Home / Urban / Lelaki Impian Si Gadis Tak Sempurna / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Lelaki Impian Si Gadis Tak Sempurna: Chapter 51 - Chapter 60

330 Chapters

Minaki memimpin permainan

"Ehm..." Lenguhan ciuman kami keluar bersamaan dengan laju mobil Minaki yang membelah lebatnya salju. "Ehem, nona maaf." Sopir Minaki menginterupsi kegiatan kami. Kami melepas ciuman satu sama lain dengan tangannya masih di kedua pundakku dan tanganku berada di pinggang rampingnya. "Ada apa?" Tanyanya malu-malu. "Kita langsung pulang atau kemana?" Minaki menatap wajah dan bibirku sayu seakan terlena dengan ciumanku. Tanpa disangka jemarinya mengusap sudut bibirku yang basah karena saliva lalu menjilatinya. Betapa kagetnya aku melihat ulah Minaki yang mulai berani melakukan kontak fisik lebih intim tanpa rasa canggung. "Sudah, jangan begini Minaki, sopirmu menunggu jawaban." Aku menahan wajahnya yang hendak menciumku lagi. Minaki tersenyum malu lalu mengalungkan tangannya di leherku. "Jayka, tidur rumahku saja ya? Saljunya lebat." Bisiknya di telingaku. Astaga, wahai singa kecil tidurlah dulu, aku tidak bisa konsentrasi jika kamu menggeliat nakal begini. Tanpa Minaki sadari,
Read more

Aku bisa lepas kendali

Mobil kuning buatan Eropa milik keluarga Minaki telah terparkir di garasi. Namun hatiku masih dag dig dug tidak karuan membayangkan tatapan dan ucapan kedua orang tuanya. Ini sangat gila! Padahal aku sudah menolak ajakannya. "Jayka." Bisiknya lembut dengan tangan halusnya membelai leherku. Aku mengambil kedua tangan nakalnya yang sejak tadi mengusap bagian sensitif tubuhku. "Jangan menggoda." Minaki menatapku heran. "Nanti aku jelaskan. Sekarang kita turun." Ucapku tegas. Sangat tidak nyaman berdiri dengan posisi singa kecil masih mengeras seperti ini. Kalau tidak tahu tempat ingin rasanya kugantung Minaki di kaca spion. Setelah mendudukkannya dengan benar aku mendorong kursi rodanya ke dalam rumah. Rencananya, aku tetap pulang ke asrama meski bis terjebak salju sekalipun. Harga diriku tidak akan kugadaikan seutuhnya. "Ayo masuk." Sambut Nyonya Tatsuo dengan senyum mengembang. Aku kikuk sekali, pasalnya Nyonya Tatsuo seperti tidak masalah dengan kehadiranku yang akan berma
Read more

Minaki mau yang lain

Minaki tersenyum sambil menggeleng lalu kembali meletakkan kepalanya di dadaku dengan tangan memainkan kaosku. Andai yang sedang bersamaku ini adalah Harumi, aku pastikan sudah benar-benar hilang kendali. Rela melepas keperjakaan demi meraih kenikmatan dengan kekasih tercinta. "Aku mengerti Jayka." Ucapnya diselingi tawa kecil yang menyebalkan. "Sudah, jangan dibahas. Ini begitu menyakitkan Minaki." Minaki terkekeh lalu menatapku. "Benarkah?" Aku mengangguk lalu teringat satu tema pembelajaran tentang alat reproduksi klien. "Minaki, dalam buku yang kubaca, apa sekarang kamu sudah siap untuk kuajak berbicara mengenai cara mengeksplorasi dan mempraktekkan keintiman dan..... s*ks?" Minaki tampak gugup. "Itu...hal yang sangat... baru untukku Jayka." "Aku bertugas untuk membuatmu nyaman dengan s*ks, keintiman, kencan, dan sentuhan. Termasuk seperti ini. Agar kamu tidak merasa tidak diinginkan, tidak percaya dengan diri sendiri, termasuk tidak percaya ketika jatuh cinta pada seorang
Read more

Mencari titik sensitif

"Minaki, kamu mau apa?" Minaki sedikit merangkak lalu meraih sesuatu dari balik kepalaku dengan dadanya hampir menyentuh wajahku. Juga, parfum mahalnya yang menelusup indra penciuman lalu membangkitkan gairahku. Jika Minaki tidak tahu aku memiliki sensitivitas pada indra penciuman yang bisa merangsang gairahku, aku bisa menolerir. Tapi jika ia sengaja menggoda hasratku, akan kubuat dia mendesah tidak berdaya hingga aku memenangkan pertempuran panas itu. "Kenapa ini bisa disini?" Minaki kemudian duduk dihadapanku dengan membolak-balik sebuah kartu nama. "Apa itu?" Tanyaku. Minaki tersenyum tipis. "Kartu nama cinta pertamaku." Aku tergelak. "Boleh aku melihatnya?" Minaki mengangsurkan kartu nama itu padaku. "Hiroshi Takazawa." Minaki mengangguk. "Wow, dia bekerja di sebuah hotel?" Sedetik kemudian aku ingat nama hotel yang tertera di kartu nama itu. "Hotel depan Yokoha Club?" Tanyaku memastikan. Minaki mengangguk. "Aku bertemu dengannya saat pertama kali mengajakmu bertem
Read more

Ada tamu berbahaya

Aku beranjak dari ranjang Minaki lalu mengambil sebuah kertas dan bulpen. "Untuk apa Jay?" "Aku mau menulis hal apa saja yang membuatmu suka dan tidak suka saat kita bersentuhan. Kelak, jika kamu menemukan seseorang, kamu bisa mencatat hal yang ia sukai dan tidak." "Itu kuno sekali Jayka?" Aku terkekeh. "Aku ini penjaga sekaligus terapismu Minaki. Selain bekerja disini, aku juga bekerja di pabrik dan club. Aku khawatir akan lupa jika tidak mencatatnya." Minaki terkekeh lalu aku duduk di hadapannya. "Bolehkan aku duduk dipangkuanmu saat menjelaskan apa yang kusukai dan tidak kusukai?" Aku kembali memposisikan diri bersandar di headboard lalu Minaki duduk di depanku. "M*****basi. Apa kamu pernah melakukan dan bagaimana rasanya?" "Jayka, aku malu menjawabnya." Aku terkekeh. "Ini masih satu pertanyaan bagaimana jika aku bertanya tentang s** oral, s** anal, permainan pu***g su**, pembicaraan kotor, tamparan, permainan mainan s**." Minaki menoleh lalu menatapku tidak perc
Read more

Perjalanan jauh demi Harumi

"Pencuri! Berhenti!" Aku tetap berlari sekencang mungkin hingga menghilang di belokan lalu bersembunyi di halte dengan nafas ngos-ngosan. Berbagai umpatan meluncur dari mulutku karena ulah tamu sialan itu. Bagaimanapun, aku ini juga tamunya Minaki. Bukan pencuri seperti yang dia pikirkan. Belum reda ketengangan yang mendera jantung, sebuah pesan muncul dari Harumi. Harumi Jika kamu mencintaiku dan tidak selingkuh, maka tunjukkan kehadiranmu hari ini di Hyogo. Aku tunggu Jayka. -maps Tatsunono Tominaga Prefektur Hyogo- Aku menepuk jidat berkali-kali karena tekanan kanan kiri. Mementingkan Minaki membuat Harumi curiga lalu membahayakan hubungan kami. "Sial! Sial! Sial!" Kekesalan Harumi ternyata tidak main-main ketika dia tidak mau menerima panggilan dariku. Masalahnya jarak dari Miyazaki ke Hyogo itu sangat jauh, sekitar 7 jam perjalanan. Ditambah esok hari aku masuk kerja di pabrik dan malamnya ada jadwal manggung di Yokoha. Mau dibagi menjadi berapa tu
Read more

Kepalsuan sempurna

"Berjanjilah padaku kamu tidak akan meninggalkanku jika berkata jujur." Harumi mendengus malas lalu memalingkan muka. "Baiklah, aku tahu apa jawabanmu." "Kamu penipu Jayka." Harumi bangkit dari duduk lalu aku berusaha mengejarnya hingga di depan toko roti. Sadar sedang turun salju, aku mengajaknya berbicara di teras toko dengan memegang tangannya erat. Dia harus kembali ke dalam pelukanku setelah perjalanan jauhku yang melelahkan dan menguras tabungan. "Aku bekerja untuk adik Matsushima." Harumi mulai mau menatapku meski wajah cantiknya menyiratkan kekesalan. Lalu aku membimbingnya untuk duduk di sebelahku. "Dia memiliki usaha toko roti dan aku bertugas memasarkan semua rotinya secara online. Dan hasilnya lumayan." Dalam hati aku meminta maaf pada Matsushima dan akan menjelaskan semua permainanku ini padanya esok. "Kamu sudah tidak menjadi DJ?" "Masih, tapi dengan jadwal manggung yang minim tapi kebutuhanku dan keluargaku juga meningkat, aku harus memutar otak. Awalnya ak
Read more

Kenikmatan dan Ketegangan

Setelah memenangkan hati Harumi dengan menebar kebohongan sana-sini, hatiku pun lega. Sebagai pemain cinta, aku harus tega dengan segala tipu daya yang kurangkai demi mencapai tujuan. Harumi mengantarku kembali ke Stasiun Himeji pukul 20.15, sedang Tokaido Shinkansen Sakura akan berangkat pukul 20.31. Rasa rindu yang membuncah bertemu dengan belahan jiwa adalah hal lumrah, dan aku menginginkannya. Setelah memastikan stasiun sedikit sepi, dengan tiba-tiba aku membawa Harumi menuju toilet laki-laki. "Ada apa Jayka?" "Sayang, beri aku ciuman sebelum kembali. Atau aku akan gila karena merindukanmu. Aku mohon." Tubuhnya telah kurengkuh selekat mungkin. Bahkan aku yakin Harumi bisa merasakan keperkasaanku sedang menegang mengenai perutnya. "Tapi ini di toilet Jay." "Maka dari itu cepatlah sayang." Harumi yang masih setengah berpikir pun langsung terpaku ketika aku memburu bibirnya serakah. Bahkan suara eranganku tidak bisa ditahan lebih lama. Tanganku ikut bergerak nakal denga
Read more

Dua arah dua tujuan

Aku berjalan mendekatinya, meski terasa enggan karena penampilannya jauh dari kesan manis. Namun apa boleh buat, Minaki sedang bersedih. "Mau cerita di atas kasur?" Tawarku dengan jongkok satu kaki sambil menggenggam satu tangannya. Sambil menangis ia mengangguk. "Ada syaratnya." "Apa?" "Mandi dulu. Aku hanya mengenal Minaki yang manis, wangi, dan humoris. Bukan Minaki yang seperti ini, aku tidak mengenalnya." Dia menerima tawaranku. Saat ia mandi, aku membantu kedua ART untuk membersihkan kamar dengan cekatan. Juga meminta mereka menyiapkan sarapan. Meski kakinya tidak normal, Minaki bisa mandi dan berganti pakaian sendiri. Dia memiliki kesadaran untuk mandiri hanya saja suasana keluarga yang tidak banyak mendukung, terutama kedua kakaknya, membuat perkembangan kedewasaannya terhambat. Aku mengajaknya sarapan setelah selesai membersihkan diri. Meski tidak secantik menggunakan make up namun ini lebih baik dari pada tadi. Setelah tandas aku membawa nampan itu ke dapur dan k
Read more

Ini gila sayang

Perdebatan pagi itu tidak menghasilkan apapun selain kepergian Tuan Tatsuo ke kantor. Sedang aku kembali ke kamar Minaki untuk menenangkannya sesuai permintaan Nyonya Tatsuo. Keluarga ini makin terpecah dengan keberadaanku yang tidak didukung seratus persen seperti di awal pertemuan. Jika meninggalkan Minaki maka aku menyalahi kontrak dan uang yang telah ia berikan lebih dulu padaku. Seakan aku telah terikat dengannya sejak awal. Sedang jasa yang kutawarkan masih memiliki jalan akhir yang panjang. Mendengar ucapan Tuan Tatsuo yang menyebutku akan menodai Minaki, itu seperti peringatan sekaligus tamparan bagiku. Aku sering terbuai dengan ciuman bahkan sentuhannya yang membuat gelora gairahku mencuat. Kini, aku harus bisa menahannya lebih dalam lagi dan semoga aku bisa. Melihatnya yang makin drop membuatku tidak tega. Ia banyak membantuku dan sikap baiknya pada Dina, adik angkatku, membuatku makin terenyuh. Mereka tidak saling mengenal tapi Minaki mencoba baik pada siapapun dengan
Read more
PREV
1
...
45678
...
33
DMCA.com Protection Status