All Chapters of Syair Singgasana 1 : Prahara Di Balik Kabut: Chapter 51 - Chapter 60

113 Chapters

51. PERJALANAN MENJEMPUT MAUT

Malam itu pun tiba, ribuan tentara Adighana dan sekutunya mulai bergerak ke arah Barat yang menuju Negeri Danta. Sebagian menggunakan kuda, sebagian lagi hanya berjalan kaki. Beruntungnya sebagai kesatuan pasukan unggulan, Bayu mendapat bagian berkuda. Cukup lama menempuh perjalanan mereka akhirnya mendirikan kemah dan bermalam di tepi sebuah sungai. Setelah mendirikan tenda, Bayu langsung beranjak pergi sendiri menuju tepian sungai yang agak jauh dari pusat kemah malam itu sambil membawa pedangnya. Ia masih agak kesal, karena para prajurit lain masih tak berhenti membicarakannya setelah adegan yang melibatkannya dengan Putri Paramitha kemarin. Karena itulah ia lebih memilih menjauh dari mereka. Ia berniat untuk kembali berlatih pedang sendiri malam itu. Ia tak merasa memiliki aktivitas yang produktif jika hanya terus berdiam di kemah yang membuat kupingnya panas itu. Dinginnya suasana malam tampaknya tak membuat Bayu melunturkan semangatnya untuk melatih kemampuan bela dirinya. Ber
last updateLast Updated : 2022-06-27
Read more

52. KEBENCIAN SANG PANGLIMA

Bayu sontak berlari menuju perkemahan. Dengan sejuta tanya di benaknya yang intinya berpusat pada apa yang membuat dua sahabat karib ini bertengkar. Ketika sampai di sana, ia melihat Daegal dan Jayatsu sudah nampak saling berhadap-hadapan siap untuk saling menghantam. Bayu berhambur di antara keduanya, dan mendorong mereka. Sementara prajurit lain tampaknya tak ada yang berusaha melerai pertikaian dua sahabat ini. “Kalian berdua sudah gila!” Bayu berseru marah. Jayatsu menepis dorongan Bayu dengan kasar, “Menyingkir Bayu, kau tak ada hubungannya dengan ini...” Bayu melihat mata Jayatsu yang memerah, tampaknya ia betul-betul marah dengan Daegal. Sedangkan Daegal meskipun bersiap untuk diserang namun dari wajahnya Bayu yakin, jika ia sama sekali tak ingin hal ini terjadi. Tak ada sedikipun air muka emosi dari wajah Daegal. Bayu kembali mengambil posisi di depan tubuh Jayatsu sambil menatapnya jengkel, “Apa yang kalian sedang pikirkan? Kalian sahabat, kan? Apa yang sedang kalian laku
last updateLast Updated : 2022-06-28
Read more

53. DUA KUBU DI SATU PASUKAN

Bayu memacu kudanya pelan mengikuti rute para prajurit di depannya. Ini adalah hari ketiga perjalanan mereka, dan menurut perkiraan, jika tak ada gangguan cuaca, maka besok malam mereka akan sampai di gurun kawah berapi yang merupakan gurun terluas di Dunia di Balik Kabut dan sekaligus merupakan daerah terluar perbatasan Negeri Danta. Rencananya mereka akan bermalam di sana sebelum menentukan strategi menembus gerbang negeri Danta. Setelah kekacauan yang melibatkan Daegal dan Jayatsu sebagai aktor utamanya beberapa malam lalu, mereka masih belum bertegur sapa. Bayu sudah tau alasan pertengkaran mereka. Daegal menuduh Jayatsu menghasut para prajurit lain agar tidak berperang sungguh-sungguh menghadapi negeri Danta, sedangkan Jayatsu menuding Daegal adalah salah satu orang yang sangat bersemangat menyebarkan hasutan agar membunuh semua orang di negeri Danta, termasuk kaum perempuannya. Bayu tak dapat menduga siapa dan apa kira-kira yang membuat dua orang yang awalnya bersahabat ini bis
last updateLast Updated : 2022-06-29
Read more

54. RENCANA BUNUH DIRI?

Bayu tersenyum dan kembali menyerang Sabagya, denting pedang beradu di gelapnya hutan. Kilatan besi tajam itu terlihat beberapa kali membenturkan cahaya obor dan rembulan yang menerpanya. Dan hanya sebentar, kembali Bayu melumpuhkan Sabagya. Namun nampaknya Sabagya masih belum ingin menyerah, Ia kembali menghadapi Bayu. Walaupun dalam beberapa kali kesempatan berikutnya hasilnya tetap sama. Bayu berhasil mengunggulinya. “Baik!” Sabagya mendesah pelan, “Bagaimana jika kita tak menggunakan pedang. Ada kalanya kita berada di kondisi tak punya kesempatan untuk memegang benda bodoh ini, kan?” Bayu tersenyum dan langsung melempar pedangnya. Ia kemudian kembali mengambil sikap kuda-kuda, “Menurutmu seperti ini?” Sabagya mengangguk keil sebelum melakukan serangan cepat ke arah remaja 17 tahun itu. Bayu menghindar. Meski tanpa senjata, kali ini Bayu telah cukup banyak belajar bagaimana caranya bertarung dengan tangan kosong yang baik. Kini hampir tak ada lagi yang meragukan kualitas bertaru
last updateLast Updated : 2022-07-02
Read more

55. PERTIKAIAN YANG TAK SEHARUSNYA

Perjalanan yang melelahkan itu akhirnya berhenti sejenak di Gurun Kawah Berapi. Tempat persinggahan terakhir mereka sebelum memasuki gerbang negeri Danta. Dan sesuai rencana, mereka sampai di gurun luas itu tepat di malam hari. Gurun itu tak seperti di siang hari yang begitu panas membakar, di malam hari justru dingin menusuk daging begitu ngilu. Ketika selesai membangun kemahnya, Bayu langsung menyalakan api untuk menghagatkan tubuhnya yang mulai menggigil. Ia tak ingin menyendiri dan berlatih seperti kebiasaannya setelah mendirikan kemah, udara terlalu dingin untuk berlatih. Bisa-bisa pedangnya membeku. Bayu hanya diam menenlungkupkan tangannya ke tubuhnya sambil memandang hamparan pasir hitam yang berkilauan diterpa sinar rembulan yang memancar tanpa halangan. Seumur hidupnya baru kali ini ia melihat padang pasir seluas ini, malam hari. Dulu ia pernah bersama keluarganya ke Parangtritis di Jogjakarta, di sana ada padang pasir luar yang kerap disebut sebagai Gumuk Pasir, bahasa Jawa
last updateLast Updated : 2022-07-04
Read more

56. ADU NYAWA DUA SAHABAT

Bayu sebenarnya ingin kembali menghambur lalu memisahkan dua temannya itu, namun cengkeraman dan kuncian beberapa prajurit pada tubuhnya sangatlah kuat. Ia bahkan tak bisa menggerakkan jemarinya dengan leluasa. Bayu melihat kedua kubu semakin terbakar untuk menyemangati masing-masing jagoannya. Bayu mengira jika salah satu dari mereka terbunuh, maka mungkin dua kubu ini akan saling menyerang. Dan kondisi akan semakin kacau. Daegal dan Jayatsu masih beradu nyawa seperti kesetanan. Mereka saling menyerang dengan besi tajam panjang yang kapan saja bisa mencongkel jantung mereka dengan dingin. Namun di kondisi ini Daegal lebih unggul ketimbang Jayatsu, selama di asrama Daegal memang termasuk petarung pedang yang handal. Dan di pertarungan kali ini sangat terlihat Jayatsu agak kewalahan meladeni serangan Daegal yang cukup gencar. Sudah berkali-kali darah mengucur dari bagian-bagian tubuhnya yang tergores atau terkena sabetan besi tajam Daegal. Bayu tak ingin kedua temannya itu saling bun
last updateLast Updated : 2022-07-06
Read more

57. GURUN KAWAH BERPERANG

Daegal melotot ke arah Jayatsu dengan mata memerah, perlahan ada air mata memancar dari sana, sepertinya kemarahannnya telah sampai pada titik tertinggi. Dan dengan penuh keyakinan besi yang sedari tadi ia mainkan di kulit wajah Jayatsu akhirnya menancap di perut Jayatsu, darah mengucur di sana. Jayatsu menatap pedang yang menancap di perutnya seperti tak percaya kini nyawanya telah di ujung tenggorokan, sementara Daegal hanya memandang orang yang baru saja dibunuhnya dengan wajah masih memancarkan amarah bercampur tangis yang entah untuk apa, bahkan hingga mata Jayatsu terpejam. Bayu hampir tak percaya dengan pemandangan yang ia saksikan, Daegal baru saja membunuh sahabatnya, Jayatsu. Sementara itu kubu pendukung Jayatsu memandang mayat Jayatsu dengan mata merah. Mereka kini tahu, apa yang harus mereka lakukan selanjutnya. Salah satu dari prajurit itu mengeluarkan pedangnya dari sarungnya, mengacungkannya ke atas sembari berteriak lantang, “Para prajurit, orang ini telah memulai unt
last updateLast Updated : 2022-07-08
Read more

58. UPAYA MENYELAMATKAN DIRI

Namun tak bisa, dengan tangan terikat, dan kaki tertindih manusia yang kaku, Bayu tak begitu lihai untuk melepaskan diri. Namun otaknya cepat berputar, ia lantas menggesek-gesekkan ikatan di tangannya dengan pedang itu, cukup lama hal itu dilakukannya tanpa henti. Untungnya tak ada prajurit lain yang coba menyerangnya, mungkin karena ia dianggap sebagai bagian prajurit yang telah tergeletak menjadi mayat. Akhirnya perjuangan Bayu berhasil, ikatan di tangannya terlepas. Ia mencoba mencabut pdang yang menancap dan melukai perutnya itu, tak begitu sulit karena tancapan juga tak begitu kuat. Meski darah terus mengucur dari perutnya yang tampaknya sedikit sobek, Bayu tak memilih untuk mempedulikannya, sebelum prajurit lain menyadari ia masih hidup, Bayu berusaha untuk menjauhkan mayat yang menindih kakinya, lalu membuka ikatan yang melilit kakinya. Setelah tak ada tali yang menjerat dirinya, dengan cara lari yang tak begitu sempurna karena menahan rasa sakit di perutnya Bayu langsung berus
last updateLast Updated : 2022-07-14
Read more

59. MAYAT-MAYAT YANG PULANG

Wajah Baginda Raja Adighana agak memerah mendengar laporan dari Anarbuana tentang perang dini yang terjadi di gurun kawah berapi itu. Setiap bait kalimat yang terlontar dari mulut putra Senopati Dharmendra itu layaknya pukulan telak yang membuat lebam wajahnya, tak hanya lebam, namun juga membiru dengan gumpalan darah pekat yang terlalu padat menggumul dalam emosinya yang coba ia sembunyikan lewat sorot mata yang berusaha tenang. Salah satu pengawal datang menghadap Baginda Raja dengan hormat. “Lapor, Paduka. Jenazah pasukan sudah tiba di lapangan.” “Bagaimana dengan Cadudasa?” tanya Baginda Raja. “Beliau sudah menuju lapangan beserta beberapa pejabat lain.” “Baiklah terima kasih, aku akan ke sana bersama rombongan pejabat,” titah sang Raja Adighana itu. Pengawal itu lalu beringsut pelan meninggalkan ruangan itu. Raja lantas menatap Anarbuana. Sementara Anarbuana hanya menunduk segan. Raja lalu berdiri dari singgasananya, dan berjalan pelan ke tengah ruangan. ******************
last updateLast Updated : 2022-07-16
Read more

60. HARGA PENGORBANAN

Sudah beberapa hari ini Dira tak nafsu makan. Ia yang biasanya mengajar anak-anak dengan riang pun kini agak kurang semangat. Wajahnya sendu, cahaya yang selalu ia pancarkan dari pesona kecantikkannya sekarang redup. Kecantikkannya masih cukup memikat, namun gairah pada pahatan alami di wajahnya seolah hilang. Lenyap ditelan sendu yang kian sering menggelayutinya. Sebabnya sudah pasti, perang saudara yang menghancurkan rencana serangan ke Negeri Danta dan menewaskan hampir separuh dari pasukan itu. Dan yang paling menyesakkan adalah isu yang berhembus menyatakan bahwa salah satu penyebab perang saudara ini adalah hasutan dari orang dalam pasukan sendiri yang salah satunya adalah Bayu, keponakan Mahapatih Cadudasa. Sungguh tak dapat diterima oleh Dira jika pemuda itu dianggap sebagai penghianat bangsa. Bayu adalah salah satu prajurit muda dengan prospek paling menjanjikan di Negeri Adighana. Kecerdasannya dan keuletannya berlatih telah membuatnya hanya dalam hitungan bulan masuk ke ka
last updateLast Updated : 2022-07-18
Read more
PREV
1
...
45678
...
12
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status