All Chapters of Delta yang Terpilih (She-wolf Sequel): Chapter 121 - Chapter 130
156 Chapters
Part 121. Bingung
Kupikir selama ini Dad memberiku nama bukan untuk maksud lain. Ternyata untuk mengenang mantan kekasih Dad. “Dad, kau tak cemburu?” tanyaku. Rasa penasaran yang kurasa, tentu tak bisa kupendam. Aku tahu, pertanyaan ini bukan pertama kalinya kuajukan, tetapi … entahlah. Kupikir perlu memperjelas semuanya. Sayangnya, yang kudapat hanya tatapan sendu dan keterdiamannya. Ini aneh, Dad mengambil banyak sekali sifat manusia. Padahal, aku masih tidak melupakan fakta bahwa beliau adalah keturunan vampire bangsawan. Yang kutahu, vampire bangsawan itu adalah mereka yang terlahir vampire. Dengan keturunan yang langsung dan tidak bercampur dengan darah yang lain—tidak sepertiku, tentunya. Kalau saja ibuku bukan vampire, tentu aku juga merupakan vampire bangsawan. Namun, aku tidak boleh mengeluh tentang takdir yang sudah terjadi padaku, kan? Aku tidak bisa memilih lahir dari siapa.
Read more
Part 122. Daphne Datang
“Mereka sedang melakukan pergerakan, dan kau tak mau kau terlibat lebih jauh. Untuk sekali lagi, kau harus selamat. Ayo!”Dad berdiri dan langsung menarik tanganku. Pergerakannya begitu cepat hingga kau merasa pusing karenanya. Lalu, beliau memakaikan tudung kepala yang sama seperti kupakai saat ke markas Arthur. Begitu pula dengan Dad, beliau memakai tudung yang sama denganku.Apa kami akan kembali ke sana, atau melakukan penyamaran lagi?“Kau tidak sedang lapar, kan?” tanya Dad. Aku menggeleng, karena memang sedang tidak lapar. Dad sudah memberiku makan beberapa jam yang lalu. Yah … meski setelahnya aku melakukan latihan fisik setelahnya.“Berjanjilah pada Dad untuk tidak melakukan apa pun, sebelum Dad perintahkan! Tetap di belakang Dad,” lanjutnya.Aku sama sekali tak mengerti. Sebelum ini kami berbincang ringan, dan dalam hitungan menit semua berubah. Dad terlihat seperti terburu-buru dengan tangan yang mengalami tremor. Aku merasakannya. Tangan Dad yang dingin terasa bergetar kar
Read more
Part 123. Bisakah
Kami bergegas seperti yang Dad ucapkan pada kami. Begitu pun dengan Daphne, dia berada di sisiku tak peduli apa pun yang terjadi, dia bahkan rela untuk memperlambat larinya hanya untuk menungguku. Bagus sekali! Setidaknya dia tidak banyak omong untuk saat ini. Seperti biasa, laju lari vampire sangat patut untuk diacungi jempol. Apalagi untuk sekelas Daphne—yang baru kutahu faktanya beberapa waktu lalu dari Dad, bahwa Daphne memiliki kecepatan rata-rata di bangsanya. Kalau bisa dikatakan, Daphne memiliki kelebihan yang bagus. Tak hanya itu, kecepatan Dad pun bahkan dikalahkannya. Aku tak tahu harus bangga atau malah bersedih mengetahuinya. Bangga karena memiliki saudara yang berkelebihan bagus, dan sedih mengetahui bahwa aku tidak lebih baik. Sekali lagi, dia perempuan dan aku laki-laki. Ada rasa malu saat saudara perempuanku memiliki kemampuan yang lebih hebat. “Kau tidak mau mengetahui keadaan Mom?” ta
Read more
124. Ayo Kita Lakukan!
“Untuk kali ini, Dav. Berusahalah untuk tidak mempermalukanku di hadapan Daphne. Kau dan aku harus berada di batas kesadaran. Karena kalau tidak, jiwa ketiga kita akan muncul dan hal itu bukan hal yang bagus,” ucap Devan.“Apa maksudmu mengatakan itu, Dev?”“Yah, aku tidak mau terlihat bodoh di depan adik manis kita.”Kalau ada cermin, aku ingin tahu bagaimana ekspresiku saat ini. Adik manis, katanya? Apa aku salah terka kalau Devan tengah tebar pesona pada Daphne—si adik menyebalkan itu? Atau jangan-jangan, Devan mengiyakan permintaan Daphne hanya karena ingin tampil memukau di depannya?Dih, serigala tak tahu diri!“Jangan pikirkan apa pun, Dev! Yang harus kita lakukan untuk saat ini adalah bagaimana sampai dengan cepat. Dad sudah pergi terlebih dahulu. Tinggal kita yang menyusul. Jangan lupakan juga bagaimana tadi Daphne tidak mengatakan sesuatu tentang Mom. Aku yakin Mom sedang tidak baik-baik saja,” ucapku. Tidak ada hal yang kupikirkan lagi selain keadaan mereka. Untuk itu, samp
Read more
Part 125. Berubah
Selama perubahan ke bentuk serigala, aku merasa kesakitan yang luar biasa pada tubuhku. Kalau dihitung, ini baru yang ke empat kalinya. Dan jujur saja aku belum terbiasa sama sekali. Kalau saja bisa, tentu aku lebih memilih untuk tidak berubah saja. Sendi yang berubah dan bergerak perlahan, bulu yang merengsak keluar dari pori-pori kulit, mengukir rasa sakit yang harus—dan mau tak mau, untuk kutahan. Rasa sakitnya tetap sama seperti pertama kali aku berubah. Hanya saja, untuk ini kali kedua aku berbincang dulu dengan serigalaku sebelum berubah. Yang pertama, tentu saja saat berlatih dengan Dad saat itu. Dad dengan sikap pemaksanya membuatku berubah meski menolak dengan keras. Alhasil, Dad memenangkan perdebatan kami. Aku berubah setelah berkomunikasi dengan Devan. Hanya saja, ada insiden yang harus kuingat seumur hidup saat itu. Dad mendapatkan luka, karena aku hanya sebentar untuk bisa mempertahankan kesadaran. Ak
Read more
Part 126. Datang
Devan berlari dengan kecepatan yang tidak main-main. Di punggungnya, ada Daphne yang tengah memeluk erat lehernya. Aku bisa merasakan hal itu, karena apa yang dirasakan Devan, bisa kurasakan juga. Hanya saja, aku tidak tahu bagaimana ekspresi Daphne saat berada di atasnya. “Dav, apa yang kau pikirkan?” tanya Devan. Kuakui dia hebat juga, ya. Bisa berkonsentrasi untuk mempertahankan perubahan kami, dan mengajakku berbincang. “Aku memikirkan banyak hal. Tak hanya itu, aku juga ingin tahu bagaimana rupamu.” “Perlu kita berhenti di danau terdekat untuk melihat bayangannya?” tawarnya. Aku menggeleng, meskipun dia pasti tidak tahu. Yah … aku reflek saja melakukannya karena sudah terbiasa. “Jujur saja, Dev, aku gugup. Tak tahu kenapa, tetapi aku merasakan banyak hal tengah bergejolak. Tak tahu lagi harus bagaimana aku mengatakannya. Jadi, aku bingung harus ba
Read more
Part 127. Tidak Ada Hubungannya
“Tidak bisa! Aku sama sekali tidak ingin melupakan eksistensi Lunar di muka bumi ini. Seharusnya kau tahu itu, Putraku!” Paman Davian semakin gila saja. Enak saja memanggilku sebagai putranya, sedangkan ibuku sama sekali tidak pernah berhubungan dengannya. “Paman, aku ini putra Cedrick, bukan putramu. Jadi jangan sebut aku Putraku. Itu menggelikan, tahu!” Bagaimanapun juga, aku harus memberitahu Paman Davian bagaimana seharusnya beliau bersikap. Beliau harus ingat, bahwa tidak ada setetes darahnya di dalam nadiku. “Aku tentu tahu hal paling dasar seperti itu, Dav. Kau jangan khawatir, aku sama sekali tak berniat untuk merebutmu dari Daddy kesayanganmu itu. Hanya saja, aku ingin mengingatkan jika hubungan keluarga bukan hanya melalui pertalian darah. Dulu aku adalah mate ibumu, dan itu tidak mengubah apa pun. Itu artinya, putra Lunar juga putraku.” “Itu hanya
Read more
Part 128
Kemampuan Paman Davian, sekilas mirip Dad. Yakni ….“Bisa membaca pikiran, maksudmu? Ya! Aku memang memiliki kemampuan itu, Dav. Kau jangan khawatir, kemampuanku tidak lebih baik dari ayahmu itu, salahkan saja dirimu yang teramat mudah untuk dibac pikirannya.”Ya sudah! Aku tidak akan terkejut lagi dengan hal seperti itu, karena sejak awal kehadirannya saja sudah mengagumkan.“Berhenti memikirkan hal yang tak penting, Dav! Kau harus melihat apa yang terjadi di depan kita!” Devan menginterupsi. Entah kenapa, aku selalu memikirkan hal yang tidak seharusnya aku pikirkan. Semua terlintas begitu saja, seperti benang kusut yang alurnya tidak tertebak. Padahal, keadaan sedang genting.Lagi-lagi, aku harus berusaha untuk berkonsentrasi. Aku tidak boleh goyah dan hancur hanya karena masalah sepele.“Ingat! Kau memiliki darah manusia, serigala, dan vampire sekaligus dalam tubuhmu. Semuanya bisa kau lakukan atas kehendakmu!” Paman Davian memeringatiku kembali. Aku sama sekali tidak tahu apa yang
Read more
Part 129. Hanya Bisa Menunggu
“Perlu kau ketahui, Dav. Terkadang Lunar memiliki kemampuan untuk bertahan hidup lebih baik dari yang kau pikirkan,” ujar Paman Davian. Aku tercengang.Separuh jiwaku hampir tersedot pada kehilangan jati diri. Aku tak boleh seperti itu. Tak tahu apa maksud di balik ucapan Paman Davian yang seperti memprovokasiku untuk berubah. Pun begitu dengan Devan. Aku bisa merasakan jika serigalaku itu tengah menahan diri secara mati-matian. Salah sedikit, kami bisa menghancurkan apa pun.“Dav, Putraku ….” Aku bisa mendengar ucapan lirih dari Mom. Sorot mata yang tidak akan bisa kulupakan. Aku ingin menangis, tetapi sisi hatiku melarang untuk melakukannya.Aku sadar secara penuh, saat tubuh serigalaku berjalan menghampiri di mana Mom terbaring. Huru-hara yang terjadi tak begitu kupedulikan. Ada banyak orang dan jiwa yang terlibat, tetapi aku merasa kosong dan hampa. Ramai di sekitar, tetapi sepi di hati. Entahlah … aku merasa sedih.“Itu adalah refleksi tekanan emosi di dalam dirimu, Dav. Kau haru
Read more
Part 130. Tidak Bisa Berbuat Apa Pun
“Aku bercanda, dan jangan dimasukkan dalam hati, ya!?” Gila! Paman Davian benar-benar ingin mempermainkan emosiku. Dia berkata dengan lantang kalau aku bisa menunggu maut menjemput saja. Akan tetapi, tentu tidak bisa semudah itu. Ada banyak hal yang harus aku lakukan terlebih dahulu sebelum maut menjemput. Seperti menghabisi mereka yang berpotensi untuk merusak segalanya, misalnya. Atau menghentikan kekacauan secepat mungkin. Bagaimanapun juga, ada ibu, ayah, dan adikku sedang bertempur. Masih samar, tentunya. Namun, aku bisa merasakan bahwa semuanya bertempur dengan sekuat tenaga mereka. Aku tahu Dad, sembari melawan mereka yang mencoba untuk menyerang Mom, beliau juga mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. Entah siapa yang dicarinya, aku tak tahu. Akan tetapi, aku salut padanya. “Paman, bagaimana caranya mereka membedakan mana yang musuh, mana yang kawan? Bukankah mereka terlihat mirip satu sama
Read more
PREV
1
...
111213141516
DMCA.com Protection Status