Masih setia memandang wajah pria berusia lebih dari setengah abad yang kini duduk dihadapanku, ayah mertua sementaraku, Tuan Tatsuo. Namun beberapa detik aku membingkai wajahnya ke dalam bola mataku, tiba-tiba saja rasa rikuh menjajah keberanianku."Ada yang mau kamu katakan, Jayka?!" Beliau menyoal keberadaanku yang masih setia duduk di sofa kebesaran ruang kerjanya. Padahal, tadi beliau sudah memperkenankan aku keluar ruangan. Namun pernyataannya yang seakan-akan bisa meneropong isi kepalaku, membuat tubuhku terpenjara dengan sendirinya. Apakah beliau sungguh-sungguh mengetahui perihal Harumi yang belakangan ini menjadi beban fikiranku?"T... tidak ada, Tuan.""Yakin?!"Pertanyaannya yang mengandung penekanan membuat nyaliku kembali terputus. Bagaimana jika beliau mengarifi kerisauanku tapi aku menafikannya? Atau beliau sekedar mematut-matut saja?"Saya... akan memprioritaskan Minaki, Tuan.""Itu tugasmu. Mengapa masih kamu tegaskan kembali? Atau jangan-jangan kamu tidak melakukan
Read more