Home / Romansa / Gairah Terpendam Suami Kontrak / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Gairah Terpendam Suami Kontrak : Chapter 21 - Chapter 30

264 Chapters

21 Lima sampai Sepuluh Juta per Bulan

“Kalau bisa, saya ingin satu kali sidang langsung selesai saja, Bu. Bisa tidak, ya?” tanya Kavita yang sudah tidak sabar ingin segera berpisah dari Deryl. “Saya akan coba upayakan, Bu.” Tricya berjanji. “Apalagi posisi Anda lebih kuat di sini, terdapat bukti yang menunjukkan kalau Pak Deryl adalah suami yang tidak bertanggung jawab, termasuk pernikahan keduanya yang dia lakukan secara diam-diam.” Kavita menarik napas lega, dia tahu bahwa Ezra tidak mungkin sembarangan merekomendasikan orang kepadanya. “Kita sarapan apa ini?” Pagi itu di rumah Deryl, para penghuni sudah duduk di meja dapur yang masih bersih. “Ibu dan Yura tidak memasak ya?” “Ibu masuk angin, Kak.” “Terus Yura?” Deryl mengalihkan pandangan kepada istri keduanya. “Kulkas kosong, sudah sejak kapan itu kamu tidak isi juga dengan bahan makanan sehari-hari.” Yura beralasan. “Di toko cuma ada sarden, mi instan, telur, bisa saja sih aku ambil—nanti takutnya ada yang lapor.” Karin terbelalak mendengar sindiran Yura yang
Read more

22 Kelaparan Tengah Malam

“Enak juga masakan kamu ya, Vit?” “Masa? Itu masakan ala kadarnya, masa enak?” “Kalau tidak enak, aku tidak akan makan.” “Bisa saja kamu takut kalau aku tersinggung.” “Serius, Vit. Ini enak sekali!” Melihat interaksi antara Kavita dan Adya yang begitu akrab penuh canda, akhirnya Ezra mengurungkan niatnya dan memilih untuk pergi. Malam itu tidur Kavita berlangsung damai, sampai akhirnya terdengar suara tegas yang memanggilnya dengan nada mendominasi. “Kavita, bangun.” Rasa kantuk dan pikiran yang teramat lelah membuat Kavita sulit untuk membuka kedua matanya. “Kavita, bangun sebentar.” “Iya ....” Tetap tidak ada pergerakan yang berarti. “Kavita, ini gawat! Bos kamu ....” Strategi yang lumayan berhasil. “Bos ...? Kenapa dengan Pak Ezra? Apa yang terjadi sama dia?” “Bangun dulu, cepat!” Kavita tergeragap dan menoleh ke sana kemari seakan baru saja mengalami mimpi buruk, di saat yang sama Ezra juga balas menatapnya. “Pak Ezra ... Ada apa?” tanya Kavita sambil buru-buru ban
Read more

23 Menawarkan Kesempatan Kedua

Seperti perintah Ezra sebelumnya, dia baru turun setelah sang bos masuk ke dalam gedung perkantoran. Itupun Adya harus menjauhkan mobil supaya tidak terlihat oleh pegawai lain. “Sepertinya tidak masalah kalau aku turun sekarang,” ujar Kavita. “Memangnya kenapa sih kamu harus nunggu Pak Ezra masuk kantor dulu? Kan memang dia sudah kasih kamu tumpangan.” “Aku merasa tidak enak saja dengan karyawan lainnya, Adya.” “Bilang saja kalau kamu memang kerja di rumah Pak Ezra juga.” Kavita menarik napas. “Tidak sesederhana itu, pendapat tiap orang kan beda-beda.” Adya tidak lagi berkomentar, sampai akhirnya Kavita turun dari mobil Ezra. Sebelum mencapai halaman, Kavita merasakan ada yang menarik bahunya dengan gerakan kuat. “Vit, aku mau bicara!” Kavita menoleh dan terkesiap saat melihat keberadaan Deryl di dekatnya. “Mau bicara apa lagi kamu? Bukankah kamu tidak mau melihat wajahku?” Deryl terlihat berusaha keras untuk tidak terpancing emosi. “Aku sadar terakhir kali kita bicara, si
Read more

24 Perlu Saya Temani?

Gerak Kavita jadi terhambat dalam beraktivitas karena memar dan rasa nyeri yang begitu kuat saking kerasnya dia terjatuh saat Deryl terjerembab karena dikejar-kejar orang.“Jadi suami kamu yang bikin perkara lagi?” tanya Ezra saat kesigapan Kavita sedikit berkurang ketika menyiapkan segala kebutuhannya.“Iya, Pak ....”“Dia sudah mengusir kamu kan? Dan dia juga yang cari-cari kamu lagi?”“Begitulah, saya juga heran. Maaf ya, Pak ... Saya tidak bisa kerja cepat, nyeri masih terasa.”Ezra diam sebagai tanggapan, yang justru diartikan Kavita sebagai ungkapan tidak senang.“Nafkah bulanan saya dipotong juga tidak apa-apa, namanya juga musibah.”“Saya potong sampai lima puluh persen, mau?”“Jangan lah kalau lima puluh persen, Pak ... Saya masih bisa gerak kok ini, lihat.” Kavita menarik satu setel piyama tidur Ezra dan meletakkannya di tepi tempat tidur, lalu dia menarik keluar keranjang cucian kotor untuk dia bawa turun ke tempat cuci.“Masak nasi goreng masih bisa?” cetus Ezra k
Read more

25 Rayuan Maut Yura

Sejak gagal membujuk Kavita dan nyaris menjadi bulan-bulanan massa, Deryl tidak memiliki pilihan lain kecuali pulang ke rumahnya dengan tangan kosong.“Kok lesu begitu, Ryl?” sambut ibu heran. “Dari mana kamu? Melamar kerja lagi?”“Iya, Bu.” Deryl terpaksa berbohong.“Daripada kamu sudah payah begitu, lebih baik kamu kelola toko saja.”“Masalahnya stok barang sudah banyak yang berkurang, seperti yang Ibu bilang kalau agen tidak lagi rutin menyetor barang.”“Tidak apa, kamu bisa mulai semuanya dari nol lagi.”Deryl tertunduk lesu. Dia tidak terbiasa memulai segala sesuatunya dari awal, selama ini Kavita yang merintis semua hal dan dia tinggal menunggu hasilnya dengan santai.“Ibu dan Karin akan bantu kamu, sayang sekali kalau bisnis toko itu tidak kamu lanjutkan ....”Deryl akhirnya mengangguk karena tanpa adanya Kavita, seluruh jalan keluar seolah sudah tertutup kabut yang sangat tebal.Dan sekarang inilah yang Deryl lakukan. Menuruti saran ibunya, dia membuka lagi toko serba
Read more

26 Kami Akan Saling Memanfaatkan

“Dikasih jepit rambut saja,” usul Ezra sembari meraih sebagian kecil rambut Kavita yang ada di sisi kanan dan kiri lalu menyatukannya. “Seperti ini ....”“Waaahh, Anda jago jadi penata rambut juga!” Kavita memuji, seraya menatap Ezra dari pantulan mereka di cermin. “Masih ada beberapa jam, saya beli tas yang cocok dulu dengan baju ini.”Ezra menarik tangannya dan berpendapat hal yang sama, neneknya mungkin telah melupakan sesuatu yang penting.“Masih keburu kan, Pak?”“Iya.”“Kalau begitu saya ajak Adya, boleh?”Ezra tidak perlu berpikir lama untuk segera menjawab. “Memangnya di sini siapa yang jadi suami kontrak kamu, saya atau Adya?”Namun, dia mengatakannya dalam hati saja.“Bagaimana, Pak?”“Adya bukannya harus bersiap-siap untuk mengantar kita nanti?”Kavita mengangguk paham.“Kalau begitu saya mau ajak Siska saja, Pak.”“Terserah, yang penting jangan lama-lama.”Setelah mengantongi izin dari Ezra, Kavita pergi ke kamar tamu untuk berganti pakaian.“Aduh Vit, lain k
Read more

27 Gugatan Cerai Kavita untuk Deryl

“Tidak! Apa-apaan ini?”Siang yang terik itu semakin panas saat teriakan Deryl membelah angkasa, Karin yang baru saja tiba di rumah sampai terlonjak kaget dan nyaris melompat dari lantai.“Sudah lah, Ryl ... Ikhlaskan, hadapi.”“Tidak, Vita ...! Aku pikir dia tidak akan serius dengan ucapannya!”“Dan ternyata dia serius kan? Itu bagus,” sahut Yura tenang sambil menepuk bahu suaminya.Karin mendatangi mereka berdua dengan tampang ingin tahu.“Lihat apa yang dilakukan kakak ipar kamu ...” kata Deryl tidak bertenaga sembari melambaikan surat yang dikirim dari kantor pengadilan.“Kiamat sudah dekat ...” gumam Karin pucat pasi. Dengan adanya surat dari pengadilan, dia tahu bahwa kakak iparnya sungguh-sungguh menggugat cerai kakak kandungnya.Semua ini gara-gara Yura, tentu saja!“Puas sekarang, Kak?”Yura berjengit ketika Karin menusukkan tatapannya yang setajam pedang.“Tentu saja, dengan begini aku dah kakakmu bisa fokus membangun rumah tangga.”“Oh ya, dengan cara menghancurkan rumah ta
Read more

28 Jangan Harap Aku Mau Berkorban

Kavita gugup setengah mati saat Ezra membungkukkan badan untuk menyejajarkan wajahnya dengan wajah Kavita. “M—maksudnya ...? Anda mungkin mau saya ... traktir makan?” Ezra pura-pura berpikir. “Tidak ada yang spesial dari sebuah tawaran makan.” “Lalu apa? Anda bilang saja terus terang, Pak.” “Yakin kalau kamu tidak akan menyesal?” Kavita menggeleng. “Kalau saya menyesal, saya tidak mungkin memperpanjang kontrak pernikahan kita.” Ezra menatap Kavita selama beberapa saat, yang dibalas senyum lemah dari bibirnya yang merah alami. “Saya mau sesuatu yang berbeda,” kata Ezra sembari mengangkat dagu Kavita. “Maaf, Pak! Tapi menurut kontrak, kita tidak diperkenankan untuk sentuhan fisik sama sekali!” Ezra tersenyum singkat ketika Kavita mundur menjauh untuk menciptakan jarak. “Memangnya saya minta kamu untuk kontak fisik sama saya?” “Terus tadi itu ... Anda pegang-pegang saya ....” Ezra menegakkan dirinya. “Kamu tidak perlu sepanik itu, saya cuma mau satu hal saja.” “Apa, Pak?”
Read more

29 Merasa Berhak Atas Gaji Kavita

Ezra diam membisu, perasaan muak mulai menjangkiti hatinya yang sejak awal tidak terkesan dengan sosok suami Kavita yang resmi.Karena menurutnya, suami yang normal tidak akan mengizinkan istrinya menikah kontrak dengan pria lain apa pun alasannya.Terlebih lagi sampai membebankan tanggung jawab mencari nafkah ke pundak istri, Deryl benar-benar telah mencoreng citra seorang pria sejati yang sesungguhnya.“Bagaimana, Pak? Bisa?” tanya Deryl tanpa malu-malu.“Apa yang membuat kamu merasa berhak atas gaji Kavita?” balas Ezra datar, masih dengan posisinya duduk membelakangi Deryl.“Karena saya ini suaminya, Pak. Dia pernah bilang kalau gajinya belum ditransfer padahal kontrak pernikahan kalian sudah berakhir.”Ezra mengepalkan tangannya, dia ingin sekali rasanya mempermalukan Deryl sampai puas.“Buktinya apa kalau Anda ini adalah suaminya Kavita?” Deryl sontak diam. Bayangan setumpuk uang mulai menari-nari di kepalanya, jadi dengan alasan apa pun dia tidak boleh mundur kali ini.
Read more

30 Aku Saja yang Pegang Keuangan

“Tidak, tidak, Ibu minta lagi saja sama Deryl. Ini saja masih kurang banyak dari yang awalnya dia janjikan dulu sama aku.”Ibu Deryl menarik napas dengan sabar.“Semoga kamu maklum ya, suami kamu sedang berada di situasi susah. Jadi mungkin apa pun yang pernah Deryl janjikan ke kamu bisa terwujud suatu saat nanti.”Yura tidak menjawab, ibu Deryl menganggap bahwa diamnya Yura merupakan tanda penolakan terhadap permintaannya.Setelah mendapatkan jatah bulanan, seperti biasa Yura langsung belanjakan kebutuhan pribadi seperti skincare rutin dan makanan enak-enak untuk dia konsumsi sendiri. Deryl menyipit heran ketika ada kurir yang mengantar paket atau makanan meskipun dia tidak merasa pesan.“Pasti Yura langsung belanja,” batin Deryl dalam hatinya, tapi dia tidak sempat untuk memastikan sendiri karena masih sibuk di toko. Dipikirnya Yura pesan makanan juga untuk sekeluarga.“Bu, masak apa?” Karin muncul di dapur. “Lapar berat aku ....”“Kamu duduk dulu, ibu buatkan teh hangat ya
Read more
PREV
123456
...
27
DMCA.com Protection Status