Semua Bab Lelaki Impian Si Gadis Tak Sempurna: Bab 161 - Bab 170

330 Bab

Pilihan yang mengacaukan hidupku

Aku hampir pingsan mendengar ucapan Minaki jika kami akan menikah minggu depan. Hal yang tidak pernah kuinginkan sama sekali ditambah sedari pagi aku tidak menyentuh makanan apapun kecuali mengisi perut dengan teh manis saat di rumah Minaki. Setelah acara fitting baju pengantin, kami kembali ke rumah Minaki dengan aku pura-pura tidur. Aku hanya tidak mau berbicara dengan siapapun. Suasana di mobil cukup hening karena Minaki dan Dina sama-sama tidak mengerti bahasa yang mereka gunakan. Begitu lebih baik karena aku membutuhkan keheningan. Sesampainya di rumah Minaki, aku berpamitan pada Minaki untuk istirahat dengan alasan tidak enak badan. Padahal aku sedang menghindarinya. "Rumah mbak Minaki gede ya mas? Bagus pula." Dina sedang memindai isi kamar tamu yang kutempati. Aku tidak menjawab lalu memilih menghubungi manajerku. Dia berkata jika mulai esok jadwal manggungku sudah menunggu. Juga, lebam dan bekas luka di wajah sudah menghilang. "Aku akan kembali bekerja.""Bagaimana pern
Baca selengkapnya

Sah menjadi suami istri

"Minum dulu mas." Dina mengangsurkan segelas teh hangat padaku. "Makasih Din." "Mas, makan dikit ya? Jangan nggak makan. Nggak lucu kalau kamu pingsan saat upacara pernikahan." Dina menasehati. Beberapa malam ini, aku bekerja bagai orang kesetanan. Bahkan tugas menjaga Minaki sepenuhnya kuserahkan pada Dina. Karena aku lebih suka menyendiri setelah manggung atau menghabiskan waktu dengan berbicara panjang lebar tanpa arah dengan manajerku. "Nggak Din. Aku minum aja." Dina kembali merapikan pakaian adat Shinto yang kukenakan, Hakama Haori dengan lima jambul namanya. Sedang Dina memakai furisode bermotif sakura yang tampak segar dengan rambut dan riasan yang ditata rapi. "Mas, makasih banyak udah berkorban sejauh ini demi bapak, ibu, aku, dan Dini. Tanpa Mas Jaka, mungkin kami nggak akan bisa sejahterah. Mas Jaka tetaplah kakakku sampai kapanpun." Ucapnya berkaca-kaca. Aku langsung merengkuh tubuhnya. "Jangan mewek, ntar make up-mu luntur." Dina mengangguk dengan menahan tangis.
Baca selengkapnya

Menuju bulan madu

"Selamat Jayka! Selamat atas pernikahanmu." Ucap Matsushima sembari menepuk punggungku."Apa kamu mengejekku?" Bisikku."Tidak, aku tulus mendoakan kebahagiaanmu dengan Minaki. Sungguh."Aku menghela nafas lalu berganti mendapat ucapan selamat dari manajer dan adikku, Dina.Masih ada satu kegiatan lagi yang diadakan di aula Yanagawa Hanshu. Resepsi pernikahan kami.Aku tidak tahu, kejutan apa lagi yang dibuat Minaki dan ibunya demi momen sakral ini. Segalanya kuikuti dengan hikmat tanpa protes. Mereka sangat bahagia tapi tidak denganku yang selalu saja menunjukkan senyum palsu dengan hati remuk seperti digadam palu.Aku mendorong kursi roda Minaki menuju aula dengan dipayungi seorang gadis kuil. Menggunakan payung suci adat berwarna merah milik kuil. Bentuknya seperti payung era Jepang kuno.Tuan Tatsuo yang biasanya terlihat kaku, nyatanya bisa berbaur akrab dengan manajerku dan Matsushima. Sesekali tawa ringan keluar dari bibir mereka bertiga membicarakan hal yang tidak kuketahui ka
Baca selengkapnya

Cairan pembangkit

"Jay..." Desah Minaki setelah ciuman kami terlepas. Entah Minaki yang sudah cantik atau riasan make up-nya yang indah, wajahnya yang berada di depanku ini teramat cantik dan menggemaskan. Aku menatap wajahnya dengan pandangan sayu, alih-alih sudah berkabut gairah. "Ehem...permisi nona. Kita sudah sampai di villa."Interupsi si sopir membuat kami kembali tersadar dari perbuatan memalukan ini. Maklum saja, pengantin baru dan Minaki juga menggodaku. Nakal bukan?!Hari sudah sore, kami keluar mobil masih berpakaian adat. Aku tersenyum geli melihat penampilanku yang mirip seorang ninja yang hanya kurang samurainya saja. Setelah mendudukkan Minaki di kursi roda dengan pakaian adat Shiromuku-nya yang serba putih itu, aku menyuruh sopir membawakan koper kami menuju kamar. Di depan villa, Minaki disambut anak pemilik villa yang sudah dikenal. Mereka sudah berkenalan saat aku disuruh Nyonya Tatsuo membawa Minaki kemari beberapa bulan lalu. "Selamat atas pernikahanmu Minaki."Dengan gegas,
Baca selengkapnya

Bercinta di tepi kolam

Aku menutup kembali botol berisi cairan penyemangat itu lalu memasukkannya kembali ke saku celana yang teronggok di lantai tepi kolam. Dengan kepulan asap air panas di kolam, membuat wajah Minaki tidak terlihat jelas. Lalu aku mendekatinya perlahan. "Apa yang kamu minum Jay? Kenapa tidak membaginya denganku?"Andai Minaki tahu jika itu adalah cairan yang bisa membuat tubuh bereaksi panas dingin tidak karuan dalam hitungan beberapa menit kemudian. Mungkin ia akan menjelma menjadi gadis super nakal di hadapanku andai meneguknya sedikit. "Anak kecil tidak boleh tahu."Dia menaikkan kedua alisnya. "Aku sudah dewasa. Sudah menikah. Apanya yang anak kecil.""Bagiku kamu masih kecil." Lalu aku bersiul sambil melihat dada atasnya sedikit tidak tertutup air kolam.Kulit putih mulusnya...aah...begitu menggoda.Minaki menyilangkan kedua tangannya di dada. Lalu aku kembali terkekeh. "Begitu saja sudah malu. Bagaimana masuknya."Minaki beringsut malu. "Apa itu dari pendeta kuil?"Aku menggeleng
Baca selengkapnya

Kecanduan malam pertama

"Jawab aku Minaki, sayang. Kamu ingin anak berapa?" Tanyaku di sela permainan panas kami dengan aku masih senantiasa berada di atasnya. Minaki meringis, mendesah kecil, dengan tangannya mencengkeram lenganku. Ekpresi natural nikmat bercampur menahan sakit dari pancaran wajahnya malah membuatku makin beringas."Jaaayykaaahh..."Ia seperti kehilangan fokus atas pertanyaanku karena terlalu menikmati penyatuan kami yang sangat ia harapkan selama ini. Ia ingin disayang bahkan dihujani perhatian sebanyak mungkin dariku, lelaki yang sangat ia cintai juga mantan terapisnya. Kini aku mewujudkan keinginannya dengan menjadikannya ratu di dalam hidupku selama anak kami lahir. Aku yakin ia sedang merasa di awan saat ini. "Minaki....Ah....Kamu luar biasa sayang. Mendesah lah untukku."Milikku sangat senang berada di dalam Minaki yang hangat, basah, dan mencengkeram. Ini adalah malam pertama yang indah bagiku. Bukan sekedar penyatuan biasa, melainkan ada sesuatu yang terasa mengikat hati kami den
Baca selengkapnya

Gangguan hari pertama bulan madu

"Jay, kita baru saja melakukannya. Apa kamu tidak lelah?""Iya, tapi aku mau lagi. Belum tuntas." Ucapku sambil terus menggendong Minaki menuju kamar kami. Rasanya, pelepasan tadi belum cukup untukku. Buktinya, kini aku berhasrat lagi dan sudah terasa menggeliat tegang. Entah karena aku kecanduan dengan tubuh perawan Minaki yang telah sah menjadi istriku, atau aku yang sudah lama tidak bercinta. Ah, bukan! Aku masih ingat di hari terakhir bertemu Harumi seminggu yang lalu, aku bercinta hingga puas bersamanya. "Jay, apa semakin sering berhubungan semakin cepat untukku segera hamil?"Pertanyaan yang Minaki lontarkan berbarengan dengan aku yang baru saja membuka pintu kamar. Setelah memasukkan diri, aku mendorong pintu dengan satu kaki hingga tertutup. Langkahku kembali bersemangat menuju ranjang kami yang masih penuh dengan hiasan bunga mawar merah dengan sprei putih bersih. Dengan hati-hati kurebahkan tubuh istriku lalu dengan sekali tekan, lampu kamar berubah remang-remang."Jay,
Baca selengkapnya

Selir gelap kesayanganku

"Jay, ayo bangun lah. Kakak sudah di bawah." Aku menggeliat sembari meluruskan otot-otot di atas ranjang. Tanpa memakai busana aku menyandarkan tubuh di headboard ranjang dengan menutupi kaki hingga perut dengan selimut. "Aku malas bertemu kakakmu yang sialan itu.""Dia itu kakak iparmu Jay.""Apa kamu sudah memaafkan dia karena merebut semua asetmu? Kakak macam apa itu dengan membiarkan adiknya tidak memiliki aset apapun." Cibirku dengan raut wajah tidak suka sama sekali. "Belum. Aku akan memaafkan dia jika mengembalikan asetku.""Lalu mengapa sekarang kita harus menemuinya? Tidak penting untukku, kecuali dia membawa sesuatu yang dikirim oleh ibumu.""Mandi lah dulu baru kita temui dia di bawah."Tanpa berdebat dengan Minaki karena ini baru hari pertama kami menikah, aku melenggang ke kamar mandi dengan menggunakan boxer saja. Ketika akan berganti pakaian, aku lupa dengan pakaianku yang kutinggalkan begitu saja di koper. Belum terbuka mulut ini akan melayangkan perintah pada Mina
Baca selengkapnya

Masalah di awal pernikahan

Jalan yang harus kulalui menuju Pohon Ek Jepang adalah jalanan setapak. Dengan kondisi medan yang harus naik turun sembari menggendong Minaki. Itulah mengapa aku ditemani seorang pemandu jalan yang berpostur tinggi tegap sepertiku. Aku pasti merasa lelah menggendong Minaki pulang pergi, oleh karena itu ia menyewa lelaki tersebut secara khusus untuk menggendong dirinya jika aku lelah. Karena kami harus melewati beberapa lokasi hutan dengan pepohonan yang berbeda untuk sampai tujuan. Hutan pohon kayu manis reis raksasa, hutan tabunoki raksasa, barulah hutan pohon Ek merah."Kita istirahat disini dulu ya?" Ujar pemandu.Kemudian aku mendudukkan Minaki di sebuah batu besar dekat sungai kecil. Sungai jernih dengan dasar hijau lumut yang dangkal. Pancaran matanya begitu takjub lalu mengarahkan tubuhnya mendekati air. "Minaki! Jangan dekat-dekat air. Kamu bisa terjatuh. Basah! Kita tidak bawa ganti!" Seruku karena ulahnya yang sangat nakal. "Ya ampun Jay, ini menyejukkan sekali." Ucapnya
Baca selengkapnya

Maafkan aku, sayang!

Tidak berapa lama air panas di kolam bergerak dan itu menyadarkanku akan kepergian Minaki dari sisiku. Sambil berpegangan pada tepi kolam, ia berusaha menuju tangga. "Minaki, kamu mau kemana?!" Tanyaku dengan setengah mengantuk. Maklum, air panas di kolam begitu menghangatkan dan aku ketagihan berada di dalamnya hingga ingin kembali terpejam. "Aku cemburu, karena di hati suamiku masih ada nama perempuan lain. Perempuan yang membuatku kehilangan banyak teman lebih tepatnya."Setelah mengucapkan itu, Minaki melanjutkan pergerakannya keluar dari kolam. Sedang aku masih memikirkan ucapannya yang mengapa tiba-tiba mengungkit masalah Harumi. Aku segera beranjak lalu menahan lengan Minaki agar tidak terus menjauh dariku. "Apa maksudmu membicarakan dia ketika kita sedang bulan madu?""Kenapa katamu?! Harusnya aku yang bertanya, kenapa kamu tiba-tiba mengucapkan namanya saat bersamaku!"Kesadaranku tertampar dan kedua mataku membulat seketika mendengar penuturannya. Bagaimana bisa aku meng
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
33
DMCA.com Protection Status