Semua Bab Menikahi Lelaki Brengsek: Bab 141 - Bab 150

167 Bab

Bab 141 - Ruang untuk Bicara

“Soal perjodohan kita.” “Jelasin ke dia kalau kita memang dijodohkan sama keluarga?” tanya Karina. “Ck. Ya jangan gitu, dong! Tambah runyam ntar,” pinta Nanda sambil memasang wajah memelas. Karina terkekeh sambil menatap wajah Nanda. “Aku suka wajah payahmu ini, Nan.” “Nggak usah ketawa! Bantu aku jelasin ke Ayu!” pinta Nanda sambil menarik tangan Karina dan mengetuk kembali pintu kamar Ayu. “Mas, apa di luar nggak ada penjaga? Kenapa mereka masih belum pergi?” tanya Ayu sambil menatap wajah Enggar. “Kurang tahu. Kamu kenapa dengan dia? Ada masalah lagi?” Ayu menghela napas kecewa. “Aku capek, Mas. Dia bilang sayang sama aku, tapi masih aja jalan sama cewek lain terus.” Enggar tertawa kecil. “Rasa cemburumu besar juga?” “Bukan rasa cemburu yang besar, tapi rasa kecewaku.” “Kamu yang sabar! Cinta itu bukan untuk mencari kesempurnaan. Kalau kamu bahagia mencintai dia, seburuk apa pun dia, kamu akan bisa menerimanya,” ucap Enggar sambil tersenyum menatap wajah Ayu. “Dia itu n
Baca selengkapnya

Bab 142 - Trust Me!

Ayu memalingkan wajahnya saat wajah Nanda semakin mendekatinya. “Ay, kamu kenapa cuekin aku? Bahkan, pelayanmu juga ikut ketus sama aku,” tanya Nanda sambil menarik dagu Ayu agar menatapnya. “Kamu pikir aja sendiri!” sahut Ayu sambil mendorong tubuh Nanda dan duduk di kursi panjang yang ada di dalam kamarnya. “Aku udah mikir berhari-hari dan aku masih nggak tahu kenapa kamu berubah. Apa karena ada pria bangsawan itu yang selalu ada di samping kamu. Kamu udah lupa sama aku, sama janji kita?” sahut Nanda. Ayu mengernyitkan dahi menatap Nanda. “Kenapa jadi bawa-bawa Mas Enggar?” “Karena kamu sama dia itu narinya mesra banget. Pegang-pegangan tangan. Dia nggak pake baju dan kamu cuma pake kemben doang gitu. Nggak mungkin nggak nafsu kalau sering bersentuhan kulit kayak gitu!” sahut Nanda kesal. “Aku kayak gitu karena profesionalitas aku sebagai penari. Mana mungkin kami nari pasangan kayak orang musuh-musuhan. Sedangkan kamu, kamu bisa mesra-mesraan, rangkul-rangkulan dan ketawa-ket
Baca selengkapnya

Bab 143 - Aku Suka Cara Cemburumu

“Dia ... sudah seperti adikku sendiri. Sebenarnya, aku dan Karina dipaksa untuk melakukan pernikahan bisnis.” “Tuh, kan?” Ayu langsung menepis kedua tangan Nanda dan melangkah pergi dengan mengentakkan kakinya. Sepertinya, tidak ada hal dalam diri Nanda yang tidak pernah membuatnya kesal. “Ay, dengerin aku dulu!” Nanda langsung menahan tubuh Ayu dan memeluknya dari belakang. “Aku janji, akan melawan semua orang untuk mempertahankan hubungan kita. Meski harus mempertaruhkan nyawaku, aku akan melakukannya. Please, kasih aku kesempatan untuk memperjuangkanmu ... sekali lagi!” pintanya lirih. Ayu terdiam sejenak dan membalikkan tubuhnya menatap Nanda. “Gimana cara kamu meyakinkan aku kalau kamu nggak akan selingkuh lagi?” “Kamu mau aku ngelakuin apa supaya kamu percaya sama aku?” tanya Nanda. “Mmh ...” Ayu berpikir sejenak sambil melangkahkan kaki, mondar-mandir di hadapan Nanda. Wajah Nanda seketika menegang saat Ayu terlihat begitu serius meminta pembuktian darinya. Ia harap, per
Baca selengkapnya

Bab 144 - Berubah Manja

Enggar melangkahkan kakinya perlahan menyusuri koridor menuju ke kamar Ayu. “Ayu ...!” panggil Enggar sambil masuk ke dalam kamar Ayu karena kamar wanita itu dibiarkan terbuka. Artinya, Ayu sedang bersantai di kamar bersama dengan pelayan-pelayannya. “Ya, Mas.” “Besok malam ada acara perjamuan untuk ulang tahun Sri Sultan. Kamu mau ngasih hadiah tarian atau nggak?” “Mmh, boleh.” Ayu mengangguk sambil tersenyum manis. “Kamu mau nari apa? Rama-Shinta lagi?” tanya Enggar sambil tersenyum manis ke arah Ayu. “Emangnya kalau nari harus pasangan?” tanya Nanda yang tiba-tiba masuk ke dalam kamar Ayu. “Iya,” jawab Ayu santai. “Kalau mau pasangan, kamu cuma boleh pasangan sama aku!” pinta Nanda sambil menghampiri Ayu dan duduk di sebelah wanita itu. “Emangnya kamu bisa nari?” tanya Ayu. Nanda gelagapan mendengar pertanyaan Ayu. “Aku bisa silat. Nggak beda jauh gerakannya sama nari.” Ayu memutar bola matanya. “Nggak usah sok cemburu dan posesif! Nggak cocok!” “Kamu ...!?” Nanda menata
Baca selengkapnya

Bab 145 - Kehadiran Sahabat

“Karena aku melihat jelas bagaimana tingkahnya. Bagaimana cara dia mengejarmu kembali dan bagaimana cara dia ingin menguasaimu,” jawab Enggar sambil tersenyum. Ayu tersenyum menanggapi ucapan Enggar. Ia harap, Nanda bisa berubah seperti yang ia inginkan. Berubah menjadi pria yang lebih baik lagi untuk ia dan anak-anaknya di masa depan. “Ayu ...! Mas Enggar ...!” Suara teriakan seorang wanita, langsung mengalihkan pandangan Enggar dan Ayu bersamaan. “Nadine?” Ayu dan Enggar saling menatap sambil mengernyitkan dahi. Entah mengapa, Nadine tiba-tiba datang ke keraton tersebut. “Gimana kabar kamu, Ay?” tanya Nadine sambil merengkuh tubuh Ayu. “Aku baik. Kamu gimana? Tumben main ke sini?” balas Ayu sambil tersenyum manis. “Aku baik juga. Nemenin Okky ke sini. Katanya, ada urusan bisnis sama papa kamu.” “Eh!? Serius? Ketemu Nanda, dong?” tanya Ayu sambil menatap wajah Nadine. “Nanda ada di sini juga?” tanya Nadine. Ayu mengangguk. “Katanya ada bisnis sama ayahku. Bawa cewek pula n
Baca selengkapnya

Bab 146 - Hadiah Ulang Tahun untuk Kakek

“Selamat siang, Kakek ...!” sapa Ayu sambil melangkah masuk ke dalam kediaman pribadi Sri Sultan yang berada di pusat keraton tersebut. “Siang ...!” balas Sri Sultan sambil menatap wajah Ayu. Ayu tersenyum dan pandangannya malah tertuju pada Nanda yang sedang menikmati secangkir kopi hitam bersama kakeknya dan ada papan catur di tengah-tengah mereka. “Duduklah!” pinta Sri Sultan sambil menatap Ayu. Ayu mengangguk. Ia segera duduk di kursi yang ada di sebelah kiri kakeknya itu, ia berada tepat di tengah dua pria berbeda zaman itu. “Kamu kenal dengan pria ini?” tanya Sri Sultan sambil menatap wajah Ayu. Ayu mengangguk dan menunduk sopan. “Mantan suami saya, Kakek.” “Masih mencintai dia?” tanya Sri Sultan. Ayu bergeming sambil menundukkan kepalanya. “Ay ...!” panggil Nanda lembut sambil meraih jemari tangan Ayu. “Will you marry me?” Ayu langsung mengangkat kepalanya menatap Nanda. Ia tidak menyangka jika pria ini akan melamarnya di depan sang kakek. Sesepuh sekaligus orang yang
Baca selengkapnya

Bab 147 - Tak Lagi Berjarak

... Nanda melangkahkan kakinya perlahan sembari menggandeng tangan Ayu. Mereka berdua berjalan beriringan menyusuri jalanan malam di sekitar keraton. Sebelah kanan-kiri mereka penuh dengan penjual jajanan dan souvenir oleh-oleh khas kota itu. “Hei, udah pada baikan!?” seru Nadine sambil menepuk pundak Ayu. Ayu langsung mengelus dada sambil menoleh ke arah Nadine. “Kamu ini ngagetin aja, sih!?” Nadine langsung meringis sambil merangkul Rocky yang ada di sebelahnya. “Ikut pacaran, dong!” “Emang kalian berdua pacaran?” tanya Nanda sambil menunjuk wajah Rocky. “Kami bukan pacar, tapi pacaran setiap hari!” sahut Rocky sambil menepis tangan Nanda. “Hahaha.” “Kapan merit? Kayaknya, kalian ini pacarannya udah lama, ya?” “Kami udah merit, Nan. Tapi belum resepsi aja,” sahut Rocky. “Oh.” Nanda manggut-manggut. “Enak juga sih kalau udah sah. Terus, kapan rencana resepsinya?” tanya Nanda. “Masih lama. Banyak yang harus diurus, Nan. Dikira nyiapin pernikahan itu gampang apa?” “Gampang.
Baca selengkapnya

Bab 148 - Ditolak Papa Mertua

Setelah mendapatkan izin dari semua keluarga keraton untuk mempersunting puteri mahkota mereka, kini giliran Nanda yang membawa Ayu untuk masuk dan mengambil izin dari keluarga Perdanakusuma untuk menikah. “Pagi, Ma ...!” sapa Nanda sambil menghampiri Nia yang sedang menyiram tanaman di depan rumah mereka. “Nanda ...!?” Nia langsung melemparkan alat semprot di tangannya begitu saja dan berlari memeluk tubuh puteranya itu. “Kamu ke mana aja? Baik-baik di luar sana?” tanyanya sembari menitikan air mata. Nanda mengangguk sambil tersenyum. “Nanda baik-baik saja, Ma. Hari ini Nanda datang ke sini bersama Ayu.” Nia langsung menoleh ke arah Ayu yang berdiri di sebelah Nanda. “Gimana kabar kamu, Sayang?” sapanya sambil tersenyum manis. “Baik, Ma. Mmh ... apa Ayu masih boleh panggil mama?” “Boleh, dong,” jawab Nia sambil tersenyum manis. “Sudah beberapa minggu ini, Nanda tidak pulang ke rumah. Mama tenang kalau ternyata dia bersamamu.” Ayu tersenyum sambil menatap wajah Nia. “Ayu baru b
Baca selengkapnya

Bab 149 - Jangan Pergi Lagi!

Nanda balas menatap tajam ke arah Andre sambil mengepal erat jari-jari tangannya. “Selama Papa tidak bisa menerima Roro Ayu, selama itu juga aku tidak akan menginjakkan kakiku ke rumah ini dan perusahaan Papa!” tegas Nanda. “Nan, kenapa kamu bicara seperti itu?” tanya Nia sambil menghampiri puteranya. “Papamu hanya sedang emosi sesaat. Kamu tidak perlu mengambil hati!” Nanda menatap wajah mamanya sejenak. Ia sangat berharap, mamanya bisa membujuk sang papa untuk menerima kehadiran Ayu lagi dalam hidupnya. “Maafin Nanda, Ma! Mama jaga kesehatan, ya!” ucapnya. Ia mengecup punggung tangan Nia, mengecup kedua pipi wanita itu dan melangkah keluar dari rumah tersebut. Nia menggelengkan kepala melihat Nanda yang memilih untuk keluar lagi dari rumah itu. “Mas, kenapa kamu nggak mau berdamai sama anak sendiri? Ayu itu kebahagiaannya Nanda. Kamu tega banget bikin Nanda menderita, Mas!” ucapnya sambil berlinang air mata. “Kalau mau aku nggak tega, kamu urus anakmu itu supaya bener! Dulu disu
Baca selengkapnya

Bab 150 - Tantangan untuk Nanda

“Ay, dengan atau tanpa restu papa, aku akan tetap menikahimu,” ucap Nanda sambil menatap wajah Ayu. Ayu menggeleng sambil tersenyum manis. “Aku ingin menikah dengan restu orang tua. Kalau kamu bisa meyakinkan kakekku, maka aku akan berusaha meyakinkan papamu.” Nanda tersenyum haru menatap Ayu. Ia langsung memeluk erat tubuh wanita itu. “Ay, maafin aku karena sudah banyak menyakitimu dan membuatmu berkorban banyak. Kali ini, biarkan aku yang berusaha meyakinkan papa.” Ayu mengangguk. Ia merasa sangat bahagia karena Nanda memilih untuk memperjuangkan cinta mereka. Drrt ... drrt ... drrt ...! Nanda langsung merogoh ponselnya yang tiba-tiba berdering. “Halo ...!” sapa Nanda saat panggilan telepon dari Karina tersambung. “Ada apa, Rin?” “Kamu di mana, Nan?” tanya Karina dari seberang telepon. “Aku di rooftop Galaxy Hotel,” jawab Nanda. “Galaxy Hotel mana? Surabaya, Semarang atau Solo? Jangan-jangan malah di Jakarta, ya?” cerocos Karina. “Surabaya, Rin. Ngapain jauh-jauh ke Jakart
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
121314151617
DMCA.com Protection Status