Home / Urban / Menikahi Lelaki Brengsek / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Menikahi Lelaki Brengsek: Chapter 71 - Chapter 80

167 Chapters

Bab 71 - Nasihat Nyonya Ye

Begitu mobil BMW yang membawa Roro Ayu pergi dari halaman rumah Nanda, sebuah mobil Maserati berjalan perlahan memasuki rumah pria itu. Nanda mengernyitkan dahi sambil menerka-nerka siapa orang yang akan keluar dari mobil tersebut. Begitu melihat wanita paruh baya keluar dari mobil itu, ia langsung bergegas merapikan sarung dan kaos yang ia kenakan. Kemudian melangkah menghampiri wanita itu. “Tante Yuna? Tumben ke sini? Ada apa?” “Tante mau ngobrol sebentar sama kamu. Bisa?” tanya Yuna sambil melepas kacamata hitam yang ia kenakan. “Bisa, Tante. Silakan masuk!” jawab Nanda sambil mempersilakan Yuna untuk masuk ke rumahnya. “Roro Ayu di rumah?” tanya Yuna. “Eh!? Dia lagi main ke rumah orang tuanya,” jawab Nanda. “Kalau gitu, Tante Yuna di teras aja. Gimana kondisi kamu? Udah sehat?” tanya Yuna sambil menatap bagian bawah perut Nanda. “Lumayan, Tante,” jawab Nanda sambil meringis. Ia menahan malu melihat keadaannya yang terlihat
Read more

Bab 72 - Dihantui Kenangan Masa Lalu

Nanda menghela napas sambil membolak-balikkan tubuhnya di atas kasur. Sudah jam sebelas malam dan ia masih belum bisa tidur. Ia bahkan belum mandi sejak sore karena takut kalau luka di alat vitalnya akan basah dan ia malas mengganti perban seorang diri.Sesekali, Nanda memeriksa alat vitalnya. Ia hanya menggunakan kaos oblong dan sarung saja setiap harinya. “Anjirr ...! Sunat dua kali,” gumamnya kesal. “Awas kamu, Son! Kalau sampai lukaku sembuh dan barangku nggak bisa bangun lagi. Aku bakal bikin kamu kayak gini juga!”Nanda menghela napas. Ia meraih ponsel di atas nakas dan menatap layar tersebut. Ia sudah beberapa kali melakukan itu. Berharap kalau Ayu mengirim pesan kepadanya. Tapi hingga saat ini, wanita itu tak kunjung mengirim pesan.“Heh, aku ini masih suamimu. Nggak kangen sama aku?” tanya Nanda kesal sambil menatap layar ponselnya.Nanda membuka aplikasi whatsapp yang ada di ponselnya. Ia membuka chat dari Ayu
Read more

Bab 73 - I'll Attack Your Future

Nanda menatap wajah Ay yang masih setengah sadar. Ia langsung melepas jaketnya dan membelitkannya ke perut Ay untuk mengurangi pendarahan. “Bertahan, Ay!” pinta Nanda. Ia langsung menggendong tubuh Ay dan membawanya berlari menuju mobilnya yang berjarak sekitar lima ratus meter darinya. Nanda segera memasukkan Ay ke dalam mobilnya. Memasangkan safety belt ke tubuh Ay dan bergegas melajukan mobilnya ke rumah sakit terdekat. “Bunda …!” panggil Ay lirih. Ia merasakan jiwanya seperti melayang. Yang ada dalam benaknya hanya Bunda Rindu dan semua orang yang ia sayangi. Tubuhnya semakin lemas dan denyut nadinya terus melemah. “Jangan tidur Ay!” teriak Nanda. “Tetap buka mata kamu!” pintanya makin panik. “Sebentar lagi kita sampai rumah sakit. Bertahanlah!” pinta Nanda. Ay mengangguk pelan. Ia masih bisa mendengar semua suara yang ada di sekelilingnya. Namun pandangannya tak lagi baik. Ia melihat semua cahaya lampu yang ada di jalanan semakin meredup. Lalu, i
Read more

Bab 74 - Mantan Terindah

“Pagi, calon bunda ...!” Ayu yang sedang menyiram tanaman di depan rumah, langsung memutar kepala ke belakangnya. “Sonny ...!? Kamu lagi di sini?” Sonny mengangguk  sambil tersenyum manis. Ia mengeluarkan bucket bunga dari belakang punggungnya dan mengulurkan ke hadapan Ayu. “Hadiah buat kamu. Happy birthday ...!” Ayu langsung menatap wajah Sonny dengan mata berkaca-kaca. “Kamu masih ingat hari ulang tahunku?” “Aku nggak akan pernah lupa,” jawab Sonnya sambil menatap wajah Ayu. “Maaf! Aku nggak bisa jadi orang pertama yang ngucapin ulang tahun ke kamu tahun ini.” Ayu menggeleng pelan sambil menitikan air mata. “You’re first.” “Hah!? Serius!? Nanda nggak ucapin happy birthday buat kamu?” tanya Sonny. Ayu menggeleng pelan. “Nggak usah sedih! Terima bunga ini! Anggap aja ini hadiah persahabatan buat kita,” ucap Sonny sambil tersenyum manis. “Beneran persahabatan?” Sonny mengangguk sambil tersenyum mani
Read more

Bab 75 - Nanda Cemburu

Ting ... Tong ...! Ayu langsung menoleh ke arah pintu. “Ayah ada janji sama orang?” Edi menggelengkan kepala. “Temen bunda kali. Kalo nggak, paling Kang Paket,” jawabnya santai sambil bangkit dari sofa dan melangkah menuju pintu rumahnya. Sonny dan Ayu tertawa kecil sambil menggeleng bersamaan. “Bundamu masih demen belanja online?” tanya Sonny. Ayu mengangguk sambil tertawa kecil. “Kamu sendiri?” Ayu menggeleng. “Kamu yang demen belanja online ‘kan? Kenapa malah nanyain aku? Harusnya, pertanyaan itu ditujukan ke kamu!” ucapnya sambil menoyor pundak Sonny. Sonny tertawa kecil. “Masih demen aku belanja online. Enak aja. Praktis dan cepet. Waktu itu aku pernah mau cari barang ke pasar. Karena udah biasa belanja online, aku nyasar. Udah gitu, barang yang mau aku cari nggak dapet-dapet. Aku malah muter-muter di dalam pasar itu. Nggak bisa keluar.” “HAHAHA.” Ayu tergelak mendengar cerita yang keluar dari bibir Sonny.
Read more

Bab 76 - Perdebatan Suami-Istri

Ayu menarik lengan Nanda dan membawa pria itu masuk ke dalam kamarnya. “Nan, kamu ini kenapa? Datang ke sini langsung marah-marah. Kamu nggak lihat ada Sonny, ada orang tuaku? Bisa sopan dikit?” Nanda terdiam sambil menahan kesal di dadanya. Ia sudah tidak memikirkan hal lain lagi saat melihat istrinya itu sedang asyik bercanda dengan mantan kekasihnya. Meski ia tidak mencintai Ayu, tapi ia tetap tidak rela membiarkan istrinya bermesraan dengan pria lain. “Kamu pergi dari rumah dan mesra-mesraan sama cowok lain. Sadar nggak kalau kamu sudah bersuami?” sahut Nanda kesal. “Kamu juga sadar atau nggak kalau sudah beristri?” sahut Ayu tak mau kalah. “Sadar, Ay.” “YA BERUBAH, DONG!” seru Ayu. “Gimana aku mau berubah kalau kamu kayak gini! Bukannya berbakti, malah main gila sama cowok lain saat suamimu sakit!” sahut Nanda tak mau kalah. “Kamu yang mulai duluan, Nan. Ingat, ya! Istri itu akan memperlakukan suami sebagaimana dia diperla
Read more

Bab 77 - Aku Butuh Kalian

 “Ay, kamu kenapa!?” Sonnya langsung menghampiri Ayu yang sudah berdiri di depan pintu kamarnya. “Tolong aku, Son! Perutku sakit banget.” “Kita ke rumah sakit!” ajak Sonny sambil merangkul tubuh Ayu dan memapahnya. “Biar aku yang bawa Ayu!” pinta Nanda sambil menepis tangan Sonny dari tubuh Ayu. “Nan, kamu jauh-jauh dari aku!” pinta Ayu sambil mendorong tubuh Nanda. Sonny tersenyum miring ke arah Nanda. “Ayu nggak mau sama kamu. Biar aku yang urus dia!” pintanya sambil merangkul tubuh Ayu kembali dan memapahnya menuruni anak tangga. “Son, Ayu kenapa!?” seru Bunda Rindu saat melihat Ayu berjalan sambil menahan sakit. “Perut aku tiba-tiba sakit, Ma,” jawab Ayu lirih. “Ini ...!? Ini baru tujuh bulan. Belum waktunya lahiran,” ucap Bunda Rindu. Ia segera memberikan kue ulang tahun ke tangan Edi dan menghampiri puterinya. “Nggak tahu, Bunda. Sakit banget!” jawab Ayu sambil menitikan air mata. “Nan, kamu g
Read more

Bab 78 - Pukulan Terbesar

Nanda mondar-mandir di depan pintu ruang operasi. Karena kondisi kesehatannya yang tidak memungkinkan, dokter terpaksa harus mengambil tindakan operasi untuk menyelamatkan ibu dan bayinya. Di kursi tunggu yang ada di sebelahnya, kedua orang tua dan mertuanya juga ikut menunggu dengan cemas. “Nan, kenapa kamu tidak pernah memperlakukan Ayu dengan baik? Padahal, dia sudah berusaha menjadi istri yang baik buat kamu. Kenapa kamu nyakitin Ayu terus sampai kayak gini? Berapa kali kamu hutang nyawa ke dia? Nggak punya hati!” ucap Sonny sambil menunjuk dada Nanda. “Aku tahu aku salah, Son. Semua orang sudah menghakimi aku. Tuhan juga sedang menghakimiku. Cukup, Son!” pinta Nanda lirih sambil menatap pilu ke arah Sonny. Sonny menatap manik mata Nanda. Bayangan persahabatan mereka selama dua puluh lima tahun, terlintas di pelupuk mata dan membuat perasaannya sangat terluka. Satu-satunya teman yang tumbuh bersamanya sejak kecil, menjalani banyak hal bersama sepe
Read more

Bab 79 - Salah Apa?

Bunda Rindu terus menitikan air mata saat mengetahui keadaan puterinya. Di saat bersamaan, Bunda Yuna dan Yeriko juga datang menghampiri keluarga tersebut. Mereka terkejut mendengar hal buruk yang terjadi pada Roro Ayu dan bayinya. “Nan, anak Bunda salah apa sama Nanda? Kenapa Nanda tidak mau memperlakukan dia dengan baik. Kalau dia salah, kamu bilang ke bunda supaya bunda yang menegur dia dan memperbaiki dirinya. Kenapa kamu lakuin ini ke Ayu. Dia puteriku satu-satunya, Nan. Kenapa harus Ayu? Dia anak baik. Tidak bisakah kamu bersikap baik dan mencintai puteri Bunda? Kekurangan dia, katakan ke Bunda saja!” pinta Bunda Rindu sambil menatap wajah Nanda yang masih mematung di hadapannya. “Nan ...!” panggil Bunda Rindu sambil menggoyang-goyangkan tubuh Nanda. Ia langsung merosot ke  lantai dan berlutut di bawah kaki Nanda. “Maafin Ayu kalau dia tidak menjadi istri yang patuh dan berbakti padamu! Maafin Ayu kalau dia punya banyak kesalahan selama menjadi istrimu. Ka
Read more

Bab 80 - Dibawa Pergi

Nanda tertunduk lesu sambil memeluk pusara bertuliskan  Axel Noah Perdanakusuma, sang putera yang tidak sempat ia dengar tangis dan tawanya ketika terlahir ke dunia. “Nan, kita pulang! Udah sore,” bisik Nia di telinga Nanda yang masih enggan pergi dari sana. “Aku masih mau temenin dia, Ma. Dia masih kecil,” ucap Nanda. “Nan, anakmu sudah nggak ada. Sadarlah! Hidupmu masih harus berjalan. Ada Roro Ayu yang membutuhkanmu. Jangan sampai kamu menyesal lagi,” bisik Nia. Nanda terdiam. Ia langsung menoleh ke arah Nia begitu ia mendengar nama Roro Ayu disebut oleh wanita itu. Ia langsung bangkit dari tanah. “Roro Ayu?” Ia bergegas melangkah pergi dari tempat tersebut dan memacukan mobilnya menuju ke rumah sakit, tempat istrinya itu mendapatkan perawatan. Beberapa menit kemudian, Nanda sudah sampai ke rumah sakit. Ia langsung menuju ke ruang VVIP, tempat Roro Ayu mendapatkan perawatan. Nanda mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yan
Read more
PREV
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status