Beranda / Pendekar / Keris Bunga Bangkai / Bab 91 - Bab 100

Semua Bab Keris Bunga Bangkai: Bab 91 - Bab 100

197 Bab

91 - Ketiduran

Ketika mereka sampai di tempat sebelumnya, untungnya tempat tersebut sepi karena sepertinya Rangkahasa sudah membersihkan kawasan itu selama dua hari sebelumnya. Namun Indra melihat sebagian kecil dari dedemit dari arah selatan masih mengikutinya, sementara Dharma juga sudah begitu kelelahan.  “Kau tunggu lah di sini,” seru Indra, langsung bergegas pergi.  “Eh, Kangmas mau kemana?” tanya Dharma nampak ketakutan ditinggal sendiri.  “Teriak saja jika nanti ada apa-apa,” balas Indra sedikit berteriak.  Setelah itu dia membantai beberapa dedemit yang masih sempat mengikuti mereka. Setelah selesai dengan itu, Indra meneruskan kembali bergerak ke arah selatan untuk memeriksa keadaan. Dari kejauhan dia melihat para dedemit itu seperti orang linglung tak tahu hendak kemana. Sebelu
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-03
Baca selengkapnya

92 - Tak Seperti Yang Kalian Bayangkan

Subuh itu juga, karena khawatir dengan kondisinya, Indra dan Dharma membawa Rangkahasa yang sudah pingsan menuju Benteng Matuwiru. Posisi mereka saat ini sudah lebih jauh ke arah selatan mendekati perbatasan Kerajaan Cindani. Mereka keluar dari kawasan hutan itu dengan bergerak ke arah barat. Setelah melewati satu sungai, mereka sudah bisa melihat keberadaan benteng tersebut dari kejauhan, yang berdiri di sebuah tebing yang tak terlalu curam. Sesampainya di Benteng Matuwiru, Indra menceritakan kejadian aneh yang mereka alami di hutan bersama Rangkahasa kepada Senopati Bayantika.  “Hah? Lagi-lagi diserang dedemit?” tanya Bayantika  Tentu saja kedua orang itu langsung kaget dengan respon Bayantika itu.  “Apa maksud Kangmas?” tanya Indra.  “Aku memang tak cerita sebelumnya. Waktu a
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-03
Baca selengkapnya

93 - Keanehan Pedang Hitam Damaskus

Bayantika kembali mengalihkan perhatiannya pada Rangkhasa, lebih-lebih pada pedang hitam Damaskus miliknya. Dari dulu dia memang sedikit penasaran dari mana bocah seumuran dia bisa memperoleh pedang unik dari negeri asing tersebut. Hanya ada dua Kerajaan yang memiliki hubungan luar lewat jalur laut di kawasan tersebut, Gamawuruh dan Cakradwipa. Bayantika berpikir mungkin saja Rangkahasa berasal dari dua kerajaan tersebut. Tapi tetap saja dia penasaran bagaimana dia memperolehnya. Dia pun memungut pedang tersebut. Ini kali keduanya dia memungut pedang itu, setelah sebelumnya pernah memungutnya saat pertama kali menemukan Rangkahasa. Dia kembali dalam kebingungannya, sadar dengan kondisi aneh dari pedang hitam Damaskus itu. “Bagaimana pedang ini bisa begitu berat? Pada hal ukurannya justru terbilang pendek untuk seukuran pedang. Apa mungkin mereka tahu cara menempanya dengan kepadatan tinggi?” gumamnya penasaran. Dia pun tertarik mencoba mengayun-ayunkan pedang itu. Sesuatu yang mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-03
Baca selengkapnya

94 - Tak Lagi Sendiri

“Kalau begitu, boleh aku minta dibungkuskan saja dulu makanan untuk malam ini untuk aku bawa keluar?” tanya Rangkahasa. Hal itu membuat Bayantika sedikit bingung, datang menghampirinya dan langsung merangkul bahu Rangkahasa. “Kenapa? Ikut saja makan malam bersama kami di sini,” ajaknya. “Aku rasa dia hanya tak akan ingin mengundang para dedemit itu masuk ke sini, Kangmas. Bukankah begitu, Rangkahasa?” ujar Indra beretorika. Kata-kata itu membuat Bayantika terhenti dan langsung berbalik ke arah Indra. Setelah terdiam sesaat, dia kembali melirik ke arah Rangkahasa seakan mulai memahami sesuatu tentang dirinya. “Soal dedemit itu, mereka bukan hanya kebetulan saja datang. Tapi mereka muncul karena mengincarku,” jelas Rangkahasa. Bayantika sedikit terkejut mendengarkan keterangan tersebut, sedikit menjarakkan dirinya dari Rangkahasa. “Aku masih penasaran, sebenarnya apa yang diinginkan oleh makhluk-makhluk itu darimu?” tanya Indra memotong. Hal itu sukses membuat Rangkahasa terdiam
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-04
Baca selengkapnya

95 - Mengamankan Teritori

Beberapa hari berikutnya, 200 tambahan pasukan dengan empat Lurah Prajurit yang dipimpin oleh seorang Bekel* bernama Aruna Mulaprana, masih keponakan langsung dari Panglima Bramanti, datang ke Benteng Matuwiru. Ada sebanyak sepuluh Prajurit Khusus Pengintai, sebanyak 50 Prajurit Khusus Pemanah, 30 pasukan berkuda, dan sisanya adalah prajurit biasa yang masing-masingnya dikomandoi oleh satu Lurah Prajurit**. Dengan kedatangan mereka, Senopati Bayantika sekarang memiliki sekitar 800 prajurit di bawah kepemimpinannya. Sekitar 500 akan dibawanya untuk melakukan penyerangan ke benteng perbatasan Cindani, di mana sisanya menetap menjaga Benteng Matuwiru. Sebelum memberangkatkan prajuritnya, Bayantika meninggalkan benteng tepat setelah menyelesaikan rapatnya dengan Bekel dan para Lurah Prajurit lainnya. Dia pergi menemui Rangkahasa yang masih ditemani oleh Indra dan Dharma di tepi hutan tak terlalu jauh dari Benteng Maruwiru. “Ada apa Kangmas? Apa semua prajurit yang ingin dikerahkan ke p
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-06
Baca selengkapnya

96 - Pendekar Dari Seberang Lautan

Mengetahui pergerakan pasukan yang dipimpin oleh Senopati Bayantika, kerajaan Cindani meresponnya dengan memperkuat pertahanan mereka. Mereka memilih untuk menggerakkan sebagian kecil pasukan mereka untuk menyerang secara gerilya ke perkemahan prajurit yang dipimpin Bayantika. Namun pergerakan mereka terhenti ketika mereka baru memasuki kawasan hutan sebelum sampai di daerah perkemahan tersebut. Dua orang dari prajurit pengintai mereka menemukan sesuatu yang aneh di beberapa titik di hutan tersebut. “Apa yang terjadi di sini?” gumam seorang prajurit mata-mata dari Cindani. “Apa kita laporkan saja dulu?” tanya temannya. Kedua orang itu pun langsung bergegas menemui pemimpin pasukan yang hendak menyerang perkemahan Bayantika. Di saat mereka menemui barisan pasukan gerilya mereka, ternyata pasukan tersebut juga terhenti karena menemukan hal yang serupa. Mereka pun ragu untuk melanjutkan perjalanan setelah melihat potongan bangkai dan mayat bergelimpangan. Tak jauh dari tempat itu,
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-06
Baca selengkapnya

97 - Permainan Anak-anak

Satu prajurit tangguh itu mengenakan baju zirah yang menutupi tubuhnya, mulai dari kepala, tubuh, hingga tangan dan kakinya. Ukuran tubuhnya juga besar dan kokoh. Semua prajurit yang ada hanya setinggi dadanya, membuat mereka seperti anak-anak yang sedang dipermainkan oleh satu orang dewasa.Lengannya yang kuat dengan mudah mengayunkan pedang tipe Saber yang besar dan panjang. Satu ayunannya saja sudah bisa melukai beberapa prajurit yang ukuran tubuh mereka memang terbilang kecil bagi ukuran pedang tersebut.Kebanyakan dari prajurit Marajaya tak berani mendekatinya. Meski mereka saat ini menang jumlah, dan juga lebih unggul dari prajurit Cindani pada umumnya, namun keberadaan satu prajurit tangguh itu benar-benar memiliki pengaruh yang begitu besar di tengah pertempuran.“Bagaimana Kangmas?” tanya Dharma pada Indra.“Tunggu sebentar, coba kau lihat di arah sana,” seru Indra mengarahkan wajahnya ke arah kiri.Rangkahasa yang sepertinya baru bangun dari tidurnya, terlihat sedang melepas
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-06
Baca selengkapnya

98 - Kami Masih Di sini

Dia biarkan prajurit itu terus menyerang dan memojokkannya, hanya sibuk menangkis serangan pedangnya yang datang bertubi-tubi. Seiring waktu, berlagak seperti terus terpojokkan seperti itu, Rangkahasa memancing prajurit asing itu menjauh dari prajurit Marajaya lainnya.Ketika mereka sudah agak terpisah dari prajurit-prajurit yang berperang, baru di situ prajurit asing itu menyadarinya. Dia berhenti sesaat dan melihat ke sekelilingnya, dan kemudian sedikit tersenyum ke arah Rangkahasa.“Jadi kau sengaja memancingku menjauh dari mereka?” ujarnya beretorika.Rangkahasa pun nampak tersenyum menyeringai atas keberhasilannya itu.“Selama aku bisa menjauhkanmu dari yang lainnya, peperangan ini akan menjadi milik kami,” balasnya.“Pertanyaannya, seberapa lama kau bisa menahanku di sini?” tutur prajurit asing itu, sebelum dia kembali melancarkan serangannya.Namun sekarang Rangkahasa tidak lagi membiarkan prajurit asing itu terus-terusan memojokkannya. Setiap kali dia mendapatkan kesempatan di
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-07
Baca selengkapnya

99 - Bersabarlah

Prajurit asing itu sama sekali tak memberikan Rangkahasa waktu untuk berdiam diri. Lagi pula, sudah terlalu lama dirinya disibukkan oleh Rangkahasa seorang, sedikit merusak harga dirinya yang menganggap peperangan itu akan menjadi sesuatu yang mudah baginya. Rangkahasa tak punya pilihan lain selain menangkis semua gempuran dari serangan bertubi-tubi prajurit berbadan besar tersebut. Tentu dia tetap mencoba untuk menghindari apapun yang bisa dihindarinya. Ketika dia terpaksa harus menangkis, jeritan di kepalanya itu kembali menyiksa dirinya. Hal tersebut sesuatu yang tak pernah dialami Rangkahasa sebelumnya, karena selama ini dia memang belum pernah mendapatkan lawan bertarung yang sekuat kali ini. “Aku mohon, bertahanlah!” serunya lirih, di saat dia semakin kesulitan untuk mempertahankan konsentrasi saat bertarung. Hanya sesaat dia mendapatkan kesempatan untuk menjauh dari jangkauan serangan musuhnya itu. Namun itu justru memberi ruang bagi prajurit berbadan besar itu untuk melancar
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-07
Baca selengkapnya

100 - Penghinaan

Dia menghirup nafas begitu dalam, dan kemudian menarik keluar seluruh tenaga dalamnya yang tersisa. Namun alih-alih membuat Rangkahasa menjadi lebih kuat, dia justru terlihat lesu setelahnya. Matanya mulai sayu, sementara pedang itu terhunus saja lurus ke tanah.Pria itu melihat Rangkahasa mulai berayun berdiri seperti orang yang sudah begitu kelelahan. Namun Pria asing itu justru menjadi semakin waspada, karena merasakan sesuatu yang aneh pada diri Rangkahasa. Terutama pada pedang hitam Damaskus tersebut, seolah udara di sekitar pedang itu nampak memuai.Pria itu menggelengkan kepalanya, mulai ragu dengan penglihatannya.“Sepertinya sudah cukup lama juga kita bertarung,” tuturnya lirih, mulai berpikir bahwa dirinya hanya sedang kelelahan saja.Setelah itu pria bertubuh besar itu memutuskan untuk menyudahi saja pertarungan itu. Dia mengambil resiko melancarkan serangan langsung, berlari lurus sekencang-kencangnya sembari menyeret pedang besarnya. Sesaat sebelum dia sampai pada jarak j
last updateTerakhir Diperbarui : 2022-05-07
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
20
DMCA.com Protection Status