Home / Rumah Tangga / Suami yang Tak Diinginkan / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Suami yang Tak Diinginkan: Chapter 141 - Chapter 150

305 Chapters

141. Juwita Hamil?

Sebelum meninggalkan tempat itu, Arman melihat usaha apa yang baru di rintis oleh Juwi dan Hendra. Dia membaca tulisan ABEOJI RESTO, di pintu masuk yang bermakna ayah di dalam bahasa Korea. Arman semakin kesal, membayangkan Juwita sengaja memberi nama itu untuk menekankan bahwa Hendra akan menjadi ayah untuk anak-anaknya.‘Jangan harap aku akan membiarkan itu terjadi!’“Ibu Mertua, bagaimana jika kita sebar berita ke orang-orang kalau restoran ini menjual makanan yang tidak steril?” ucap Arman, mempengaruhi Maria yang sudah akan pergi.“Memangnya kita bisa lakukan apa, Man? Orang-orang juga nggak bakal percaya kalo nggak ada bukti!” Maria melengos, kekesalannya belum terobati.Tapi justru itu lah yang Arman sukai, karena semakin Maria marah, akan semakin mudah mempengaruhi pikirannya. Arman sudah lama mengenal keluarga itu, sudah bisa dia nilai watak Maria sejak dulu.“Soal itu gampang... aku bisa menyuruh orang lain meletakkan bukti di dalam sana. Serahkan saja padaku,” ucap Arman,
last updateLast Updated : 2022-07-18
Read more

142. Kepala Tikus!

Seorang pria tua penuh wibawa berdiri menatap pintu restoran yang baru dibuka dua itu. Matanya menangkap sosok laki-laki yang penuh semangat membagi-bagikan brosur di dekat pintu. Pria tua itu tidak sadar tersenyum melihat betapa bersemangatnya Hendra membujuk para pengunjung mall.“Silakan, Ibu, Bapak, bisa dilihat-lihat dulu brosur restoran kami? Resto ini baru buka dan kami menawarkan diskon yang sangat besar.”“Permisi, Mas, Mbak, silakan dilihat-lihat brosur restoran kami.”Hendra terus menawarkan, suaranya sudah semakin dekat di telinga pria tua yang tidak sadar semakin mendekatinya. Semangat laki-laki itu mengingatkan masa mudanya ketika merintis usaha dulu.“Permisi, Pak, Anda mungkin ingin melihat brosur restoran ka-mi?” ucap terbata, ketika melihat wajah si pria tua yang berdiri di depannya.Pria itu tidak lain adalah Armaja, ayah dari istrinya yang seharusnya dia panggil sebagai mertua. Ayah dari istrinya, yang sangat menentang pernikahannya dan Juwita. Hendra menjadi sanga
last updateLast Updated : 2022-07-18
Read more

143. Berita yang Beredar

“Papa sudah pulang?” sapa Maria, melihat suaminya tengah duduk sendirian di ruang tamu.“Iya, baru sampe.”“Kok tumben cepat? Biasanya papa pulang malam,” tanya Maria lagi, ikut duduk di sebelah Armaja.Sejak Juwi tidak lagi memegang perusahaan, Armaja yang sudah tua yang harus mengurus segala keperluan di kantor. Biasanya dia belum berada di rumah saat jam makan siang, membuat Maria sedikit heran.“Lagi nggak banyak kerjaan, jadi papa pulang lebih cepat.” Armaja menjawab sembari membuka kotak makanan yang dia bawa dari restoran milik putrinya.Teringat akan perbincangannya dengan Arman tadi malam, Maria pun memasang senyum di depan suaminya. Ini waktu yang tepat untuk membahas perihal permintaan Arman, sebab tadi malam dia tidak sempat mengutarakannya.“Pa, tahu nggak? Anak kita Juwita, dia dan laki-laki miskin itu malah buka resto! Gila ya, laki-laki itu memang sangat jago merayu Juwi, sampai-sampai mau memodalinya!” seru Maria berkata dengan nada yang dibuat sedramatis mungkin.Tap
last updateLast Updated : 2022-07-18
Read more

144. Lepaskan Istriku!

Di kantor polisi, Hendra dan Juwi baru saja menjawab setiap pertanyaan dari penyidik yang menangani mereka. Beruntung petugas keamanan di mall bergerak cepat, menggalang mereka ke kantor polisi terdekat sebelum mendapat perlakuan tidak baik dari pelanggan yang sedang mengamuk. Hendra dan Juwita mengatakan bahwa mereka tidak tahu menahu tentang kepala tikus yang ada di piring pelanggan itu. “Bagaimana, Pak, jika semua sudah selesai, apa kami bisa pulang sekarang?” tanya Juwita, setelah semuanya selesai.Telepon di atas meja berdering, mengalihkan fokus petugas di depan mereka. Polisi itu langsung menjawab panggilan telepon sebelum memberi ijin mereka bisa pulang. “Ya, baik, kirimkan gambarnya ke ponselku.” Dengan wajah berat petugas itu menatap Juwi dan Hendra. “Ibu Juwita dan Pak Hendra, untuk investigasi kali ini mungkin sudah cukup. Tapi... kami masih harus memanggil Bapak dan Ibu untuk investigasi berikutnya.” “Maksud Bapak? Bukannya semua sudah jelas? Kami tidak tahu kenapa a
last updateLast Updated : 2022-07-19
Read more

145. Putriku Tidak Seperti Itu!

Pertengkaran di depan kantor polisi membuat Arman tidak senang. Hendra membawa Juwi pergi, dan sama sekali tidak dilarang oleh Armaja. Hal itu membuatnya ingin meledak-ledak menghancurkan Hendra sampai pada remukan paling kecil. “Aku akan membunuhnya! Aku tidak tahan melihat laki-laki miskin itu mempengaruhi Juwita!” ucap Arman, memancing emosi Armaja agar ikut marah. “Mama Mertua, bagaimana pun caranya, kita harus menarik Juwi sekarang juga!” Maria mengangguk setuju. “Arman benar, Pa, kita harus mengambil Juwi kembali! Kalau tidak, laki-laki itu akan membuatnya ke dalam penjara!” Armaja sendiri tidak ingin gegabah. Dia ingin melihat siapa sebenarnya Hendra dan sudah sejauh apa laki-laki itu melakukan kejahatan demi mendapatkan juwita. “Jangan gegabah. Kita harus menunggu kabar selanjutnya kasus ini, agar semuanya jelas. Kita juga tidak mau nama baik Juwi menjadi rusak, kan?” ucap Armaja bijaksana. Tapi hal itu membuat Maria semakin kesal pada suaminya. Dia tidak tahan mendengar
last updateLast Updated : 2022-07-19
Read more

146. Arman Pembohong!

Setelah Arman pulang, Maria menjadi-jadi. Dia sangat marah pada suaminya yang tidak bisa mengerti akan keinginannya. Maria tidak terima melihat suaminya yang seakan lebih mendukung Hendra daripada Arman. “Sebenarnya, apa yang papa rencanakan? Papa nggak berniat membiarkan Juwi kita bersama laki-laki itu, kan?” serga Maria, dia dipenuhi emosi yang meledak-ledak. “Sudahlah, Ma... jangan marah terus.” “Siapa yang nggak marah? Arman sangat baik, dia dari keluarga terpandang dan memiliki kelas yang sama dengan kita. Kenapa papa merasa berat memberikan kepercayaan sama dia? Papa sepertinya lebih percaya pada si miskin itu!” Beberapa hari belakangan ini Armaja sudah mencaritahu tentang Hendra, dan itu lah sebabnya dia tidak bisa mengambil keputusan begitu saja. Informasi yang disampaikan Arman sangat berbeda dengan apa yang sebenarnya terjadi, membuatnya tidak bisa mempercayai Arman lagi. “Dia bukan laki-laki yang baik. Arman banyak berbohong. Mama tidak boleh bertemu dengan Arman mulai
last updateLast Updated : 2022-07-19
Read more

147. Bisnis dan Kecurangan

Armaja memegangi kepalanya yang mulai terasa sakit, mendengar ucapan istrinya yang masih saja mengoceh, mengatakan Arman yang lebih pantas untuk Juwita. Maria masih saja tidak paham dengan isi pikiran Armaja. Meski begitu, Armaja sudah meyakinkan dirinya sendiri, untuk mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi antara Arman Juwita di masa lalu.“Maria, tidurlah, besok masih ada hari di mana polisi akan memberikan hasil dari investigasi dan juga olah kejadian perkara,” pinta Armaja, berniat mengakhiri percakapan itu.Tapi, bukankah dunia pun mengakui bahwa wanita memang tidak bisa diam, selama di dalam hatinya masih ada yang mengganjal? Seperti itu pula lah Maria, yang tidak bisa disuruh tidur begitu saja.“Pa! Kenapa kamu bersikap sangat santai seperti ini? Mama kecewa banget sama papa, mana mungkin mama bisa tidur nyenyak sedangkan putri kita tertimpa masalah!” seru Maria, mengejar suaminya.Tidak menanggapi apa yang dikatakan Maria, Armaja memilih untuk masuk ke dalam kamar mendahulu
last updateLast Updated : 2022-07-19
Read more

148. Angkat Teleponnya, Hendra!

Tak ubah dengan kedua orang tuanya, Juwita juga tidak bisa tenang malam ini. Jika kedua orang tuanya berdebat perihal masalah yang tengah dihadapi Juwi, dia justru sedang pusing memikirkan apa yang akan terjadi esok pagi. Membayangkan jika polisi tidak bisa segera menemukan pelaku yang sudah mencoreng namanya, resto yang baru dibuka itu harus tutup lebih lama. Itu tidak baik untuk sebuah bisnis yang baru saja berdiri. Hendra melihat istrinya termenung di balkon kamar mereka. Lelaki itu datang dengan segelas teh hangat di tangannya, dan menyodorkan ke wajah Juwi. “Minum lah, teh hangat bisa membantu menenangkan pikiran kamu.” Mata Juwi lurus menatap suaminya. Di saat seperti ini, Hendra masih bisa bersikap tenang dan mencoba menghibur hatinya. Juwi merasa sangat bersyukur memiliki suami seperti Hendra. Setelah meneguk isi teh yang dibawakan Hendra, dia mengucapkan terima kasih. Hendra duduk di sebelah istrinya dan memeluk pundak wanita itu. “Kamu takut?” bisik Hendra, yang mendap
last updateLast Updated : 2022-07-20
Read more

149. Rekaman CCTV

Nada panggilan masih terdengar dari ujung sana, pertanda telepon Juwita tersambung pada Hendra. Tapi sampai panggilan itu berakhir Hendra tidak juga menerima teleponnya. Juwita yang semakin khawatir pun mencoba dan mencoba lagi, berpikir mungkin Hendra tidak mendengar nada ponselnya. Di panggilan ke tiga, akhirnya nada itu berhenti. Juwi tidak sabar untuk segera mempertanyakan di mana suaminya sekarang. “Hen, kamu di mana? Aku bangun kamu sudah nggak ada di ka-“ “Juwi, maafkan aku tidak menunggumu bangun. Ini sangat darurat, aku harus segera menangkap penjahat. Nanti kita bicara setelah aku menyelesaikan semuanya!” seru Hendra yang langsung mematikan ponselnya. “Hen-“ suara Juwi pun terhenti ketika mendengar suara tut tut tut, yang menandakan panggilan sudah terputus. Apa yang terjadi sebenarnya? Kenapa suara Hendra seperti orang yang sangat buru-buru, sampai tidak bisa menunggu Juwi berbicara? Dan lagi, penjahat apa maksudnya? Apakah sekarang Hendra bekerja sebagai penangkap pen
last updateLast Updated : 2022-07-20
Read more

150. Jangan Sampai Tertangkap!

“Aku nggak tahu apa-apa, Pak, aku nggak tahu....”Gadis itu masih terus mengelak di depan polisi. Semua pertanyaan yang diajukan pun hanya dijawab dengan tidak tahu apa-apa. Hendra merasa geram mendengarnya, dan memilih pergi ke luar sejenak untuk menenangkan pikiran.Saat itu dia teringat akan Juwita, segera Hendra menghubungi istrinya.“Hen, ada apa sih sebenarnya? Kamu di mana, penjahat mana yang kamu tangkap?” cecar Juwita. Dia menangkat teleponnya sangat cepat.“Kamu ke kantor polisi, ya. Aku sudah nangkap pelakunya dan sekarang sedang diintrogasi.”“Hah?” Juwita terkejut. Bagaimana bisa secepat itu? “Kamu serius, Hen?” tanya Juwi untuk memastikan telinganya tidak salah mendengar.“Iya, serius dong. Kamu segera ke sini, bisa lihat sendiri.”Juwi bergegas keluar dari rumah tanpa mematikan teleponnya. Dengan kecepatan tinggi dia membawa mobilnya langsung ke kantor polisi.Beruntung saat itu bukan hari lagi, jadi jalanan tidak macet. Juwi bisa segera tiba tidak lebih dari dua puluh
last updateLast Updated : 2022-07-20
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
31
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status