Lahat ng Kabanata ng Syair Singgasana 1 : Prahara Di Balik Kabut: Kabanata 61 - Kabanata 70

113 Kabanata

61. SUMPAH

Sementara itu Bayu berada di sebuah gua di lereng kawah berapi dan masih belum bisa menemukan alasan yang logis kenapa kebetulan-kebetulan ini selalu datang menghampirinya tepat ketika nyawanya sudah bertatap muka dengan sebilah pedang dingin. Kebetulan-kebetulan yang membawanya pada tempat-tempat asing yang tak pernah ia kunjungi sebelumnya. Ia menatap pria tua berpakaian serba ala pertapa dengan tubuh kurus dan rambut serta jenggot yang berwarna perak duduk bersila, di atas sebuah batu besar. Memejamkan mata dengan nafas yang naik turun pelan dan tenang. Bayu diam-diam memandangi cara duduk pria tua tersebut, dan alangkah terkejutnya ia ketika dilihatnya tubuh pria itu melayang beberapa senti di atas batu itu. Padahal seharusnya Bayu tak perlu seterkejut itu, sebab selama beberapa hari ia berada di tempat itu, pemandangan seperti ini bukan cuma sekali ia lihat. “Kau mau terus-terusan mengukur tinggi melayangku, atau kuperintahkan untuk menimba air untuk ke empat kalinya dalam hari
last updateHuling Na-update : 2022-07-20
Magbasa pa

62. DUA PEDANG RATU

Ayunda bersimbah peluh di lapangan belakang kediamannya, di tangannya tergenggam dua pedang kembar pendek yang mengkilat diterpa sinar matahari sore. Beberapa pria berbadan tegap tampak bersikap menantang Ratu cantik itu dengan masing-masing memegang pedang. Ayunda memberi isyarat dengan matanya agar para prajurit itu menyerangnya. Dengan cepat prajurit yang berjumlah lima orang itu menyerang Ayunda dengan pedang mereka, Ayunda dengan gesit berkelit dan menangkis serangan-serangan tersebut, satu tendangan berhasil bersarang di dada salah satu prajurit, prajurit itu terhuyung ke belakang sambil merasa sesak di dadanya. Empat prajurit lain kembali menyerang sang ratu, Ayunda menangkis dan balik menyerang dengan gerakan yang begitu indah, denting pedang panjang para prajurit beradu dengan dua bilah pedang pendek milik Ayunda. Ayunda membuktikan kalau ia adalah seorang petarung yang hebat, hanya dengan dua bilah pedang pendek itu, ia berhasil melucuti dua senjata dari dua prajurit dan me
last updateHuling Na-update : 2022-07-21
Magbasa pa

63. GEJOLAK SANG PEMIMPIN MUDA

Pria yang menjadi lawan Ayunda tadi berjalan pelan menghampirinya, sambil menunduk hormat pada Paduka Yuandra. “Seluruh negeri berharap kalian tidak hanya serasi di medan pertempuran, tapi juga di dalam mahligai rumah tangga.” “Masih banyak yang harus diurus ketimbang memikirkan pernikahan, Ibunda,” Ayunda menjawab pelan. “Kalian bisa mengurus negara bersama. Negeri tentu akan lebih kuat jika Ratu dan Panglimanya bersatu dalam keluarga, bukan begitu, Dirga?” Panglima Dirga yang tadi menjadi lawan Ayunda hanya tersenyum menanggapi ucapan dari calon mertuanya itu. “Negeri sudah jauh lebih aman, Putriku.” “Tidak....” Ayunda menyahut datar, namun tajam. Istri Paduka Basita itu terdiam, begitu pula dengan Dirga yang hanya memandang Ayunda dengan hormat. Meskipun ia adalah calon istrinya. Paduka Yuandra terdiam, kali ini ia tak mampu lagi berkata apa-apa. Hela nafasnya menyiratkan bahwa ada yang membuatnya kecewa dari jawaban putrinya itu. Ia lantas berdiri sambil mengecup kening Ayu
last updateHuling Na-update : 2022-07-24
Magbasa pa

64. AWAL PERJALANAN MUSTAHIL

Bayu beberapa kali menguap di tempat itu. Sambil menikmati kue basah yang tadi dibelinya di desa terakhir yang tadi ia temui. Bayu memang sejak beberapa hari yang lalu mulai melakukan perjalanan mencari Pusaka Gajahsora setelah selama tiga tahun berada di gua kawah berapi. Praktis selama tiga tahun baru kali ini ia berjalan jauh melewati area kawah berapi. Selama tiga tahun lamanya Bayu dilarang oleh Ampu Estungkara untuk berada jauh dari area pertapaanya itu. Tiga tahun yang sangat menjemukan bagi Bayu. Namun kini akhirnya ia dilepas, ia bebas, meski memikul tugas yang maha berat dan tak jelas petunjuknya. Bayu hanya diperintahkan Ampu Estungkara agar menuju arah utara dari Negeri Danta. Tak jelas ada apa dan di mana tepatnya. Ampu Estungkara sendiri tak menyebutkannya. Ia hanya bilang ke utara, hanya itu. Tak lebih tak kurang. Dari beberapa kabar yang Bayu dapatkan selama perjalanannya, arah utara Negeri Danta adalah wilayah dari Negeri Pancala. Sebuah negeri yang tak terlalu kuat d
last updateHuling Na-update : 2022-07-25
Magbasa pa

65. BURONAN NEGERI

“Apa jangan-jangan kau putra dari pemilik kebun ini?” salah satu pria memicingkan matanya yang nampak dari kliatan api pada obor yang menyala. Bayu terhenyak, otaknya mulai berputar. “Tapi pakaianmu tampak terlalu lusuh untuk ukuran seorang putra tuan kebun..” Bayu menunduk, mengamati pakaian yang dikenakannya, otaknya mulai bekerja. “Sebenarnya saya adalah anak dari tukang kebun di sini. Saya ke sini karena....” Bayu terdiam untuk mengamati sejenak respon dari para pria tersebut sebelum melanjutkan kalimatnya. “Karena ada sedikit konflik dengan ayah saya karena masalah....... wanita” Bayu memberi penekanan khusus di ujung kalimatnya, semoga tipuannya kali ini berhasil. Ia merasa ada nada lain yang diucapkan para pria ini ketika mereka menyebut kata ‘wanita’ dalam perbincangan mereka tadi di gubuk. Benar saja, sontak mereka tersenyum dengan mata yang sedikit berbinar. “Aku suka anak ini!” cetus salah satu pria. “Ayo masuk!” Bayu tersenyum lega. Ia masuk ke dalam gubuk itu bers
last updateHuling Na-update : 2022-07-27
Magbasa pa

66. PENYUSUP IBUKOTA

Ternyata tidur pun sebenarnya bukan pilihan yang terlalu bagus bagi Bayu, setidaknya ketika ia menyadari bahwa ia harus berbagi tempat dengan empat pria dewasa yang memuakkan, belum lagi suara ngorok mereka yang bercampur dengan bau arak hingga Bayu berpikir ingin membakar gubuk ini. Akhirnya Bayu harus merelakan diri tidur terjepit dengan kondisi yang sama sekali tak ingin dikenangnya. Pagi-pagi Bayu terbangun dengan tubuh yang terasa ngilu di beberapa bagian terutama punggung lehernya. Ia menguap pelan sebelum menyadari jika gubuk tersebut kini telah kosong melompong, hanya ia sendiri di sana, bersama sisa-sisa bau arak yang membuatnya ingin muntah. Bayu bergegas keluar gubuk untuk mendapatkan udara yang lebih segar demi menghindari rasa mualnya mencium bau arak yang cukup menyengat itu. Benar-benar, hanya terdengar sayup suara kokok ayam hutan di tengah belantara. Langit masih cukup gelap dengan sedikit semburat cahaya keemasan dari ufuk timur. Bayu semakin yakin, jika para pria h
last updateHuling Na-update : 2022-07-28
Magbasa pa

67. PERTEMUAN BERBAHAYA

“Aku akan menemuimu nanti, aku berjanji,” Bayu menggenggam jemari Dira. Dira menatap Bayu cukup lama, sebelum kemudian menghela nafas, “Baiklah, kau bawa kudaku, aku akan minta diantar pulang oleh pengawal di depan sana.” Bayu tersenyum sambil mengangguk. “Tapi ingat janjimu, setelah ini kau harus segera menemuiku.” Bayu kembali mengangguk, “Jaga dirimu baik-baik.” Dira lantas meninggalkan Bayu dengan raut wajah penuh rindu campur khawatir. Bayu hanya diam sembari tersenyum, baginya saat ini lebih penting untuk melihat keadaan Cadudasa lalu menyelesaikan misinya agar ia bisa terbebas dari dunia aneh ini. Bayu kembali memasang tudungnya lalu memacu kudanya menuju ke arah istana Adighana. Namun Bayu tahu persis jika istana pasti akan dijaga ketat oleh para pengawal, dan kedatangannya tentu akan menarik perhatian yang cukup hebat di istana, karena itu ia memilih jalur belakang istana. Ia pernah diajak Riani melewati jalur itu beberapa tahun lalu, dan menurutnya jalur itu tak terlal
last updateHuling Na-update : 2022-07-30
Magbasa pa

68. DI ANTARA PARA PENGEJAR

“Gusti Cadudasa....” Untuk beberapa saat Cadudasa tercekat, matanya seolah tak lepas memandang Bayu yang kini berdiri di depannya. “Bayu...” suara Cadudasa nyaris tak keluar dari rongga mulutnya. “Gusti, saya datang kemari untuk......” “Sebentar...” Cadudasa memotong, ia lantas dengan cepat mengamati keadaan di luar sebelum menutup pintu ruangan itu. Cadudasa berbalik pada Bayu, memandangnya dengan penuh haru lalu memeluk pemuda itu seolah memeluk putranya sendiri. Setelah merasa cukup Cadudasa lalu melepaskan pelukannya dan menatap Bayu, “Aku senang kau masih hidup. Tapi mengapa kau ke sini? Kau tahu seluruh negeri sedang mencarimu, negeri sudah tak aman bagimu.” “Jadi Gusti percaya bahwa saya tak ada hubungannya dengan kekacauan itu?” Bayu tak bisa menyembunyikan nada lega dalam kalimatnya. “Tentu saja. Aku yakin, ini hanya sebuah jebakan untuk mencelakaimu. Aku sudah menyadari akan banyak pihak yang tak senang ketika kau kubawa kemari.” “Syukurlah,” desah Bayu. “Sekarang le
last updateHuling Na-update : 2022-08-01
Magbasa pa

69. PENYERGAPAN

Bayu lagi-lagi harus berterima kasih pada kudanya yang sepertinya paham dengan apa yang diinginkannya, kuda tersebut dengan gesit membawa Bayu menjauhi para pengejarnya hingga para pengejarnya itu tak terlihat lagi. Mungkin ditarik mundur untuk menentukan langkah berikutnya, mungkin pula kehilangan jejak. Bayu perlahan melecut kudanya mencari tempat yang agak tersembunyi untuk beristirahat, tak terlalu jauh dari tempat itu ia menemukan sebuah telaga yang cukup jernih. Bayu perlahan turun dari kudanya dengan muka meringis menahan sakit, sedangkan sang kuda begitu girang meminum air telaga itu sepuasnya setelah cukup lama berjuang menyelamatkan majikan barunya dari ringkusan tentara Adighana yang ganas. Bayu duduk di tepi telaga itu sembari membasuh wajahnya dan beberapa bagian tubuhnya terutama bagian-bagian yang terluka dengan air jernih telaga itu. Agak perih memang, namun setelahnya, Bayu merasa lebih nyaman. Berkali-kali ia menghela nafas untuk mengencangkan saraf otot yang begitu
last updateHuling Na-update : 2022-08-03
Magbasa pa

70. PENYAMARAN SANG RATU

Sudah dua hari Ayunda berada di Lalawangan Sembaru di negeri Pancala, namun belum juga ia menemukan hal-hal yang menurutnya adalah arti dari perintah Ampu Estungkara yang menyuruhnya mengawali perjalanan ke negeri ini. Ayunda tak juga bertemu dengan pahlawan, atau siapapun yang terindikasi merupakan murid dari pertapa sakti itu untuk menemaninya melakukan pencarian Pusaka Gajahsora. Sejujurnya ia ingin segera meninggalkan Lalawangan ini dan memutuskan untuk mencari Pusaka Gajahsora sendirian saja, ia mulai ragu dengan murid dari Ampu Estungkara itu. Lagipula, apa dasar kuat yang membuat murid Ampu itu rela mengorbankan hidupnya hanya untuk mencari Pusaka Gajahsora untuk orang lain. Namun, nurani Ayunda menolak. Huru-hara dan kepanikan yang sedang melanda negeri ini khususnya Lalawangan Sembaru membuat Ayunda sedikit menunda niatnya itu. Ya, Desa Jalupang di Lalawangan Sembaru sedang dilanda kecemasan karena sejak beberapa pekan terakhir, daerah mereka kerap diserang oleh para manusia
last updateHuling Na-update : 2022-08-05
Magbasa pa
PREV
1
...
56789
...
12
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status