Semua Bab Lelaki Impian Si Gadis Tak Sempurna: Bab 41 - Bab 50

330 Bab

Gadis nakal merepotkan!!!

Sekarang sedang hari libur, aku menyempatkan bervideo call dengan kekasihku Harumi yang tengah di rumah orang tuanya. Wajahku masih kumal, karena baru bangun tidur. "Bangunlah Jayka, sudah jam berapa ini?" Harumi nampak di luar rumah dengan menggunakan jaket bulu tebal. Semalam aku bermain PS dengan Rinto hingga menjelang pagi. Minaki? Entahlah dia tidak mengirim pesan sama sekali seharian kemarin. Bahkan ucapan selamat pagiku saja tidak dibalas. Mungkin dia sedang sibuk, pikirku. "Apa sayang, aku masih sangat mengantuk." Ucapku serak. "Bermain salju akan sangat menyenangkan Jayka. Keluarlah." Dia terlihat cantik dengan memegang bola salju di tangannya. Musim dingin mulai menurunkan saljunya. Begitu juga di sekitar asramaku. "Tidak sayang, aku mengantuk." "Hari ini kamu akan kemana?" "Mungkin di asrama seharian, membuat kopi, dan menunggu kamu kembali memelukku." Gombalku. Harumi terkekeh. "Dasar gombal, minggu depan tidur di asramaku ya Jay?" "Iya sayang, nanti kamu yang
Baca selengkapnya

Akhirnya kumenemukanmu

"Disana rupanya kamu gadis nakal." Gumamku dengan amarah yang siap meledak. Aku berjalan cepat dengan mata tetap tertuju pada sosok Minaki yang tengah membelakangiku dengan kursi roda yang ia duduki. Gemuruh amarah dalam dada seakan siap dimuntahkan bagai lahar panas saat gunung Krakatau mengguncang Banten. Di hari tenangku, Minaki membuatku kesetanan mencarinya. Belum lagi mamanya, Nyonya Tatsuo, terus meronta meminta bantuan mencari putri tercintanya yang tidak tahu diri ini. 'Sudah cacat masih aja berulah.' Begitulah batinku berujar kasar. Bahkan aku tidak peduli lagi dengan ancaman karma karena menghina orang tidak sempurna seperti Minaki. Aku berdiri di sebelahnya tepat dengan tatapan bagai busur tombak. "Jayka." Dia mendongak manatapku dengan raut sedih dan terlukanya. Jika ini adalah bagian dari drama novela yang Minaki rancang, maka jawabannya adalah salah besar. "Pulang." Ucapku tegas, datar, dan mungkin menusuk relung hatinya. Minaki menunduk dan menggeleng lemah
Baca selengkapnya

Mari kita pulang

Selesai membayar tagihan makan siang, aku menuntun kursi roda Minaki menuju penginapan yang ia tempati semalam. Rasa penasaran bagaimana Minaki bisa sampai kesini pun menyeruak. Aku membetulkan jaket tebalnya yang sedikit miring lalu kembali menuntun kursi rodanya. "Siapa orang yang kamu sewa untuk membawamu hingga ke Kumamoto?" Minaki menoleh sekilas. "Seseorang yang kumintai tolong secara acak di media sosial." "Wow.... rupanya kamu berani sekali." Minaki menggeleng. "Aku... takut tapi keadaan yang memaksa Jay." "Keadaan yang memaksa? Maksudnya?" "Aku bukan gadis pemberani yang berani menatap dunia luar dengan keterbatasan fisik ini Jayka. Aku melakukan ini karena tidak tahan dengan kondisi di rumah yang terlalu emosional." "Apa ini masalah keluarga?" "Iya." "Mau berbagi cerita?" Ada sebuah tempat duduk di depan penginapan Deals yang ditempati Minaki di jalan Chuo Ward Sakuramachi. Kuposisikan kursi roda dengan baik lalu duduk disebelahnya. "Mau berbagi cerita atau la
Baca selengkapnya

Mereka tahu tujuanku

Minaki, Nyonya Tatsuo, dan asisten rumah tangganya sedang duduk menunggu di peron stasiun Kita-Kumamoto. Dan aku masih melakukan isi ulang kartu Suica untuk melanjutkan perjalanan pulang ke prefektur Miyazaki. Setelah terisi, aku menghampiri ketiganya lalu menunggu Dentetsu yang masih akan tiba 40 menit lagi. Musim dingin di Jepang membuat waktu siang lebih pendek. Ini masih pukul tiga sore tapi cahaya matahari telah meredup. Cuaca mulai dingin dengan salju tipis yang berguguran. "Jangan pernah pergi lagi dari rumah. Mama akan sangat sedih jika kamu melakukannya. Beruntung ada Jayka yang bergerak cepat." Minaki mengangguk. "Maafkan aku maa." Nyonya Tatsuo membelai rambutnya. "Maafkan kakakmu. Dia tidak bermaksud jahat." "Aku tahu, seharusnya aku tetap di kamar." "Minaki, bukan begitu. Kamu tetap bisa mengikuti kursus membuat kue seperti yang kamu inginkan. Tapi tunggu waktu yang tepat untuk membahasnya." "Aku tau maa. Kita membahasnya ketika kakak tidak ada di rumah, agar ia
Baca selengkapnya

Mau di kamar?

Hutang uang dibayar uang. Namun ada pula hutang uang dibayar jasa. Semalam setelah Tuan dan Nyonya Tatsuo berkata bahwa mereka tahu mengenai uang 120.000 Yen yang kuminta di awal pada Minaki, aku seperti lelaki yang tidak memiliki harga diri. Malu karena ketahuan memanfaatkannya di tengah kondisi fisiknya yang 'menyedihkan'. Aarggghh... aku bodoh sekali. Mengapa aku cuek dengan konsekuensi ini? Mengapa aku hanya fokus pada uangnya saja? Ini pelajaran berharga untukku. Lain kali, aku harus lebih halus dan bermain cantik ketika meminta uang pada Minaki. Jika sudah begini, aku tidak bisa mengelak sedikit pun jika Tuan dan Nyonya Tatsuo memintaku memprioritaskan Minaki. Bahkan di saat aku sedang berkencan dengan Harumi. Oh... bagaimana ini? Aku tidak siap jika harus kehilangan Harumi, dia adalah masa depanku yang sempurna. "Jangan sampai terpeleset kalau tidak mau jatuh Jay." Ucap Matsushima. Dia tahu segalanya tentang profesi sampinganku sebagai surrogate sexual partner Minaki. "
Baca selengkapnya

Cium aku Jayka

"Mau di kamar?" Tanyanya malu-malu. Apakah Minaki sedang memberi kode atau aku yang besar rasa, entahlah. Namun hasrat menuntunku untuk berkata.... "Di kamar saja." Minaki tersenyum malu lalu menutup tudung saji indah berwarna peach dengan ornamen bunga bunga. "Handuknya kenapa tidak kamu taruh di keranjang kotor?" Tanyaku ketika bersiap mendorong kursi rodanya. Minaki menggeleng lalu mendekapnya di sekitar perut. Aku tersenyum melihat tingkah anehnya ini. Rumah tingkat dua sebesar ini hanya dihuni Minaki dan kedua orang tuanya. Kedua kakaknya telah memiliki kehidupan sendiri. Demi menjaga suasana hatinya tetap baik, aku tidak mau membahasnya jika bukan dia yang mendahului. "Kamarmu selalu rapi." Ucapku ketika duduk di sofa panjang kamarnya. Sofa yang menjadi saksi bisu aku mengambil ciuman pertama Minaki. Sekaligus saksi bisu pengkhianatanku pada Harumi, kekasihku. Minaki meletakkan handuk yang terlipat rapi itu di nakas samping ranjang. "Aku selalu membersihkan kama
Baca selengkapnya

Nikmatilah Minaki

"Tolong.... cium aku Jayka." Minaki menatapku dengan sorot mendamba dan ingin. Dia pernah merasakan dahsyatnya ciuman pertama dariku, hingga terasa melayang. Dan sekarang ia ingin mengulanginya kembali. "Kenapa aku harus menciummu?" Tatapku tak kalah romantis dengan tangan masih memegang tangannya. Minaki menggeleng dan menunduk malu. "Aku... menginginkannya." "Short time atau long time?" Mataku menatap mata dan bibirnya bergantian. "Apapun Jayka." "Asal kamu puas?" Minaki mengangguk. Tangannya kembali kukalungkan di leherku lalu kudekatkan wajahku perlahan. "Nikmatilah Minaki." Minaki menutup mata bertepatan dengan kecupan kecil yang kualamatkan di bibirnya. Lalu kulumat perlahan dengan tangannya telah melingkar sempurna di leherku. Tangan Minaki sedikit mencengkeram dan meremas kerah bajuku, tanda ciuman itu telah merasuki batinnya. Dia sangat pasrah mengikuti permainanku hingga lenguhan terbuai itu keluar dari bibir ranumnya yang terasa manis. Seperti inikah rasa
Baca selengkapnya

Bekal tidur terindah

Aku membeku saat Dina bertanya tentang kondisi jendela dan korden yang berbeda dengan asrama. "Mas Jaka!" Panggilnya lagi lalu membuat alarm awas dalam otakku bekerja. "Oh, mas lagi di tempat teman yang sakit. Lagi njenguk." Kilahku. Kulirik Minaki sudah duduk di sofa tapi tetap diam sambil memperhatikanku. Beruntung, dia tidak mengerti bahasa Indonesia sama sama sekali sehingga aku bisa leluasa berbicara dengan Dina. "Teman cewek apa cowok? Hayo loh?" Aku mengerutkan dahi karena Dina selalu usil padaku. "Cowok lah." "Coba tunjukin ke aku gimana wajah temannya Mas Jaka." Baru saja aku berusaha menghindar, Dina kembali mengejarku dengan pertanyaan yang menjebak. "Malu lah Din, kayak apaan." "Yeeee, pasti cewek nih yang disamperin. Aku bilangin bapak loh biar Mas Jaka cepet dikawinin." "Eh! Sembarangan. Masih bocah main ancam ancaman sama abang sendiri." "Habisnya Mas Jaka udah berani main main ke kamar teman perempuan ih. Orang ketiganya nanti setan loh" Aku tergelak den
Baca selengkapnya

Aku sangat mengkhianatinya

"Jak, Harumi kemana?" Tanya Rinto. Kami sedang istirahat siang di pabrik dengan melahap makan siang yang sudah disediakan. Kebetulan aku dan Rinto sedang duduk di pojok kantin sambil menatap salju yang berguguran dari balik jendela kaca. "Pulang ke rumah orang tuanya di Hyogo." Jawabku sembari kembali malahap okonomiyaki. "Pantes nggak pernah nyamperin kamu ke asrama." Aku mengangguk. "Tapi kenapa kamu mesti keluar lagi setelah dari pabrik kalau Harumi nggak ada di Miyazaki?" Aku tersedak mendengar pertanyaan Rinto lalu buru buru meneguk air mineral. Jika kemarin aku diinterogasi Dina, sekarang giliran Rinto. "Kenapa Jak? Aku salah tanya ya? Atau kamu emang punya gebetan baru di belakang Harumi?" Tanyanya curiga. Aku melemparnya dengan bungkus kertas sumpit. "Ngawur! Siapa juga yang punya selingkuhan." "Lha ya gimana lagi. Kamu pulang dari pabrik langsung cabut lagi. Terus pulangnya malem banget." Aku tetap mengunyah makanan sambil memikirkan alasan yang tepat. Astaga apa
Baca selengkapnya

Singa kecil mengeras

Baru saja aku mengambil ponsel di loker saat jam istirahat pabrik, lalu panggilan dari seseorang yang sangat berjasa dalam kehidupanku belakangan ini menginterupsi siangku yang dingin. "Halo selamat siang nyonya." "Siang juga Jayka. Apa hari ini kamu pulang cepat?" Hari ini hari sabtu, kebetulan tidak ada jadwal lembur sehingga aku bisa pulang cepat. "Iya nyonya, mungkin jam 2 saya baru keluar pabrik." "Minaki sudah membuat janji dengan pemilik kelas roti Kahoko. Mereka akan bertemu pukul 5 sore. Kamu bisa menemaninya kesana kan?!" Sebelumnya aku berkata pada Minaki jika tidak bisa menemaninya karena aku sedang galau memikirkan Harumi yang mulai curiga dengan aktivitasku. Bagaimana bisa aku bertukar pesan dengannya selama bersama Minaki. Oleh karena itu aku meninggalkan ponsel yang kugunakan untuk berkomunikasi dengan Harumi di lemari asrama. Aku menghela nafas panjang. "Saya...kurang enak badan nyonya. Jadi saya tidak bisa menemani Minaki." Bohongku. "Biar sopir yang menjem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
34567
...
33
DMCA.com Protection Status