Semua Bab Gairah Terpendam Suami Kontrak : Bab 81 - Bab 90

264 Bab

81 Istri Harus Diutamakan

Selain itu, demi untuk mengalihkan perhatian Ezra agar tidak lagi membahas tentang rencana pernikahan resmi. Setelah kegagalan dalam rumah tangga sebelumnya, hati Kavita seolah sudah tertutup rapat dan belum tertarik untuk membina hubungan lebih serius lagi dengan pria manapun. “Semua persiapan sudah beres?” tanya Ezra ketika Kavita menyambut kepulangannya di rumah. “Jangan sampai ada data yang lupa disertakan, atau kesalahan kecil lainnya.” “Kalau dari kami yang berjibaku di bagian data, rata-rata sudah beres, Pak. Kita tinggal berkoordinasi dengan bagian pabrik dan gudang terkait stok model tertentu yang ingin kita bawa besok,” jawab Kavita sembari meraih tas kerja Ezra. “Masih ada beberapa hari untuk merapikan persiapan, tapi mungkin kita akan kekurangan orang karena sebagian harus ikut kita.” “Kalau begitu kamu bisa bilang kepala pegawai untuk membuka lowongan magang, bisa juga penerimaan pegawai untuk kontrak tiga bulan saja.” Ezra memberi perintah. “Tiga bulan? Apa tidak
Baca selengkapnya

82 Siapa Lawan yang Sesungguhnya

Kavita mengangguk dan segera membereskan pekerjaannya. Betapa terkejutnya dia ketika tiba di ruang pegawai dan melihat barisan para pelamar, salah satunya adalah ....“Karin?!”Salah seorang calon pegawai yang paling muda, menoleh dan matanya terbelalak kaget saat bertatapan mata dengan Kavita.“Kak Vita ...?”Demi profesionalitas kerja, Kavita tidak ingin bersikap spesial terhadap mantan adik iparnya. Dia lantas meminta perhatian semua orang yang sedang menunggu informasi selanjutnya.Sesuai arahan, Kavita mencocokkan data calon pegawai dengan orang yang bersangkutan.“Kamu serius mau kerja di sini?” tanya Kavita ketika tiba giliran Karin. “Kamu masih sekolah, kan?”“Masih, Kak ....”“Panggil saya ibu, karena ini di tempat kerja.”“Iya, Bu ... Saya butuh kerjaan ini.” Karin menurut saja. “Saya cuma part time saja kok, jadi tolong diterima ya?”Kavita tidak menjawab dan melanjutkan giliran pada calon pegawai lain hingga separuh selesai.“Vit, sini aku lanjutkan—maaf kalau r
Baca selengkapnya

83 Kebanggaan Sekaligus Kesombongan

“Mereka sudah datang,” ucap Ezra dengan pandangan terarah lurus ke satu rombongan dengan pemimpin mereka yang berjalan paling depan: Endrawan Danadyaksa yang didampingi putranya, Shadan.“Mereka ... kenapa bisa datang sama-sama, Pak? Tanya Kavita yang duduk tepat di samping Ezra. “Apa karena satu keluarga?”“Ya,” angguk Ezra singkat.Dari cara Ezra menjawab, Kavita bisa tahu bahwa sang atasan menyimpan banyak sekali rahasia terkait latar belakang keluarganya. Terkadang dia bingung, bagaimana caranya dia membantu Ezra untuk mendapatkan hak-haknya di keluarga besar Danadyaksa kalau latar belakangnya saja Kavita tidak tahu?“Suatu saat nanti, saya akan menceritakan hal yang sebenarnya sama kamu.” Ezra seolah bisa menebak apa yang sedang ada di dalam pikiran Kavita. “Tapi tidak sekarang, karena saya ingin fokus untuk urusan hari ini.”Kavita mengangguk mengerti. “Hari ini adalah milik Anda, Pak. Semua pegawai akan bekerja sama untuk keberhasilan Dyaksa Company.”Mau tak mau Ezra men
Baca selengkapnya

84 Seakan Tidak Dianggap

“Mungkin saja pelaksanaannya sedikit berbeda, Pak.” Kavita menyahut supaya menetralkan suasana hati Ezra. “Kita tunggu saja giliran kita.”Namun, sampai perwakilan Danadyaksa Grup selesai mempresentasikan produknya, tetap saja giliran Dyaksa Grup tidak kunjung tiba.Mampus kalian, batin Shadan sambil tersenyum miring. Ekspresi wajah Ezra yang begitu keruh membuatnya merasa puas karena rencana-rencana yang dia siapkan telah berhasil diterapkan dengan baik.Sakit hati yang Shadan rasakan menuntut untuk dibalaskan dengan lebih pedih, bagaimana pun caranya.“Kavita, kamu tadi bilang kalau semuanya sudah beres kan?” tanya Ezra tajam. “Lihat ini kamu lihat!”Kavita mulai ikut gelisah. “Tapi saya sudah cek dan mereka melaporkan bahwa tidak ada kendala, Pak.”“Terus kenapa Dyaksa Company sama sekali tidak mendapatkan tempat?” tukas Ezra sembari memegang keningnya. “Mustahil kalau ada kekeliruan, saya tidak percaya ini ....”Kavita menelan saliva, dia sendiri tidak tahu apa yang terjadi
Baca selengkapnya

85 Tidak Memiliki Ikatan Darah

Kavita yang tahu kalau Pasha belum makan hidangan, lantas menoleh kepada Siska. “Tolong kamu ambilkan makanan untuk Pak Pasha, Sis.” “Kenapa aku?” Kavita menyipitkan matanya, mengisyaratkan bahwa dia tahu sesuatu yang terjadi antara Siska dengan Pasha. “Ayo cepat,” desis Kavita pura-pura mengancam. “Aku tahu rahasia kalian lho.” “Apaan sih, Vit?” Siska melotot, tapi dia tetap berdiri dan mengambilkan hidangan untuk Pasha. Kini hampir seluruh tamu memusatkan perhatian ke panggung dan mendengarkan pernyataan testimoni langsung dari para pelaku bisnis yang menjalin kerja sama dengan perusahaan Ezra. Hal itu tentu saja menambah keyakinan bahwa perusahaan Ezra layak diperhitungkan untuk mendapatkan tender yang menjadi incaran banyak pemilik perusahaan. “Apa-apaan ini?” geram Shadan tidak terima. “Kenapa bisa dia ...? Bukankah seharusnya acara sudah hampir selesai?” Berbanding terbalik dengan Shadan yang bersikap seperti cacing kepanasan, Endrawan justru menyimak pernyataan para nar
Baca selengkapnya

86 Yang Diinginkan Sang Bos

“Kamu pasti tahu siapa dalang di balik seluruh kejadian ini kan?” tebak Pasha. “Aku punya dugaan, meskipun aku belum punya cukup bukti yang kuat.”Ezra mengetukkan jemarinya di atas permukaan meja.“Aku mungkin terlalu berburuk sangka kalau berpikir bahwa Shadan-lah yang berada di belakang semua ini,” katanya datar.“Sepemikiran,” angguk Pasha. “Tapi seperti yang aku bilang tadi, aku belum menemukan bukti yang kuat.”“Lagipula Shadan tidak mungkin melakukannya dengan tangan sendiri, tipe-tipe yang suka cuci tangan atas kekacauan yang dia lakukan.”Ezra mengangguk setuju. “Aku akan transfer sejumlah bonus ke rekeningmu,” katanya sambil meraih ponsel.“Wah, kamu bos yang cukup baik ternyata.”“Aku tidak butuh komentarmu, cepat masukkan nomor rekening di sini.”Sambil nyengir lebar, Pasha memasukkan nomor rekening di ponsel Ezra.“Mungkin ini tidak seberapa banyak bagi kamu, tapi aku lihat kamu cukup berdedikasi ....”“Aku butuh apresiasi, bukan sekadar dipuji.” Pasha membala
Baca selengkapnya

87 Lahirkan Seorang Anak untuk Saya

“Di kantor, saya memang bos kamu. Tapi di rumah, saya adalah suami kamu.” Ezra menegaskan.“Saya tahu, Pak ...” Tidak hanya jantung yang berdegup kencang, bahkan tangan Kavita juga ikut bergetar di atas bahu Ezra.“Jadi, mulai sekarang stop panggil saya ‘bapak’ kalau kita sedang berada di rumah.”“Tapi, Pak ....”“Jangan panggil saya bapak, kamu tidak dengar saya bicara apa barusan?”Kavita tergeragap, jaraknya yang sedekat itu dengan Ezra membuatnya sulit bergerak leluasa.“Kalau begitu, saya harus panggil apa?”“Panggil saya seperti seorang istri yang memanggil suaminya.”Kavita berpikir keras, lalu ....“Tidak bisa, saya ... saya malu!” Dia menunduk dan kepalanya membentur dada bidang Ezra.“Kenapa malu, kan cuma di depan saya saja.”“Oh, saya kira ...” Kavita memalingkan wajah tanpa berani mengangkat kepalanya.“Kalau kamu ingin memanggil nama saya di depan umum, silakan saja asalkan kita membuat pernikahan ini menjadi resmi.” Ezra melanjutkan. “Kalau pernikahan kita t
Baca selengkapnya

88 Tidak Mudah Dibujuk Cumbu Rayu

“Sebentar, saya ... saya agak lelah akhir-akhir ini ...” rintih Kavita, yang justru membayangkan bagaimana prosesnya Ezra dan Monic menjalin kisah kasih yang terlarang. “Boleh saya minta waktu untuk berpikir?”Ezra menarik napas.“Berpikir untuk apa lagi? Atau jangan-jangan kamu belum bisa move on dari mantan suami kamu?”Kavita menggeleng, dia benar-benar lelah sejujurnya. Dan pengakuan Ezra sukses menjebol ketahanan fisik dan batinnya yang akhir-akhir ini digembleng.“Ini sama sekali tidak ada hubungannya sama Deryl, kecuali rasa trauma yang dia tinggalkan dan pengkhianatan yang mungkin akan sulit saya lupakan dalam waktu cepat.” Kavita menjelaskan. “Saya cuma tidak ingin ... melakukan kesalahan yang sama.”“Jadi kamu pikir saya sama seperti mantan suami kamu?”“Saya tidak pernah bilang seperti itu ... tolong beri saya waktu untuk berpikir. Kita tidak bisa gegabah, apalagi pernikahan resmi bukanlah sesuatu yang sebentar—jadi jangan sampai Anda salah memilih orang.”Ezra masih
Baca selengkapnya

89 Jangan Berharap Terlalu Tinggi

“Saya akan secepatnya hubungi kamu lagi, karena ini sifatnya masih uji coba.” Shadan menjawab tanpa kepastian.“Tidak apa-apa, Pak. Saya sudah sangat senang bisa uji coba di sini, kantor Anda mengingatkan saya pada kantor lain ....”“Kantor kamu sebelumnya? Di mana?”“Kalau tidak salah namanya ... oh ya, Dyaksa Company!” jawab Deryl segera.Shadan tertegun, berpikir kalau dirinya salah dengar.“Dyaksa Company? Kamu yakin?” Shadan memastikan.“Tentu saja yakin, Pak. Saya kan pernah ke sana,” angguk Deryl. “Memangnya ada apa ya, Pak?”Shadan tidak segera menjawab. Ini sangat menarik, batinnya dalam hati. Bisa dipastikan kalau Deryl juga mengenal pemilik Dyaksa Company.“Tidak apa-apa, kebetulan saya tahu perusahaan itu. Jadi ... bisa kamu ceritakan pengalaman apa saja yang kamu dapatkan selama bekerja di Dyaksa Company?” tanya Shadan layaknya wawancara kerja.“Oh, saya ... saya tidak kerja di sana, Pak!” “Apa? Terus kamu ngapain?”Deryl terdiam, dia tidak mungkin menceritaka
Baca selengkapnya

90 Kamu Sudah Ada Jawaban?

Kavita terbelalak saat Karin muncul di ruangan mereka.“Kalian bisa pesan apa pun sama Karin, tiap pagi dia akan berkeliling mengantar minum.” Pasha menjelaskan.Karin hanya tersenyum gugup di hadapan para seniornya.“Kamu betah kerja di sini, Rin?” tanya Kavita saat jam makan siang dan melihat mantan adik iparnya yang sedang memesan makan.“Bukan betah sih, Kak. Tapi bersyukur,” jawab Karin apa adanya. “Dari kerjaan inilah aku dapat uang.”“Memangnya kakak kamu belum kerja?”“Belum, tapi katanya sudah diterima kerja kantoran.”“Di mana? Bukan di kantor ini kan?” Kavita memastikan.“Kayaknya bukan, Kak.” Karin meringis. “Kakak nggak mau lagi bertemu Kak Deryl ya?”“Masalahnya nanti Yura cemburu kalau tahu suaminya satu kantor sama aku,” kilah Kavita. “Aku cuma tidak mau ribut saja kok, Rin.”“Aku juga belum tahu pasti kantornya di mana kok, Kak. Yang pasti bukan di sini,” ujar Karin menenangkan. “Duluan ya, Kak?”Kavita mengangguk, dia cukup terkesan dengan perubahan sikap
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
27
DMCA.com Protection Status