Semua Bab Menikahi Lelaki Brengsek: Bab 101 - Bab 110

167 Bab

Bab 101 - Back to Our

Nanda mengangguk. “Kamu nggak mau nikah sama aku lagi?” Ayu menggigit bibirnya sambil berpikir sejenak. “Sejak kamu tinggal di London, apa pernah mengunjungi anak kita? Kamu tidak ingin pulang? Tidak merindukan dia?” tanya Nanda sambil tersenyum ke arah Ayu. DEG! Pertanyaan Nanda kali ini langsung menusuk ke ulu hatinya. Sejak ia dibawa pergi ke luar negeri, ia tidak pernah kembali ke Indonesia. Ia bahkan tidak pernah mengunjungi pusara anaknya. Air matanya langsung mengalir begitu saja saat mengingat masa-masa kehamilan dan penantiannya untuk melihat wajah sang putera, tapi tidak pernah ia lihat. “Setiap tanggal kelahirannya, aku selalu mengunjungi Axel. Setiap hari ulang tahunnya, aku selalu membawakan hadiah untuk dia. Dua minggu lagi, ulang tahun dia yang keempat. Kalau dia masih hidup, tahun ini dia sudah masuk sekolah TK. Aku sudah berjanji pada Axel untuk membawa kamu sebagai hadiah ulang tahunnya tahun ini,” ucap Nanda sambil menahan a
Baca selengkapnya

Bab 102 - Pacific in Cambridge

Nanda tertawa bahagia sambil mengayuh kencang sepeda yang ia gunakan. Setelah menikmati makan sore bersama, ia memilih membakar kalori dengan berkeliling Cambridge dengan bersepeda.“Nan, pelan-pelan ...!” seru Ayu sambil memeluk erat tubuh Nanda yang ada di depannya.“Udah lama nggak main sepeda, Ay. Seru banget ...!” seru Nanda sambil terus mengayuh sepedanya dengan cepat. Terakhir kali menggunakan sepeda, dia masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Membuatnya merasa sangat senang karena bisa mengulang masa-masa remajanya.“Nan, aku takut ...!” seru Ayu saat Nanda tidak mengurangi kecepatannya ketika berada di jalan turunan. Ia memejamkan mata dan mencengkeram perut Nanda.“E-eh!?” Nanda langsung berusaha menyeimbangkan sepedanya ketika ban depan sepeda tersebut tiba-tiba menginjak batu yang ada tepi jalan.“Nanda ...! Aku bilang hati-hati ...!” seru Ayu saat ia merasaka
Baca selengkapnya

Bab 103 - London Eye Destiny

   ...   Kerlip lampu bernuansa biru mulai menambah keindahan malam di sekitar Sungai Thames. Nanda terus menggandeng tangan Ayu menuju London Eye yang terlihat begitu indah di tempat tersebut. “Ay, katanya kalau kita ciuman di titik tertinggi London Eye ... cinta kita akan abadi. Coba, yuk!” ajak Nanda. “Itu mitos, Nan.” “Mitos itu apa? Akan menjadi kenyataan kalau kita mempercayainya. So, kita percaya saja supaya bisa jadi kenyataan!” sahut Nanda. Ia terus menarik lengan Ayu dan melangkah mendekati petugas yang berjaga di tempat tersebut. Ia langsung menunjukkan tiket reservasi yang sudah dia pesan lebih dahulu lewat internet. “Kamu sudah merencanakan pergi ke sini?” tanya Ayu. Nanda mengangguk sambil tersenyum manis. “Tempat-tempat romantis di kota ini harus reservasi dulu. Kalau tidak, kita bisa ngantri sampai pagi.” Ayu tersenyum sambil menengadahkan kepala menatap keindahan London Eye yang b
Baca selengkapnya

Bab 104 - Being A Baby

“Ay, aku boleh nginap di sini?” tanya Nanda saat ia sudah mengantarkan Ayu kembali ke flat miliknya. “Nggak boleh.” “Jujur banget?” “Kita belum nikah, mana boleh tinggal bareng,” sahut Ayu sambil masuk ke dalam flat miliknya. “Udah. Aku pegang buku nikahnya,” sahut Nanda sambil mengeluarkan marriage book dari dalam saku jaketnya. “Kalau kamu ngusir aku, aku tinggal tunjukin buku nikah ini dan bilang kalau kamu istri yang kejam karena sudah mengusir suami sendiri.” “Kamu ...!?” Ayu mendengus ke arah Nanda. “Kenapa kamu masih pegang buku nikah? Padahal pernikahan kita udah dibatalkan.” “Ini bukti kalau orang tuamu membatalkan pernikahan kita secara sepihak. Mereka pakai sistem cerai ghaib, loh. Makanya, buku nikah ini masih ada sama aku,” jawab Nanda sambil tersenyum menatap wajah Ayu. Ayu menghela napas. Ia melangkah begitu saja menuju sofa mungil rumahnya. “Tidur di sofa!” “Ay, kita ini masih suami-istri, loh. Buku nika
Baca selengkapnya

Bab 105 - Back to Indonesia

  ...   Sepanjang perjalanan ke Indonesia, Nanda tak pernah melepaskan genggaman tangan Ayu. Kecuali saat ia pergi ke toilet. Sesuai dengan jadwal perjalanan yang sudah dipilih oleh Ayu, mereka berdua akan tiba di Bandara Juanda, tepat jam satu siang waktu setempat. Ayu mengedarkan menengadahkan kepala sambil memutar tubuhnya saat ia sudah berada di pintu kedatangan Bandara Internasional Juanda, kota Surabaya. Tak banyak hal yang berubah sejak ia pergi tiga tahun lalu. Kota ini tetap menjadi kenangan masa-masa remajanya dan begitu ia rindukan. Ada bahagia, sedih, sakit, kecewa dan harapan di dalamnya. “Selamat siang, Tuan Presdir ...!” sapa salah seorang pria berjas sambil menghampiri Nanda yang baru saja melewati pintu keluar. “Siang,” balas Nanda sambil melepas koper di tangannya dan membiarkan orang-orangnya mengambil alih koper tersebut. Ia langsung menggandeng masuk tubuh Ayu, masuk ke dalam mobil yang telah dise
Baca selengkapnya

Bab 106 - Ditolak Keluarga

Nanda menarik napas dalam-dalam saat ia sudah berada di halaman keraton Kesultanan Surakarta. Ia menggenggam erat tangan Ayu yang ada di sebelahnya dan menoleh ke arah beberapa anak buah yang ada di belakangnya. “Kalian pulanglah! Aku ada urusan pribadi. Kalau mama tanya, katakan saja jika aku sedang berada di keraton untuk mengambil istri,” perintah Nanda. “Baik, Tuan!” Semua orang yang ada di belakang Nanda, langsung bergegas pergi meninggalkan atasan mereka. Ayu tersenyum kecil. Ia melangkahkan kaki perlahan dengan tubuh gemetaran. Perasaannya bergejolak dan tak karuan. Ia sudah melanggar aturan suci keraton tersebut dan tidak tahu bagaimana harus menebus semua kesalahannya itu. “Ndoro Puteri ...! Apakah Ndoro Puteri ingin masuk ke Istana?” salah seorang abdi dalem keraton tersebut terlihat terburu-buru menghampiri Ayu. Ayu menghentikan langkah kakinya saat ia sudah berada di depan pintu gerbang yang dijaga oleh dua prajurit keamana
Baca selengkapnya

Bab 107 - Penebusan Dosa

Nanda menghela napas lega saat dua pengawal itu  sudah melepaskannya. Ia kembali berlutut di belakang Ayu sambil menengadahkan kepala menatap Sri Sultan yang duduk di atas singgasananya. “Saya datang ke sini untuk meminta maaf dan ingin kembali mengambil Roro Ayu sebagai istri saya!” ucapnya tegas. “Kamu tahu apa yang kamu lakukan tiga tahun lalu?” tanya Sri Sultan sambil menatap wajah Nanda. Nanda mengangguk. “Kami tidak melarang Roro Ayu menikah dengan siapa pun. Hanya saja, dia tidak boleh menginjakkan kakinya ke istana karena seorang puteri mahkota telah melanggar peraturan yang mencoreng nama baik keluarga besar keraton kesultanan,” ucap Sri Sultan sambil menatap wajah Nanda. “Eyang, saya akan lakukan upacara kesucen untuk bisa masuk ke istana lagi. Saya ingin mendapatkan restu pernikahan dari Eyang dan semua keluarga keraton,” tutur Ayu sambil menitikan air mata menatap Sri Sultan yang juga kakeknya sendiri. Sri Sultan menatap seriu
Baca selengkapnya

Bab 108 - Cari Cara Masuk

Nanda mondar-mandir di depan pintu utama keraton kesultanan dengan perasaan tak karuan. Ia sudah berusaha menerobos penjaga tempat itu agar bisa masuk, tapi tetap tak bisa melakukannya. Ia juga tidak bisa meminta bantuan dari siapa pun karena aturan keluarga keraton tidak bisa dicampuri oleh tangan orang lain, bahkan presiden sekali pun. Meski ia tahu kalau ia dilarang masuk, tapi ia masih berusaha menerobos tempat itu agar bisa bertemu dengan Roro Ayu. Wanita yang harus menjalani serangkaian hukuman mengerikan karena perbuatan darinya. “Harusnya aku yang dihukum. Bukan Ayu. Istana ini isinya orang gila semua!?” serunya kesal. Nanda mengedarkan pandangannya. Ia terus menyusuri pagar tinggi yang mengelilingi istana itu dan mencoba mencari celah untuk masuk ke sana. “Aku dengar, Puteri Mahkota keraton sudah kembali masuk ke sini dan dua hari lagi akan menjalani hukuman,” tutur salah seorang wanita yang mengenakan pakaian pelayan dan berjalan di sekitar pagar ke
Baca selengkapnya

Bab 109 - Menyamar Jadi Pelayan

Beberapa menit kemudian, pelayan kecil itu keluar dari sana sambil membawa tottebag di tangannya. “Mas pakai ini dan silakan masuk ke kediaman tuan puteri. Kepala pelayan memerintahkan untuk mengambil susu di peternakan sapi perah dan membawanya untuk tuan puteri. Mas bisa masuk lewat pintu ini karena pintu ini khusus untuk pelayan dan ada penjaga di dalamnya. Pelayan dilarang masuk lewat pintu depan. Lakukan dengan baik!” ucap pelayan itu buru-buru dan kembali masuk ke dalam pintu khusus yang diperuntukkan bagi pelayan-pelayan di sana. Nanda mengangguk. “Terima kasih, Mbak!” Pelayan kecil itu mengangguk dan segera masuk kembali ke pintu kecil yang ada di sana. Nanda tersenyum melihat tottebag yang ada di tangannya. Ia pikir, pelayan itu sedang memberinya seragam pelayan pria atau pengawal keraton tersebut. Tapi saat ia mengeluarkan kain yang ada di dalamnya, ia menghela napas lemas. “Aku disuruh pakai baju pelayan? Nggak salah?” Ia mengernyitkan dahi menatap
Baca selengkapnya

Bab 110 - Trik Menyelamatkan Ayu Part.1

Nanda melambaikan telapak tangannya di depan wajah Ayu. “Kamu nggak ngenalin aku?” Ayu memperhatikan wajah wanita cantik yang ada di hadapannya. “Kamu ...!? Nanda?” serunya. Nanda tersenyum manis sambil menganggukkan kepala. Ia menyodorkan keranjang susu yang ada di tangannya. “Susu untuk Tuan Puteri,” ucapnya. Ayu tertawa kecil sambil menatap wajah Nanda. “Kamu kenapa pakai pakaian kayak gini?” “Sst ...! Cuma cara ini yang bisa aku pakai untuk masuk ke sini,” jawab Nanda sambil mengajak Ayu duduk di kursi panjang yang ada di sisi tempat tidur Ayu. “Kenapa kamu nekat? Kalau ketahuan, gimana?” tanya Ayu sambil menatap pilu ke arah Nanda. “Aku akan menanggungnya,” jawab Nanda sambil tersenyum manis. “Kamu sudah makan?" Ayu menggeleng. “Kamu harus makan yang banyak, ya!” pinta Nanda sambil meraih satu buah apel dan mengupasnya perlahan untuk Ayu. Ayu terus tertawa menatap wajah Nanda. “Kamu cantik banget, sih?”
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status