang kemarin dititipkan untuk Juwita. Kenapa Juwi tidak menghubunginya? Armaja ragu jika mungkin pelayan itu tidak menyerahkan suratnya pada Juwi.Ketika itu, pintu ruang kerjanya terbuka. Armaja tersentak dan langsung melihat ke arah pintu, berharap putrinya datang seperti yang dia harapkan. Tapi nyatanya, Armaja harus kecewa melihat wajah Maria tersenyum padanya.Maria kesal, tak ada senyum di wajah suaminya melihat kedatangannya.“Kenapa dengan wajah papa? Kayak nggak senang melihat istri sendiri datang,” sindir Maria.“Kenapa sih, Ma? Nggak senang bagaimana?” Armaja malas setiap kali bertemu Maria, pasti ada saja perkataan istrinya itu yang mengajak berdebat.“Lah iya. Istri datang mukanya malah masam, ada apa sih?”“Nggak ada apa-apa, Ma. Lagian, ada apa mama ke sini siang bolong begini? Bukannya biasanya banyak kesibukan?”Maria sensi mendengar pertanyaan suaminya dan lantar menyambar seperti minyak.“Papa ngga
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-07-23
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
31
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status