Semua Bab Lelaki Impian Si Gadis Tak Sempurna: Bab 31 - Bab 40

330 Bab

Fukuda sialan!

Hari ini, gudang begitu kewalahan mengepak barang-barang produksi yang telah jadi. Ini semua karena permintaan pasar yang membludak menjelang musim dingin. Pabrik tempatku bekerja memproduksi makanan setengah jadi. Seperti Ippudo, Kyoto Udon Noodle, Oyakodon, Roasted Crab Rice, dan Salmon Chazuke. Warga Jepang lebih suka menyeduh mi atau nasi hangat ditengah dinginnya cuaca. Ditemani sake atau minuman penghangat lainnya. Setelah berlelah ria demi mendulang Yen di gudang pabrik makanan instan itu, kami para TKI segera menuju halte lalu beristirahat di asrama. Jangan bertanya lagi bagaimana penampilanku saat bekerja di pabrik, amat sangat jauh berbeda saat manggung di Yokoha Club. Baru saja aku mendudukkan diri di bangku bis bersama teman-teman yang lain, ponselku berbunyi. Aku lupa belum membukanya sejak istirahat tadi siang. Minaki mengirim pesan jika telah berbelanja kebutuhan membuat kue. Juga dengan foto-foto bahan membuat kue yang tidak banyak kumengerti. Astaga.... Belum
Baca selengkapnya

Bagaimana rasanya berciuman?

"Kamu sudah bangun Jayka?" Minaki mendekatiku dengan kursi rodanya. Sedang aku berusaha duduk sambil mengumpulkan nyawa terakhir di atas ranjangnya. Ternyata beristirahat di ranjang Minaki yang nyaman ini menghilangkan lelah yang mendera ragaku karena pekerjaan di pabrik. Kusingkap selimutnya lalu menurunkan kakiku ke lantai namun tetap duduk di tepi ranjang Minaki. "Kuenya sudah matang. Mau coba sekarang?" Rainbow cake utuh itu sudah ada di meja lengkap dengan pisau dan piring kecilnya. Aku mengangguk karena begitu melihat tampilannya yang meyakinkan membuat perutku lapar seketika. Minaki menuju kue itu dan memotongnya perlahan. Menaruhnya di atas piring kaca dengan sendok kecil di tepi. Lalu menyodorkannya padaku. "Enak?" Tanyanya setelah aku menyuapkan sendok pertama. Aku mengangguk. "Agak terlalu manis. Aku kurang suka manis-manis." "Besok akan aku kurangi takaran gulanya." "Jangan!" Cegahku. Minaki menatapku heran. "Kenapa? Bukannya kamu tidak suka manis?" Aku menggel
Baca selengkapnya

Ciuman 5 detik

"Apakah berciuman itu rasanya menyenangkan Jayka?" Aku mengambil tisyu dan mengelap jariku yang terkena krim kue. "Biasa saja." Ucapku santai. Minaki nampak berpikir. "Jayka, aku pernah melihatnya di film." Aku memandangnya intens, menunggu ucapan selanjutnya. Sedang Minaki malah menunduk malu. "Kenapa dengan filmnya? Jelek?" Pancingku. Aku tahu ia tengah malu mengakui hal yang bersifat intim padaku. Tapi ini sudah menjadi tugasku untuk membuatnya nyaman berbicara hal intim sekalipun. "Ehm.... Itu...." Dalam perjanjian, Minaki berhak mendapat 'ciuman' dariku. Mungkin ia ingin mendapatkan haknya tapi tidak berani mengatakan terang-terangan. Astaga.... Biasanya, laki-laki yang akan menuntut haknya. Tapi berbeda dengan kasusku ini. "Si itu memangnya kenapa?" Godaku. Minaki malu dan gugup. Tangannya hendak memutar roda kursi rodanya tapi kutahan. Tanpa aba-aba aku menggendongnya ala bridal. Minaki sedikit tersentak lalu tangannya memeluk leherku erat. "Jay.... Jayka! Apa y
Baca selengkapnya

Lelehan putih kental

Sepulang dari rumah Minaki, aku tidak langsung tidur. Melainkan membuka laptop Minaki yang kutaruh di dalam lemari. Mumpung Rinto sedang telfon orang rumah di balkon kamar. Bagaimanapun aku tidak siap mengatakan rahasia pekerjaan sampinganku sebagai surrogate partner pada Rinto. Sebuah pekerjaan yang mulai umum di Jepang namun masih malu-malu untuk diutarakan. Aku ingin mengecek kembali isi percakapan Minaki dan teman temannya kala membahas tentang diriku di percakapan grup yang terinstall di laptopnya. Setelah tersambung dengan jaringan internet dari ponselku, pemberitahuan pesan masuk dari aplikasi grup kampus yang diikuti Minaki bermunculan. Fukuda : Minaki menghilang? Hitarashi : Mungkin dia patah hati melihat idolanya berciuman dengan seorang gadis. 😝 Fukuda : Minaki, apa kamu patah hati sungguhan? Astaga... Hitarashi : Apa gadis itu kekasih Jayka? Fukuda : Mungkin kekasih sesaatnya. Hitarashi : Sudah kuduga. Tapi dia sangat cantik. Fukuda : Mungkin Jayka sedikit lebi
Baca selengkapnya

Tebakan Harumi

Pagi yang dingin itu aku terpaksa mandi keramas. Oh ayolah, aku masih sangat ingat ketika mengikuti pengajian remaja masjid saat masih SMA. Bahwa laki laki yang telah mengeluarkan 'cairannya' haruslah mandi besar. Wajib. Dan pagi ini aku melakukannya di tengah musim dingin yang hampir mendekati angka 3 derajat celsius. Mandi air hangat atau air panas adalah solusinya. "Ck.... enak di awal, ribet mandinya." Gerutuku ketika menunggu air dalam wadah mendidih. Kebetulan pemanas air di kamar mandi masih belum sempat kami perbaiki. Aku yang waktu itu berhemat mati matian demi mengirim uang lebih banyak ke kampung halaman demi membeli tanah Bik Sun. "Mandi Jak?" Tanya Rinto dengan mengucek matanya lalu minum air putih di sebelahku. "Hem." Jawabku dengan mengangguk. Dia menatapku heran. "Nggak usah mandi, langsung aja cuci muka." Pasalnya, saat musim dingin di Jepang, warganya jarang mandi karena tidak berkeringat sama sekali. Dan selama tiga tahun disini membuat kebiasaan itu menu
Baca selengkapnya

Boomerang janji palsu

"Aku takut kamu berselingkuh Jayka." Tubuhku menegang seketika. Tebakan Harumi tidaklah salah namun tidaklah benar seratus persen. Aku berkencan dengannya juga dengan Minaki, hanya saja konteks yang dipakai berbeda. Harumi adalah kekasihku, gadis sempurna pilihan hatiku. Sedang Minaki, aku melayaninya demi uang, atas nama profesionalitas. "Jayka?" Harumi mendongak menatapku. Aku menatapnya lekat. "Aku memang berselingkuh." Harumi memandangku tidak percaya. "Selingkuh dengan bayanganmu yang selalu mengikutiku kemanapun aku pergi." Harumi tersenyum bahagia dengan mencubit pinggangku. "Maaf sayang maaf." Ucapku menahan kekehan sambil menahan tangannya yang masih mencubit pinggangku. "Menyebalkan!!" Aku langsung meraih tengkuknya dan menghimpitnya di tembok. Lalu mencium bibirnya lembut hingga Harumi terbuai ikut membalas ciumanku. Tangannya bergerak menangkup rahangku. Ciuman yang saling mengikat perasaan kami menghasilkan lenguhan yang membuat siapa saja terlena jika
Baca selengkapnya

Ciuman penyemangat

Aku seolah disindir ucapannya. Sadar dengan tugasku sebagai seorang surrogate partner, sebuah ide muncul begitu saja demi menyenangkan dan menyemangati Minaki. "Jangan begini, intinya aku ingin meminta maaf. Aku tidak memberi janji palsu, aku bukan laki laki yang pandai mengobral janji." "Sekarang, aku ingin mengajakmu bersenang senang dengan kue yang cantik dan berbau harum ini." Minaki menatapku. Aku berdiri dari jongkok lalu memindahkan kue kering yang sudah dingin dari loyang ke toples. "Mau bantu memasukkannya ke toples?" Minaki mengangguk. Setelah kue selesai dimasukkan dalam toples, aku membuka lemari tempat menyimpan kopi dan teh. "Kamu masih suka kopi pahit Minaki?" Minaki menggeleng. "Aku suka teh." "Barangkali masih suka minum kopi pahit lalu hanya dengan memandangiku saja berubah menjadi kopi manis." Minaki tersenyum tipis lalu ikut membantu menuangkan gula ke dalam cangkir. Dapur rumah Minaki cukup menyenangkan, layaknya dapur rumah orang elit. Dapurnya a
Baca selengkapnya

Masih ada aku

"Mau kubuat lebih bersemangat lagi?" Ucapku dengan senyum penuh makna dengan tangan melingkar di pinggang rampingnya. Wajahnya berseri seri malu. "Apa?" "Bagaimana kalau kita memutar filmnya Mister Bean?" Minaki terkekeh. "Aku kira apa." Kulirik kue kering berbentuk cherry blossom yang terlihat sangat menggoda. "Boleh kucoba chef Minaki?" Minaki mengangguk dengan menahan senyum. "Bagaimana rasanya Tuan Jayka?" Tanyanya ketika aku menggigit kue. Aku mengangguk seraya merasakannya lebih dalam. "Sedikit terlalu keras chef." "Benarkah?" Ia lalu menggigit bekasku tanpa malu dan merasakan teksturnya. Minaki mengangguk kecil. "Kamu benar tuan." "Tapi masih enak chef." Aku mengambil yang berbentuk bulan dan menikmatinya. "Jayka, laptopku sudah selesai? Aku memerlukannya untuk mengerjakan tugas." Aku mengangguk. "Tadi kutaruh di ruang tamu." "Jayka, terima kasih sudah membuatku senang dan lebih menyayangi diri sendiri. Kamu juga memberiku semangat untuk hidup lebih baik." "T
Baca selengkapnya

Pertengkaran persahabatan

Harumi sedang pulang ke rumah orang tuanya yang berada di prefektur Hyogo selama satu minggu. Dan hari ini, selepas bekerja di pabrik, aku langsung menuju club. Sekarang jadwalku mengisi panggung DJ Yokoha Club. Seperti biasa, riuh pengunjung, diselingi aroma alkohol, rokok, adalah hal yang biasa bagiku. Apa lagi sekarang sedang musim dingin, orang orang akan sangat gemar meminum sake atau minuman yang menghangatkan badan. Tidak terkecuali aku. Dulu, aku sangat anti dengan minuman seperti itu, namun sekarang itu adalah hal yang lumrah. Bahkan aku juga merokok. Selesai memandu jalannya DJ hingga pukul 11 malam lebih, aku duduk bersama Matsushima dan rekannya yang tempo hari menikah, Kamura. Dan Yamada di sebelahnya. "Dimana gadismu Jay?" Tanya Kamura sambil merangkul pundak istrinya. "Sedang pulang ke rumah orang tuanya." "Aku pikir kalian putus." Ucap Matsushima. Lalu ia kuhadiahi lirikan tajam. "Ow.... Jayka terlihat marah. Posesif sekali." Cibirnya. Kuacuhkan Matsushim
Baca selengkapnya

Oh.... ternyata bukan

Yamada menatapku tajam. "Apa jawabanmu Jayka?" Aku berpikir keras dan cepat ketika tatapan tajamnya masih menghunus netraku. "Kamu juga sama sampahnya dengan Matsushima." Gumamnya kesal. "Aku akan mempertahankan kekasihku." Ucapku cepat. "Aku tidak peduli dengan perkataan orang atau apapun itu. Dia kekasihku, pilihan hatiku yang bisa membuatku bahagia." Matsushima menepuk wajahnya setelah mendengar ucapanku. Dia duda yang menyedihkan, dan aku tidak mau mengikuti jejaknya. Yamada tersenyum kecut. "Kamu benar benar teman sejati Jayka. Baru kali ini ada yang berkata begini, tetap menyuruh mempertahankan tunanganku. Tidak seperti Kamura dan yang lain." "Jangan minum lagi, lebih baik kamu pulang sebelum benar benar mabuk." Yamada kembali terduduk dengan menyandarkan punggung dan memejamkan matanya. Matsushima menggeleng. "Dia sudah lumayan mabuk Jay." "Kamu bisa mengantarnya Shima." "Denganmu." Aku menggeleng. "Besok aku harus bekerja di pabrik. Kecuali kamu membebaskan jam ke
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
33
DMCA.com Protection Status