Pagi-pagi sekali pintu rumah Mirna diketuk dengan pelan. Bagus baru saja berangkat kerja dan Randy masih tidur. Kaki Mirna bersantai di atas sofa sambil menonton berita artis. Ia mendecak karena waktu santainya terganggu.“Siapa, sih pagi-pagi! Baru juga jam delapan sudah bertamu!” Ia mengentakkan kaki menuju pintu.Jari-jarinya yang dilingkari cincin-cincin emas pinjaman dari ibu Nayna membuka handle pintu. Kening Mirna mengerut–meski dalam hati ia terpana. Di depannya berdiri seorang wanita bersetelan rapi. Kemeja putih, celana kain dan blazer cantik yang pas di badan langsingnya.“Selamat pagi, Bu.” Suara itu menyapa dengan sopan.Mirna tersenyum canggung, tapi dalam hati mencibir. Sepertinya mau minta sumbangan. “Eh, iya pagi. Ada apa, ya?”“Boleh saya minta waktunya sebentar, Bu?”“Oh, iya, boleh.” Mirna membuka pintu lebar-lebar dan membiarkan perempuan berambut lurus sebahu itu masuk. “Silakan duduk.”Wanita itu duduk. “Terima kasih, ya, Bu.” Lalu tersenyum sopan sambil meletak
Last Updated : 2022-10-20 Read more