Semua Bab Menikahi Lelaki Brengsek: Bab 81 - Bab 90

167 Bab

Bab 81 - Mencari Roro Ayu

  Nanda menghela napas lega. Ia segera menjalankan mobilnya perlahan menuju bandara yang letaknya tak jauh dari rumah sakit tersebut. Ia langsung berlari melangkahkan kakinya perlahan memasuki bandara tersebut. TING! Nanda langsung membuka pesan yang masuk dari papanya. [Daftar penumpang penerbangan Internasional] [Nan, Roro Ayu pergi bersama tim dokter. Kedua orang tuanya tidak ada dalam daftar penerbangan mana pun. Mereka sewa jet pribadi. Lokasi tujuannya, papa tidak mendapatkan informasi. Datangi mertuamu dan memohonlah! ] Nanda terdiam selama beberapa saat ketika membaca pesan dari papanya. Ia berusaha menelan salivanya yang tercekat. Ia benar-benar tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh papa mertuanya hingga membawa Roro Ayu pergi jauh dengan cara seperti ini. “Aku harus temukan Ayu!” ucap Nanda sambil melangkahkan kakinya keluar dari bandara tersebut. Ia segera mengendari mobilnya menuju rumah mertuanya.
Baca selengkapnya

Bab 82 - Tak Diizinkan Bertemu

Nanda melangkahkan kakinya perlahan memasuki kediaman depan keraton. Ia baru bisa memasuki keraton setelah mempelajari rentetan syarat dan aturan yang harus ia terapkan ketika ingin memasuki tempat tersebut. Ia hanya boleh memasuki area yang sudah ditunjukkan oleh abdi dalem di istana tersebut dan diawasi oleh dua pengawal di kanan dan kirinya. “Selamat sore, Raden Mas ...! Saudara Ananda Putera Perkasa ingin menghadap,” sapa seorang abdi dalem sambil menangkup kedua tangannya dan membungkuk sopan. Edi langsung mengangguk kecil dan menatap tubuh Nanda yang sudah membungkuk sopan di belakang abdi dalem keraton tersebut. Ia memberi isyarat pada semua orang-orangnya untuk meninggalkan ia dan Nanda berdua saja. “Ada perlu apa cari saya?” tanya Edi sambil duduk santai di pendopo yang ada di sana. Ia masih membiarkan Nanda berdiri di bawah teriknya matahari sore. Nanda menarik napas dalam-dalam dan menatap wajah Edi Baskoro. “Ayah ... tolong maafkan aku! Di
Baca selengkapnya

Bab 83 - Hukuman untuk Nanda

Beberapa jam kemudian, Nanda sudah sampai di kota Surabaya. Ia langsung menuju kediaman besar keluarga Hadikusuma yang ada di wilayah Virginia. “Nan, tumben ke sini?” tanya Rocky yang kebetulan sedang melangkah keluar dari rumahnya. “Orang tuamu ada?” tanya Nanda. “Baru aja berangkat ke Washington,” jawab Rocky. “Ada perlu?” “Aku mau tanya soal ... jet pribadi keluargamu. Apa ada yang sewa dua hari terakhir ini?” tanya Nanda. “Setiap hari ada yang sewa. Kecuali jet yang dipakai Ayah Ye. Ada masalah?” tanya Rocky. Nanda langsung menceritakan kesulitannya dan meminta bantuan pada Rocky untuk menemukan di mana keberadaan Roro Ayu. “Bentar, aku tanya orang yang urus di airport,” ucap Rocky sambil membuka ponselnya. “Aku kirim dalam lima menit. Aku buru-buru, ada masalah di bengkel,” ucapnya sambil membuka pintu mobilnya. Nanda mengangguk. “Thank’s, Ky!” Rocky mengangguk. “Kalau perlu bantuan, calling aja! Aku urus b
Baca selengkapnya

Bab 84 - Bangun dari Koma

Tiga bulan kemudian ... Bunda Rindu dan suaminya melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit St. Thomas Hospital yang ada di Westminster Bridge Road, kota London. Mereka langsung pergi ke rumah saskit tersebut saat mendapat kabar kalau tubuh Roro Ayu memberikan respon positif dan kemungkinan akan segera bangun dari komanya. “Dokter, gimana keadaan puteri kami?” tanya Ayah Edi dalam bahasa Inggris. “Puteri kalian memberikan respon yang baik akhir-akhir ini. Kami sudah melakukan berapa kali uji respon sarafnya. Perkiraan kami, hari ini dia bisa bangun jika tidak ada masalah,” jawab dokter tersebut. Bunda Rindu tersenyum lega mendengar kondisi kesehatan Roro Ayu yang terus membaik. Ia tidak menyesal membawa puterinya itu ke luar negeri meski harus menghabiskan uang yang tidak sedikit. Bunda Rindu dan Ayah Edi langsung menghampiri tubuh puterinya yang masih terbaring di ranjang rumah sakit tersebut. Ia tersenyum lega ket
Baca selengkapnya

Bab 85 - Bangkit dari Rasa Sakit

 “Bolehkah aku melanjutkan S2 di kota ini? Aku belum mau kembali ke Indonesia,” ucapnya lirih sembari menahan rasa sesak di dadanya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Kehilangan seorang anak dan suami, membuatnya tidak menginginkan apa pun. Ia harap, dengan menempuh pendidikan lagi, bisa mengalihkan kesedihannya dan membuat masa depannya lebih baik lagi. Ia ingin menebus kegagalan yang telah membuat kedua orang tua kecewa. Bunda Rindu langsung tersenyum mendengar permintaan puterinya. Ia menoleh ke arah Ayah Edi untuk meminta persetujuan pria itu. Ayah Edi mengangguk sambil tersenyum. “Kamu mau lanjut di universitas mana? Ayah akan bantu mengurusnya.” “Cambridge,” jawab Ayu tanpa berpikir lama. Ayah Edi menganggukkan kepala. “Ayah akan bantu mengurus tempat tinggal dan sekolahmu. Untuk sementara, kamu tinggal di hotel tempat kami menginap. Gimana?” Ayu mengangguk. Ia segera masuk ke mobil dan menuju hotel tempat kedua oran
Baca selengkapnya

Bab 86 - Berubah

  Tiga tahun kemudian ...   “Pak Nanda, ini berkas yang harus bapak tanda tangani ...!” ucap seorang sekretaris sambil meletakkan beberapa map ke atas meja kerja Nanda. Nanda mengangguk. “Hari ini jadwal saya apa aja?” “Jam sembilan pagi ini meeting dengan investor, makan siang bersama klien dari Jakarta, setelah makan siang kunjungan ke lokasi proyek,” jawab sekretaris tersebut. Nanda mengangguk. “Kamu boleh keluar!” Sekretaris itu mengangguk dan segera keluar dari ruang kerja Nanda. Nanda tersenyum kecil. Ia meraih bingkai foto yang terpajang di meja kerjanya. Potret seorang wanita yang berhasil membolak-balikkan kehidupannya, kemudian berlalu begitu jauh meninggalkannya. “Ayu, apa sekarang aku sudah layak untuk mendapatkanmu? Aku sudah menjalani hari-hariku dipenjara selama setahun. Aku sudah merasakan sakitnya perusahaan keluargaku jatuh hingga aku bisa bangkit lagi. Terima kasih ...! Kamu sudah me
Baca selengkapnya

Bab 87 - I am Savage and I Change

Nanda terdiam dan menatap buku berwarna biru dengan tulisan warna putih. “4R Prameswari?” Ia melebarkan kelopak matanya. Kemudian membuka halaman-halaman buku itu dengan cepat. Nanda duduk di birai yang ada di tempat tersebut. Ia membaca buku itu perlahan dan tidak menyangka kalau Roro Ayu memasukkan profil tentang dirinya yang membawa Amora Internasional bangkit dari keterpurukan hanya dalam dua tahun. “Ay, kamu diam-diam masih memperhatikanku?” tanya Nanda sambil memeluk buku yang ada di tangannya. Ia bangkit dari duduknya dan menghampiri asisten pribadinya. “Mas, carikan tiket pesawat menuju ke London secepatnya!” perintah Nanda sambil melangkahkan kakinya. “London?” Nanda mengangguk sambil tersenyum manis. Ia melangkahkan kakinya menuju mobil dan masuk ke dalamnya. Asisten pribadi Nanda langsung mengikuti langkah pria itu, ia masuk ke dalam mobil. Duduk di belakang kemudi dan segera menyalakan mesin mobil tersebut. Pria muda itu me
Baca selengkapnya

Bab 88 - Unhurt

Nanda tersenyum lega saat ia sudah menginjakkan kakinya di Heathrow Airport, kota London. Ia langsung memesan taksi menuju Tennis Court Road yang berjarak sekitar 69,5 miles dari Heathrow Airport. Sepanjang perjalanan, ia sudah mendapatkan informasi bahwa Roro Ayu tinggal di sekitar Tennis Court Road yang hanya berjarak sekitar lima menit ke University of Cambridge Judge Business School. Ia meminta bantuan dari salah satu teman lama yang tinggal di kota tersebut untuk mendapatkan tempat tinggal yang dekat dengan Roro Ayu, ia bahkan rela membayar mahal untuk mengambil alih tempat tinggal orang lain. “Excuse, Me ...! I’m Mr. Perdanakusuma,” sapa Nanda begitu ia sampai di salah satu private Hall of Residence yang ada di sana. Ia sudah memesan satu flat untuk ia tinggal, tepat di sebelah studio flat milik Roro Ayu. “Oh. From Indonesia?” balas petugas yang berjaga. Nanda mengangguk. Petugas itu segera mengambil kunci dari dalam laci dan bangkit dar
Baca selengkapnya

Bab 89 - Find You, Love

 “Aku tidak siap disakiti lagi,” gumam Ayu lirih sambil merogoh rantai kalung yang ia sembunyikan di balik kaosnya. Ia menatap cincin pernikahannya dengan Nanda. Meski tidak pernah ada cinta di antara mereka, tapi mereka pernah memiliki hubungan yang begitu dekat. Mereka pernah tidur bersama, makan dalam satu meja, menggunakan kamar mandi yang sama dan semua aktivitas kesehariannya tak pernah lepas dari pria ini. Dalam waktu yang begitu singkat, hubungannya dengan Nanda berakhir dengan cara yang begitu menyakitkan. Meski sakit, ia tidak pernah bisa lupa setiap adegan yang ia lakukan saat hidup bersama pria itu. Kisah yang hanya terjalin dalam hitungan bulan, begitu sulit untuk ia lupakan dalam tiga tahun terakhir. “Nanda is a bad man, bad place and bad future,” gumam Ayu sambil menatap cincin yang menjadi liontin di kalungnya. Ia buru-buru memasukkan kalung itu kembali ke kaosnya dan mengalihkan perhatiannya kembali fokus dengan bahan-bahan tulisannya. I
Baca selengkapnya

Bab 90 - Rasa Itu Masih Ada

Ayu menguap beberapa kali. Ia melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 00.30 waktu London. Sepertinya, dunia begitu cepat berputar hingga ia tidak menyadari kalau sudah berada di perpustakaan selarut ini. Ayu segera memilih menu shut down di laptopnya dan membereskan semua buku yang berhambur di sisinya. Ia menoleh ke deretan meja yang ada di sisi kirinya. Biasanya, perpustakaan itu tetap ramai meski sudah tengah malam. Tapi kali ini, hanya ada tiga orang pria yang duduk berjauhan. Mungkin, mereka memang tidak saling mengenal. Di sisi kirinya, ia mengetahui kalau ada seorang pria yang meminta tanda tangannya dan sedang asyik membaca buku yang ia tulis. Roro Ayu tersenyum menatap pria yang menutup wajahnya dengan buku karyanya itu. Ia tidak tahu itu mahasiswa mana. Mungkin, mahasiswa baru yang sedang belajar tentang ilmu bisnis. Ayu menghela napas. Ia segera mengambil buku-buku di tangannya dan melangkah menuju rak, mengembalikan buku-buku itu ke tempat
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
17
DMCA.com Protection Status