Home / Urban / Menikahi Lelaki Brengsek / Chapter 111 - Chapter 120

All Chapters of Menikahi Lelaki Brengsek: Chapter 111 - Chapter 120

167 Chapters

Bab 111 - Trik Menyelamatkan Ayu Part.2

 “Bolehkah saya membantu memandikan dan menggantikan baju Tuan Puteri?” tanya Nanda pada pelayan yang membukakan pintu untuknya. Ayu melebarkan kelopak matanya mendengar pertanyaan Nanda. Nanda langsung mengerdipkan sebelah matanya ke arah Ayu. Ayu menghela napas. “Kalian berdua keluarlah! Biar dia yang melayaniku.” “Baik, Tuan Puteri!” Dua pelayan itu bergegas keluar dari kamar Ayu dan mempersilakan Nanda untuk masuk ke sana. Nanda menghela napas lega. Ia segera mengunci pintu dan menghampiri Ayu yang ada di sana. “Kamu mau apa? Mau mandiin aku? Udah tahu kita lain mahrom. Masih aja mau cari masalah, hah!?” dengus Ayu sambil menendang kaki Nanda. “Kita suami-istri, Ay. Aku punya alasan sendiri kenapa aku mau bantu gantikan bajumu. Ini,” jawab Nanda sambil mengeluarkan kain busa yang ia bawa. “Buat apa bawa beginian?” tanya Ayu sambil mengerutkan keningnya. “Buat ... lapisin tubuhmu supaya nggak luka saat k
Read more

Bab 112 - Hukuman Pertama untuk Ayu

Ayu melangkahkan kakinya perlahan menuju ke arena terbuka, tempat di mana dia akan menjalani hukuman pertamanya. Di sebelah kirinya, ada seorang pelayan yang biasa mendampinginya. Di sebelah kanan, ada Nanda yang menjadi pelayan baru di kediaman tersebut. Ayu langsung duduk bersimpuh di tengah lapangan. Tepat di tribun yang ada di hadapannya, Sri Sultan dan seluruh keluarga keraton sudah berkumpul untuk menyaksikan penebusan dosa yang telah dilakukan oleh Roro Ayu. Nanda terus berdiri di belakang Ayu. Sementara, pelayan yang satunya lagi sudah melangkah mundur. “Mas, Ayo pergi!” pinta pelayan itu berbisik di telinga Nanda. “Nanti kamu ketahuan kalau terlalu lama di dekat Tuan Puteri!” Nanda mengikuti pelayan yang menariknya. Kedua matanya tetap mengawasi Ayu yang masih duduk bersimpuh di sana sambil memberi hormat kepada seluruh keluarganya, juga pada semua keluarga bangsawan yang diundang ke acara tersebut. Nanda langsung diajak bergabung den
Read more

Bab 113 - Saingan Cinta

Di sudut lain, sepasang mata milik seorang pria terus mengawasi jalannya acara tersebut. Ia adalah tamu bangsawan yang diundang hadir bersama keluarganya dan tidak menyangka jika puteri yang menjadi pembicaraan di seluruh negeri adalah wanita yang ia kenal. Begitu sampai di kamar Ayu, Nanda langsung mengunci rapat kamar tersebut. Ia tidak memperbolehkan siapa pun masuk ke dalam kamar Ayu kecuali dokter yang sudah ia siapkan satu jam sebelum prosesi hukuman itu terjadi. “Dokter, gimana keadaan istri saya?” tanya Nanda sambil menatap dokter yang sedang memeriksa denyut jantung Ayu. “Dia akan baik-baik saja. Hanya butuh istirahat karena harus menahan rasa sakit yang begitu banyak. Ini ... saya berikan obat anti nyeri dan obat luar untuk lukanya,” jawab dokter itu. Nanda mengangguk. “Terima kasih, Dokter!” Dokter itu mengangguk. “Saya akan pasangkan infus untuk dia untuk menstabilkan keadaannya.” Nanda mengangguk sambil tersenyum lega. “Do
Read more

Bab 114 - Obat Untuk Ayu

Nanda melangkahkan kakinya perlahan sambil membawa beberapa barang yang dibutuhkan Ayu ke dalam kamarnya. Ia terus menundukkan kepala dan berjalan sebaik mungkin sebagai seorang wanita biasa. “Hei, kamu pelayan pribadinya Roro Ayu, ya?” sapa seorang pria bertubuh tinggi dan kekar yang tiba-tiba menghadang langkah Nanda. Nanda langsung mengangkat wajahnya menatap pria itu. Matanya menyeringai tak bersahabat saat melihat pria tampan yang sejak kemarin menjadi pembicaraan para pelayan karena pria itu adalah putera mahkota dari keraton kesultanan Yogyakarta yang juga cukup terkenal. “Siapa nama kamu?” tanya pria itu sambil memperhatikan wajah Nanda. “Nindi, Tuan!” jawab Nanda sambil menundukkan kepala dan memperbaiki selendang di lehernya. Tidak ada yang boleh mengetahui kalau dia adalah pelayan wanita yang memiliki jakun. “Nindi? Kamu tinggi banget untuk seorang perempuan?” tanya pria itu sambil menegakkan tubuhnya. “Kamu lebih cocok jadi model d
Read more

Bab 115 - Gengsi

Ayu melebarkan kelopak mata dan menoleh ke arah dadanya sendiri. Ia langsung mendorong kuat tubuh Nanda dan buru-buru menarik kain jarik di bawahnya. “Kamu ini nyari kesempatan, ya!?” dengusnya. Ia melilitkan kain jarik tersebut di tubuhnya. Nanda tersenyum sambil menggigit bibir bawahnya. “Kamu nggak kangen sama aku, Ay?” “Nggak!” sahut Ayu kesal sambil duduk di kursi meja riasnya. “Jangan ngambek, dong!” pinta Nanda sambil merangkul tubuh Ayu dari belakang. “Nggak usah macem-macem dan bikin aku kesel, deh! Ntar aku minta ganti pelayan, mau!?” dengus Ayu. “Hehehe. Jangan, dong! Serius, deh! Aku mau obatin kamu,” tutur Nanda sambil menarik kursi yang ada di sana dan duduk di belakang Ayu.  Ia membuka botol obat dan mengoleskan salep perlahan di luka memar yang ada di bahu wanita itu. Ayu tersenyum kecil. Ia memegangi jarik untuk menutupi dadanya dan membiarkan Nanda mengobati lukanya perlahan. “Pelan-pelan!” pintanya lirih.
Read more

Bab 116 - Jalan Takdir

Tok … tok … tok …! Pintu kamar Ayu tiba-tiba diketuk saat ia sedang asyik bercanda dengan Nindi alias Nanda. “Siapa?” tanya Ayu dari dalam kamar. Sementara, Nanda langsung beringsut ke depan cermin dan memperbaiki riasan wajahnya. Juga merapikan pakaian pelayan yang ia kenakan dan memoleskan lipstik di bibirnya. “Cepet rapiin! Ntar ketahuan kalau kamu laki-laki!” pinta Ayu sambil mengalungkan selendang ke leher Nanda. Nanda mengangguk. “Udah?” Ayu mengangguk sambil tersenyum. Ia mengecup pipi Nanda dan beringsut ke atas tempat tidurnya. Sementara, pria itu langsung melangkah menuju pintu kamar Ayu dan membukakan pintu untuk seseorang di luar sana. Nanda membungkuk hormat begitu mengetahui kalau yang datang adalah ibu kandung dari Roro Ayu. Bunda Rindu langsung melangkah masuk ke dalam kamar Ayu begitu pintu terbuka untuknya. Nanda buru-buru keluar dari kamar tersebut sebelum Bunda rindu mengetahui kehadirannya yang sedi
Read more

Bab 117 - Menghangatkanmu

Hanya selang satu minggu dari hukuman pertamanya, Ayu sudah harus menjalani hukuman yang kedua. Kali ini, ia harus berendam selama tujuh hari tujuh malam di sebuah kolam untuk mensucikan diri. “Ay, minum obat ini!” pinta Nanda saat Ayu baru saja selesai mengganti pakaiannya. “Obat apa?” tanya Ayu. “Obat supaya tubuh kamu tetap hangat saat di dalam air.” “Ada obat beginian?” tanya Ayu sambil menatap sebuah pil yang ada di atas telapak tangan Nanda. “Ada. Buruan diminum!” pinta Nanda dengan telapak tangan menjulur ke hadapan Ayu. Sedang tangan satunya lagi, sudah menggenggam segelas air putih untuk Ayu. Ayu tersenyum dan segera menelan pil hangat yang disodorkan Nanda. “Kamu ini ada aja ide curangnya.” “Hehehe. Apa aja akan aku lakuin buat kamu, Ay. Asal kita bisa bersama lagi sampai tua,” jawab Nanda sambil tersenyum ceria. Ayu tertawa kecil melihat sikap Nanda. “Sepertinya kamu sudah mulai terbiasa dengan setelan sepert
Read more

Bab 118 - Sick for Love

Tepat jam enam sore, Nanda langsung menarik tubuh Ayu yang masih berendam di dalam kolam. Ia langsung membaringkan tubuh Ayu di tepi kolam dan pelayan lain buru-buru menghampiri Nanda untuk membantunya. “Nin, Tuan Puteri baik-baik saja?” tanya salah seorang pelayan sambil memperhatikan wajah Ayu yang sudah memucat dan nyaris tak sadarkan diri. “Nan ... Nan ...!” lirih Ayu dengan tubuh gemetaran dan langsung merangkul Nanda yang masih memangkunya. “Nan itu siapa?” tanya salah seorang pelayan sambil mengulurkan handuk ke arah Nanda dan membantu melepas kain jarik yang melilit tubuh Ayu. “Nama suaminya,” jawab Nanda sambil menatap tubuh Ayu yang sedang dibuka oleh pelayan lain. “Iya. Nama suaminya itu Mas Nanda. Kalau nggak salah ingat,” sahut pelayan lain. “Huft ...! Kasihan sekali Tuan Puteri kita ini. Hanya untuk mendapatkan restu dari keluarganya, harus menerima hukuman seberat ini. Kisah cinta orang-orang tinggi, memang diuji dengan
Read more

Bab 119 - Sick for Love 2

   “Aku kedinginan, Nan,” ucap Ayu sambil menatap lekat wajah Nanda. “Kita ada di kolam suci. Bertemu dengan pria bukan mahrom saja kamu tidak diperbolehkan. Aku tidak ingin kalau kamu harus menanggung hukuman yang lebih berat lagi dari leluhurmu,” ucap Nanda. Ayu menghela napas mendengar ucapan Nanda.  Ia langsung mengangkat tubuhnya dari atas tubuh Nanda dan duduk di samping pria itu. Ia mengedarkan pandangannya ke semua api unggun yang mengelilingi kolam tersebut. “Kamu yang buat api-api ini, Nan?” tanya Ayu. Nanda mengangguk. “Dibantu dengan pelayan lain. Mereka bawakan aku kayu bakar untuk memastikan kalau api ini tidak akan pernah mati.” “Semoga tidak pernah mati dan abadi di sini. Aku suka melihatnya,” ucap Ayu sambil tersenyum. Ia memeluk tubuhnya sendiri sembari merapatkan badcover yang menjadi selimutnya. Nanda tersenyum mendengar ucapan Ayu. “Kalau benar-benar bisa abadi, itu keajaiban. Aku ingin ... c
Read more

Bab 120 - Enggan Melepasmu

Satu minggu kemudian ... Ayu akhirnya bisa menyelesaikan hukuman keduanya dengan baik berkat bantuan dari Nanda dan beberapa pelayan yang terus membantu menghangatkan tubuh Ayu. Meski beberapa kali mengalami hipotermia, ia masih bisa melewatinya dan selamat menjalani hukuman tersebut. “Nan, terima kasih banyak sudah membantuku menyelesaikan hukuman ini. Aku tidak tahu apa jadinya kalau nggak ada kamu di sisiku,” ucap Ayu saat ia sudah selesai mengganti semua pakaiannya dan berada di dalam kamar bersama dengan Nanda. Nanda mengangguk sambil tersenyum manis. “Ay, aku tidak bisa berlama-lama di tempat ini. Kepala pelayan sudah mulai mencurigai keberadaanku. Kalau dia mengumpulkan semua pelayan dan menghitungnya, dia akan tahu kalau ada orang lain yang menyelinap ke tempat ini.” Ayu menatap wajah Nanda sejenak. Kemudian menganggukkan kepala. “Kamu juga sudah terlalu lama di tempat ini. Perusahaanmu juga pasti membutuhkanmu, Nan.” Nanda mengangguk.
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status