Home / Urban / Menikahi Lelaki Brengsek / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Menikahi Lelaki Brengsek: Chapter 91 - Chapter 100

167 Chapters

Bab 91 - Usaha Nanda

 “NANDA ...!?” seru Ayu sambil mendorong tubuh Nanda saat ia menyadari kalau pria itu ingin menciumnya. “Kamu pura-pura nggak lihat!? Mau aku semprot lagi, hah!?”“Eits, jangan! Ampun ...! Ampun ...!” pinta Nanda sambil bangkit dari sofa dan menatap wajah Ayu.“Kalau kamu baik-baik aja, keluar dari rumahku!” seru Ayu kesal.“Ay, aku nggak punya tempat tinggal. Aku baru aja sampai di kota ini dan nggak tahu harus tinggal di mana. Aku boleh tinggal di sini? Malam ini aja!” pinta Nanda sambil memasang wajah paling melas yang ia miliki.“Kamu ke sini pasti perjalanan bisnis ‘kan? Banyak hotel di kota ini. Check-in aja! Apa susahnya?” sahut Ayu.Nanda meringis sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Bicara dengan wanita cerdas, memang sangat sulit. Ia tidak tahu lagi alasan yang tepat agar Ayu mengizinkannya tetap tinggal di sana.“Aku ditinggal sama asi
Read more

Bab 92 - Still Love Me?

Nanda tersenyum sambil mengendus dua mangkuk mie instan yang ia buat. Ia tersenyum lebar sambil menggosok kedua telapak tangannya. Hawa di kota ini terlalu dingin untuk dia yang terbiasa tinggal di negara tropis. “Nan, kamu buat dua porsi?” tanya Ayu sambil melangkah menghampiri Nanda. Nanda langsung menoleh ke arah Ayu yang baru saja keluar dari kamarnya sembari mengikat rambutnya asal-asalan. Wanita itu tak lagi mengenakan kacamata dan terlihat sangat cantik. “Kamu bilang, cuma mau masakin aku doang. Terus pergi, kan? Pergi sana!” pinta Ayu sambil menarik mangkuk yang jaraknya berjauhan dan menjadikannya berhimpitan. Ia duduk di kursi sambil memeluk dua mangkuk mie yang dibuat oleh Nanda. “Ay, aku juga laper. Aku seharian nyari kamu dan belum makan apa-apa. Kamu nggak kasihan sama aku?” tutur Nanda sambil memasang wajah memelas. “Nggak percaya! Kamu masih kuat masakin aku, nggak mungkin nggak makan seharian,” sahut Ayu. “Serius, Ay.
Read more

Bab 93 : Sama-Sama Menderita

 “Ay ... meski pengadilan telah menyetujui pembatalan pernikahan kita. Aku tetap menganggapmu sebagai istriku. Bisakah kita berbaikan dan kembali seperti dulu?” tanya Nanda lagi. Ayu memejamkan matanya sambil berpikir. Sudah begitu lama dan begitu jauh ia pergi meninggalkan Nanda. Bagaimana bisa pria ini tiba-tiba ada di hadapannya dan mengatakan kalau ia masih istrinya? Tak cukupkah pria ini menghancurkan seluruh hidupnya tiga tahun lalu? “Ay, give me one word! Aku masih ingin memperjuangkan pernikahan kita,” ucap Nanda sambil bangkit dari tubuh Ayu. Ayu menghela napas lega saat Nanda sudah beranjak dari tubuhnya. Nanda tersenyum kecil sambil mengeluarkan buku kecil dari saku celananya. “Ini buku pernikahan kita. Meski milikmu sudah diambil pengadilan, tapi buku yang ini masih ada di tanganku. Aku nggak pernah melepaskan buku ini, Ay,” ucapnya sambil menunjukkan buku nikahnya. Ayu langsung menatap buku nikah yang dipegang oleh Nanda. Beg
Read more

Bab 94 : Pura-Pura Gelandangan

Ayu mengerjapkan mata saat sinar matahari masuk lewat-lewat celah jendela dan menimpa wajahnya. Telapak tangannya menyentuh sofa yang ia tiduri yang terasa sangat nyaman, tak seperti biasanya. Ayu meraba kain di bawahnya yang terasa berbeda dan terasa seperti tubuh seseorang. Ia melebarkan kelopak mata saat menyadari sesuatu. Dengan cepat, ia menengadahkan kepala. Ia menelan saliva dengan susah payah sambil bangkit perlahan dari pangkuan Nanda. “Stupid!” umpat Ayu dalam hati sambil menepuk keningnya sendiri. “Kenapa aku bisa tidur di pangkuan dia?” Ayu terdiam saat melihat wajah Nanda yang tertidur pulas di hadapannya. Ia tersenyum dan mendekatkan wajahnya, memperhatikan guratan wajah pria yang sudah tidak pernah ia temui selama tiga tahun belakangan ini. Tapi bayangan wajahnya selalu menjadi kawan menikmati malam-malamnya yang sepi. Ayu menitikan air mata sambil menyentuh lembut pipi Nanda. “Nan, ratusan hari aku mencoba mengusir bayanganmu dan a
Read more

Bab 95 - Harapan Besar yang Sirna

Nanda segera berbalik dan melangkah masuk kembali ke dalam kamar Ayu. Ia memperhatikan detail kamar wanita itu. Tidak ada yang aneh dari kamar itu. Meja dan rak di sana dipenuhi dengan buku. Mata Nanda tertuju pada buku diary yang ada di atas meja. Ia meraih buku itu dan membukanya. Halaman pertama buku itu dibuka dengan potret USG yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. Di bawahnya, tertulis jelas kalimat “The New World” yang membuat Nanda menitikan air mata. Halaman berikutnya, ada sebuah ilustrasi foto wajahnya, wajah Ayu dan seorang anak kecil dengan tulisan “Lovely Family”. Di baliknya, ada banyak kata-kata harapan yang ditulis Roro Ayu tiga tahun silam saat ia masih mengandung anaknya. “Jika Tuhan beriku kesempatan ... aku ingin menjadi seorang istri yang dicintai ... menjadi seorang ibu yang dicintai ... menjadi seorang wanita yang dicintai dan berharga.”  Nanda terdiam saat membaca kalimat terakhir yang tertulis di buku it
Read more

Bab 96 - Bimbang

Ayu menghela napas lega ketika Nanda sudah keluar dari dalam flat rumah yang ia tinggali. “Thank you, Blaize! Aku nggak tahu gimana cara mengusir dia dari sini.” “He is your husband?” tanya Blaize sambil tersenyum. Ayu mengangguk. “My ex husband.” “How I say in Bahasa?” “Mantan,” jawab Ayu sambil tertawa. “Owh ... mantan? Itu seperti makanan yang kamu berikan untukku waktu itu ...” “Itu ketan, Blaize,” sahut Ayu meralat. “Oh. Different?” tanya Blaize sambil menatap wajah Ayu. “Yeah.” Ayu mengangguk-anggukkan kepala dan melanjutkan menyiapkan masakannya. “Still love him?” tanya Blaize sambil menatap wajah Ayu. Ayu menggeleng. Bukan ingin mengatakan tidak, tapi ingin mengatakan kalau ia juga tidak tahu dengan perasaannya sendiri. “Jika kamu tidak mencintainya, kamu tidak akan terganggu dengan kehadirannya. Sama seperti aku saat ini yang ada di dekatmu,” tutur Blaize sambil menatap wajah Ayu.
Read more

Bab 97 - Saran dari Okky-Nadine

Nadine tertawa mendengar pertanyaan Nanda. “Kenapa ketawa?” “Wanita yang menghabiskan waktunya di perpustakaan sepanjang hari dan sibuk menulis jurnal, punya waktu buat pacaran?” sahut Nadine tanpa bisa menghentikan tawanya. “Dia punya pacar, Nad. Aku baru ketemu sama pacar dia tadi pagi. Ada di rumah Roro Ayu dan mereka masak bareng. Ngeselin banget!” sahut Nanda sambil mendengus kesal. “Pacar? Siapa? Blaize?” tanya Nadine. “Kamu kenal?” tanya Nanda sambil menatap serius ke arah Nadine. Nadine tertawa kecil sembari memutar kepalanya ke arah meja counter kafe tersebut. “See that girl!” pintanya sambil menunjuk wanita berambut blonde yang terlihat sedang mengatur karyawan di sana. Nanda mengangguk serius. “Apa hubungannya sama Ayu?” “Dia pemilik kafe ini dan ... calon istrinya Blaize.” “Kamu kenal?” “Nggak kenal. Tapi tahu karena terkadang aku sama Ayu cerita banyak hal saat kami ada waktu luang untuk vid
Read more

Bab 98 - Suka Sama Suka?

Nanda langsung menyambar kantong belanja dari tangan Ayu begitu melihat wanita itu sedang berbelanja di salah satu minimarket yang ada di kota tersebut. “Pacarmu yang tadi mana? Nggak temenin kamu belanja?” tanyanya. Ayu terdiam sejenak mendengar pertanyaan Nanda. “Dia sibuk?” tanya Nanda lagi. “Emangnya, pacar harus ada dua puluh empat jam buat kita?” sahut Ayu sambil berusaha menarik kantong belanja dari tangan Nanda. “Nggak harus, sih. Tapi ... setidaknya dia bisa nemenin kamu karena ada aku di kota ini. Nggak takut kalau aku ngerebut kamu dari dia?” tanya Nanda sambil melangkah santai dan membawa kantong belanja milik Ayu. Ayu menghela napas sambil mengikuti langkah Nanda. “Aku pikir, dia udah balik ke negaranya,” batinnya. “Nan, kamu nggak balik ke Indo?” tanya Ayu sambil mengejar langkah Nanda. “Aku balik kalau kamu mau balik juga ke sana.” “Kalau aku  nggak mau?” “Aku bisa pindah ke kota ini. It’s a
Read more

Bab 99 - Ciuman Hangat

Nanda semakin mengeratkan pelukannya. “Lepasin, Nan!” pinta Ayu sambil berusaha menarik lengan Nanda yang begitu kekar saat mendekap tubuhnya. “Aku nggak akan lepasin kamu sebelum kamu jawab pertanyaanku,” tegas Nanda sambil menatap wajah Ayu. Ayu tetap berusaha berkelit. Ia menoleh ke arah kompor yang sudah menyala. “Masakan kita ntar gosong.” “Itu cuma sup, nggak akan gosong,” sahut Nanda sambil mengalihkan kedua telapak tangannya, menekan punggung Ayu hingga dada wanita itu merapat ke dadanya. “Jawab pertanyaanku, Raden Roro Ayu Rizki Prameswari!” pintanya. Ayu menatap wajah Nanda sambil meletakkan kedua telapak tangannya di dada pria itu agar tubuhnya tak langsung bersentuhan. Bola matanya tertuju pada wajah Nanda dan tidak tahu apa yang harus ia katakan karena saat ini perasaan hatinya sedang tak karuan. Nanda melirik dada Ayu yang ada di bawahnya. Ia melihat rantai kalung yang tersembunyi di balik pakaian wanita itu dan teringat
Read more

Bab 100 - Walking to You

Nanda tersenyum saat melihat Ayu mencicipi hasil masakannya. Mereka sudah duduk di bawah salah satu pohon pinus yang ada di Cherry Hinton Hall. “Gimana? Enak?” tanya Nanda sambil menatap wajah Ayu. “Mmh ... lumayan,” jawab Ayu sambil mengunyah mencicipi sup daging buatan Nanda. Nanda tersenyum lega. Ia mulai mencicipi porsi sup miliknya dan menikmati suasana taman yang sepi dan tenang. “Kamu sering ke sini?” Ayu mengangguk. “Sama siapa?” “Sendiri.” “Nggak takut ada yang godain kamu?” tanya Nanda sambil mengedarkan pandangannya. Ayu menggeleng. “Di sini aman dan aku selalu bawa chili spray untuk jaga diri,” jawabnya santai. “Dari mana kamu kepikiran buat bawa begituan?” tanya Nanda lagi. “Karena aku nggak bisa bela diri, aku juga nggak bisa mengandalkan orang lain untuk menjagaku. Jadi, aku harus mengandalkan diriku sendiri,” jawab Ayu. Nanda tersenyum dan menggenggam tangan Nanda. “Mulai hari ini
Read more
PREV
1
...
89101112
...
17
DMCA.com Protection Status