Beranda / Urban / Menikahi Lelaki Brengsek / Bab 79 - Salah Apa?

Share

Bab 79 - Salah Apa?

Penulis: Vella Nine
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bunda Rindu terus menitikan air mata saat mengetahui keadaan puterinya. Di saat bersamaan, Bunda Yuna dan Yeriko juga datang menghampiri keluarga tersebut. Mereka terkejut mendengar hal buruk yang terjadi pada Roro Ayu dan bayinya.

“Nan, anak Bunda salah apa sama Nanda? Kenapa Nanda tidak mau memperlakukan dia dengan baik. Kalau dia salah, kamu bilang ke bunda supaya bunda yang menegur dia dan memperbaiki dirinya. Kenapa kamu lakuin ini ke Ayu. Dia puteriku satu-satunya, Nan. Kenapa harus Ayu? Dia anak baik. Tidak bisakah kamu bersikap baik dan mencintai puteri Bunda? Kekurangan dia, katakan ke Bunda saja!” pinta Bunda Rindu sambil menatap wajah Nanda yang masih mematung di hadapannya.

“Nan ...!” panggil Bunda Rindu sambil menggoyang-goyangkan tubuh Nanda. Ia langsung merosot ke  lantai dan berlutut di bawah kaki Nanda. “Maafin Ayu kalau dia tidak menjadi istri yang patuh dan berbakti padamu! Maafin Ayu kalau dia punya banyak kesalahan selama menjadi istrimu. Ka

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 80 - Dibawa Pergi

    Nanda tertunduk lesu sambil memeluk pusara bertuliskan Axel Noah Perdanakusuma, sang putera yang tidak sempat ia dengar tangis dan tawanya ketika terlahir ke dunia. “Nan, kita pulang! Udah sore,” bisik Nia di telinga Nanda yang masih enggan pergi dari sana. “Aku masih mau temenin dia, Ma. Dia masih kecil,” ucap Nanda. “Nan, anakmu sudah nggak ada. Sadarlah! Hidupmu masih harus berjalan. Ada Roro Ayu yang membutuhkanmu. Jangan sampai kamu menyesal lagi,” bisik Nia. Nanda terdiam. Ia langsung menoleh ke arah Nia begitu ia mendengar nama Roro Ayu disebut oleh wanita itu. Ia langsung bangkit dari tanah. “Roro Ayu?” Ia bergegas melangkah pergi dari tempat tersebut dan memacukan mobilnya menuju ke rumah sakit, tempat istrinya itu mendapatkan perawatan. Beberapa menit kemudian, Nanda sudah sampai ke rumah sakit. Ia langsung menuju ke ruang VVIP, tempat Roro Ayu mendapatkan perawatan. Nanda mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yan

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 81 - Mencari Roro Ayu

    Nanda menghela napas lega. Ia segera menjalankan mobilnya perlahan menuju bandara yang letaknya tak jauh dari rumah sakit tersebut. Ia langsung berlari melangkahkan kakinya perlahan memasuki bandara tersebut. TING! Nanda langsung membuka pesan yang masuk dari papanya. [Daftar penumpang penerbangan Internasional] [Nan, Roro Ayu pergi bersama tim dokter. Kedua orang tuanya tidak ada dalam daftar penerbangan mana pun. Mereka sewa jet pribadi. Lokasi tujuannya, papa tidak mendapatkan informasi. Datangi mertuamu dan memohonlah! ] Nanda terdiam selama beberapa saat ketika membaca pesan dari papanya. Ia berusaha menelan salivanya yang tercekat. Ia benar-benar tidak tahu apa yang sedang direncanakan oleh papa mertuanya hingga membawa Roro Ayu pergi jauh dengan cara seperti ini. “Aku harus temukan Ayu!” ucap Nanda sambil melangkahkan kakinya keluar dari bandara tersebut. Ia segera mengendari mobilnya menuju rumah mertuanya.

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 82 - Tak Diizinkan Bertemu

    Nanda melangkahkan kakinya perlahan memasuki kediaman depan keraton. Ia baru bisa memasuki keraton setelah mempelajari rentetan syarat dan aturan yang harus ia terapkan ketika ingin memasuki tempat tersebut. Ia hanya boleh memasuki area yang sudah ditunjukkan oleh abdi dalem di istana tersebut dan diawasi oleh dua pengawal di kanan dan kirinya. “Selamat sore, Raden Mas ...! Saudara Ananda Putera Perkasa ingin menghadap,” sapa seorang abdi dalem sambil menangkup kedua tangannya dan membungkuk sopan. Edi langsung mengangguk kecil dan menatap tubuh Nanda yang sudah membungkuk sopan di belakang abdi dalem keraton tersebut. Ia memberi isyarat pada semua orang-orangnya untuk meninggalkan ia dan Nanda berdua saja. “Ada perlu apa cari saya?” tanya Edi sambil duduk santai di pendopo yang ada di sana. Ia masih membiarkan Nanda berdiri di bawah teriknya matahari sore. Nanda menarik napas dalam-dalam dan menatap wajah Edi Baskoro. “Ayah ... tolong maafkan aku! Di

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 83 - Hukuman untuk Nanda

    Beberapa jam kemudian, Nanda sudah sampai di kota Surabaya. Ia langsung menuju kediaman besar keluarga Hadikusuma yang ada di wilayah Virginia. “Nan, tumben ke sini?” tanya Rocky yang kebetulan sedang melangkah keluar dari rumahnya. “Orang tuamu ada?” tanya Nanda. “Baru aja berangkat ke Washington,” jawab Rocky. “Ada perlu?” “Aku mau tanya soal ... jet pribadi keluargamu. Apa ada yang sewa dua hari terakhir ini?” tanya Nanda. “Setiap hari ada yang sewa. Kecuali jet yang dipakai Ayah Ye. Ada masalah?” tanya Rocky. Nanda langsung menceritakan kesulitannya dan meminta bantuan pada Rocky untuk menemukan di mana keberadaan Roro Ayu. “Bentar, aku tanya orang yang urus di airport,” ucap Rocky sambil membuka ponselnya. “Aku kirim dalam lima menit. Aku buru-buru, ada masalah di bengkel,” ucapnya sambil membuka pintu mobilnya. Nanda mengangguk. “Thank’s, Ky!” Rocky mengangguk. “Kalau perlu bantuan, calling aja! Aku urus b

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 84 - Bangun dari Koma

    Tiga bulan kemudian ... Bunda Rindu dan suaminya melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa menyusuri koridor rumah sakit St. Thomas Hospital yang ada di Westminster Bridge Road, kota London. Mereka langsung pergi ke rumah saskit tersebut saat mendapat kabar kalau tubuh Roro Ayu memberikan respon positif dan kemungkinan akan segera bangun dari komanya. “Dokter, gimana keadaan puteri kami?” tanya Ayah Edi dalam bahasa Inggris. “Puteri kalian memberikan respon yang baik akhir-akhir ini. Kami sudah melakukan berapa kali uji respon sarafnya. Perkiraan kami, hari ini dia bisa bangun jika tidak ada masalah,” jawab dokter tersebut. Bunda Rindu tersenyum lega mendengar kondisi kesehatan Roro Ayu yang terus membaik. Ia tidak menyesal membawa puterinya itu ke luar negeri meski harus menghabiskan uang yang tidak sedikit. Bunda Rindu dan Ayah Edi langsung menghampiri tubuh puterinya yang masih terbaring di ranjang rumah sakit tersebut. Ia tersenyum lega ket

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 85 - Bangkit dari Rasa Sakit

    “Bolehkah aku melanjutkan S2 di kota ini? Aku belum mau kembali ke Indonesia,” ucapnya lirih sembari menahan rasa sesak di dadanya. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Kehilangan seorang anak dan suami, membuatnya tidak menginginkan apa pun. Ia harap, dengan menempuh pendidikan lagi, bisa mengalihkan kesedihannya dan membuat masa depannya lebih baik lagi. Ia ingin menebus kegagalan yang telah membuat kedua orang tua kecewa. Bunda Rindu langsung tersenyum mendengar permintaan puterinya. Ia menoleh ke arah Ayah Edi untuk meminta persetujuan pria itu. Ayah Edi mengangguk sambil tersenyum. “Kamu mau lanjut di universitas mana? Ayah akan bantu mengurusnya.” “Cambridge,” jawab Ayu tanpa berpikir lama. Ayah Edi menganggukkan kepala. “Ayah akan bantu mengurus tempat tinggal dan sekolahmu. Untuk sementara, kamu tinggal di hotel tempat kami menginap. Gimana?” Ayu mengangguk. Ia segera masuk ke mobil dan menuju hotel tempat kedua oran

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 86 - Berubah

    Tiga tahun kemudian ... “Pak Nanda, ini berkas yang harus bapak tanda tangani ...!” ucap seorang sekretaris sambil meletakkan beberapa map ke atas meja kerja Nanda. Nanda mengangguk. “Hari ini jadwal saya apa aja?” “Jam sembilan pagi ini meeting dengan investor, makan siang bersama klien dari Jakarta, setelah makan siang kunjungan ke lokasi proyek,” jawab sekretaris tersebut. Nanda mengangguk. “Kamu boleh keluar!” Sekretaris itu mengangguk dan segera keluar dari ruang kerja Nanda. Nanda tersenyum kecil. Ia meraih bingkai foto yang terpajang di meja kerjanya. Potret seorang wanita yang berhasil membolak-balikkan kehidupannya, kemudian berlalu begitu jauh meninggalkannya. “Ayu, apa sekarang aku sudah layak untuk mendapatkanmu? Aku sudah menjalani hari-hariku dipenjara selama setahun. Aku sudah merasakan sakitnya perusahaan keluargaku jatuh hingga aku bisa bangkit lagi. Terima kasih ...! Kamu sudah me

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 87 - I am Savage and I Change

    Nanda terdiam dan menatap buku berwarna biru dengan tulisan warna putih. “4R Prameswari?” Ia melebarkan kelopak matanya. Kemudian membuka halaman-halaman buku itu dengan cepat. Nanda duduk di birai yang ada di tempat tersebut. Ia membaca buku itu perlahan dan tidak menyangka kalau Roro Ayu memasukkan profil tentang dirinya yang membawa Amora Internasional bangkit dari keterpurukan hanya dalam dua tahun. “Ay, kamu diam-diam masih memperhatikanku?” tanya Nanda sambil memeluk buku yang ada di tangannya. Ia bangkit dari duduknya dan menghampiri asisten pribadinya. “Mas, carikan tiket pesawat menuju ke London secepatnya!” perintah Nanda sambil melangkahkan kakinya. “London?” Nanda mengangguk sambil tersenyum manis. Ia melangkahkan kakinya menuju mobil dan masuk ke dalamnya. Asisten pribadi Nanda langsung mengikuti langkah pria itu, ia masuk ke dalam mobil. Duduk di belakang kemudi dan segera menyalakan mesin mobil tersebut. Pria muda itu me

Bab terbaru

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 167 - I Do

    Nanda mengernyitkan dahi. “Waktu aku nggak punya apa-apa, kamu tetep mau sama aku karena aku ganteng ‘kan? Bisa aja kamu tertarik sama yang lebih ganteng lagi. Iya ‘kan?” “Hahaha. Masa aku mau sama berondong, sih? Nggaklah. Aku tetep sayang sama kamu. Nggak ada yang bisa gantikan kamu karena aku bukan sekedar sayang, aku juga butuh kamu ada di sisiku,” ucap Ayu sambil menyentuh lembut pipi Nanda. Nanda tersenyum sambil mengecup bibir Ayu berkali-kali. “Janji? Nggak akan ada cowok lain selain aku?” Ayu mengangguk. “Harusnya aku yang tanya seperti itu ke kamu. Bukannya kamu yang selalu gonta-ganti pasangan, hah?” “Aku sudah tobat, Ay. Lebih baik jadi mantan anak nakal daripada malah jadi mantan anak baik. Iya, kan?” “Memang harus tobat karena kamu akan menjadi seorang ayah dari anak perempuan. Tugas kita jauh lebih berat untuk mendidik dan merawat dia. Aku yang sudah dilindungi begitu kuat oleh orang tuaku saja, masih bisa dilahap oleh predator sepertimu,” ucap Ayu sambil menatap w

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 166 - See The Daughter

    Hari-hari berikutnya, Nanda dan Ayu menjalani hari-harinya dengan bahagia. Setiap hari, Nanda melakukan rutinitas kesehariannya di kantor. Sementara, Ayu mengisi waktu luangnya dengan menyibukkan diri menjadi dosen di salah satu universitas ternama di kota Surabaya. “Selamat sore, Ibu Dosen ...! Sudah mau pulang?” sapa Nanda sambil tersenyum manis saat Ayu keluar dari kelasnya di fakultas bisnis dengan perut yang sudah membesar. “Sore ...!” balas Ayu dengan senyum merekah di bibirnya. Nanda langsung melingkarkan lengannya di belakang pinggang Ayu. “Gimana kelasmu hari ini? Asyik?” Ayu mengangguk sambil tersenyum manis. “Nggak ada mahasiswa yang godain kamu ‘kan?” bisik Nanda. Ayu menggeleng. “Mereka hanya bercanda sesekali. Nggak godain serius,” jawab Ayu. “Hmm ... aku nggak mau kalau harus bersaing sama mahasiswa S2 kamu, ya!” “Bersaing apaan? Aku ini sudah bersuami, mana ada mahasiswa yang mau bersaing sama suami sepertimu,” sahut Ayu. “Hahaha. Baguslah. Aku sudah buat janj

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 165 - Kehangatan Malam Pengantin

    Ayu menggeleng sambil menyembunyikan tawa di dalam hatinya. “Aku maunya sekarang, Nan!" pintanya dengan gaya centil. Nanda langsung mengernyitkan dahi sambil bangkit dari tempat tempat tidur. “Kamu ini kenapa? Nggak kesurupan ‘kan?” Ayu menggeleng sambil tersenyum centil. Nanda langsung menempelkan punggung tangannya ke kening Ayu. “Normal, kok?” Ayu segera menepis tangan Nanda dari keningnya. “Kamu kira aku gila?” “He-em. Kamu nggak pernah secentil ini? Kenapa jadi centil banget?” “Bukannya kamu suka cewek yang centil dan agresif?” tanya Ayu balik. “Itu dulu, Ay. Lagian, kamu nggak cocok bertingkah centil kayak gini. Aku geli lihatnya,” sahut Nanda. Ayu mendengus kesal menatap wajah Nanda. Ia segera menarik selimut, menutup tubuhnya dengan rapat dan berbalik membelakangi Nanda. Nanda menahan tawa sambil melihat tubuh Ayu yang ada di bawah selimut. “Ay ...!” panggilnya lirih. “Ay ...!” panggil Nanda lagi sambil menggoyang-goyangkan tubuh Ayu. “Aku ngantuk. Mau tidur!” seru

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 164 - Don't Leave Me Again!

    “Ay, lain kali jangan candain aku seperti ini lagi. Aku hampir gila karena kehilangan kamu, Ay,” pinta Nanda sambil menatap wajah Ayu yang sedang membersihkan riasannya di dalam kamar. “Aku juga nggak tega lihat kamu kayak gitu. Idenya Nadine, Okky sama Sonny,” jawab Ayu sembari menengadah menatap Nanda. “Sonny tuh memang minta disepak,” tutur Nanda sambil memperhatikan wajah Ayu. “Belum kelar bersihin mukanya?” “Sebentar lagi,” jawab Ayu sembari mengusapkan kapas ke atas bibirnya. Nanda tersenyum sembari menyentuh lembut bibir Ayu. Ia menarik dagu wanita itu dan mengecup bibirnya. Tak sabar menunggu wanita ini selesai membersihkan seluruh riasannya. “Nan, aku masih bersih—” Ucapan Ayu terhenti saat Nanda kembali menyambar bibirnya dengan sensual. Seluruh tubuhnya menegang dan ia membalas ciuman Nanda dengan senang hati sembari mengalungkan lengannya ke leher pria itu. Semakin lama, ciuman Nanda semakin dalam. Dengan cekatan, pria itu menggendong Ayu naik ke atas ranjang tanpa m

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 163 - Cinta Adalah Tentang Rasa Takut

    Nanda memukul tiang pilar dengan kesal sembari memeluk kain gaun milik Ayu. Perasaannya tak karuan melihat banyak darah yang tertinggal. Semua bayangan buruk tentang Ayu memenuhi otaknya hingga membuat lututnya tak bisa berdiri tegak. “AARGH ...! Roro Ayu ... jangan tinggalin aku!” teriak Nanda histeris sambil memeluk potongan gaun pengantin Ayu seperti sedang memeluk seorang bayi mungil. Ia benar-benar takut kehilangan wanita yang baru ia nikahi beberapa jam lalu. Banyak hal yang telah mereka korbankan untuk bisa bersatu kembali dan Tuhan masih saja membuat mereka harus berpisah dengan cara yang begitu keji. Nanda terus menangis sesenggukan di halaman dalam keraton tersebut dan tidak tahu harus bagaimana lagi menghadapi kemungkinan buruk yang terjadi pada istrinya itu. Ia benar-benar tidak siap kehilangan karena belum sempat membuat wanitanya itu hidup bahagia. Sementara itu ... dari lantai tiga menara keraton tersebut. Sepasang mata Ayu menikmati tubuh Nanda yang sedang meratap k

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 162 - Pengantin yang Hilang

    “Saya terima nikah dan kawinnya Raden Roro Ayu Rizki Prameswari binti Raden Mas Edi Baskoro Hadiningrat dengan mas kawin uang tunai sebesar lima ratus ribu dollar dibayar tunai ...!” ucap Nanda tegas sembari menjabat tangan penghulu yang membimbing hari pernikahannya dengan Roro Ayu. SAH! SAH! SAH! “Alhamdulillah ...!” Semua orang ikut tersenyum lega saat Nanda bisa mengucapkan ijab kabul dengan baik di hadapan penghulu yang menikahkannya dengan Ayu. Air mata Ayu menetes perlahan. Meski ini pernikahan yang kedua kalinya, tapi ia tetap saja tidak bisa menahan rasa haru ketika Nanda benar-benar mengucapkan ijab kabul dari hatinya sendiri. Bukan dengan cara terpaksa seperti yang sudah terjadi pada pernikahan sebelumnya. Bunda Rindu langsung memeluk tubuh Ayu dan menangis sesenggukan. Banyak hal yang telah membuat puterinya itu sakit dan Ayu tetap memilih untuk mencintai Nanda. Hati seorang wanita bisa begitu sabar dan setia pada pria yang pernah menyakiti. Dan ia kagum pada puteri

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 161 - Wedding Day

    Keesokan harinya ... Nanda menarik napas dalam-dalam sambil menatap dirinya di depan cermin. Setelan jas warna cream dengan lis warna cokelat, sudah ia kenakan dan membuat tampilannya jauh lebih segar dari biasanya. “Udah siap?” tanya Nia sambil melangkah masuk ke dalam kamar Nanda. Nanda mengangguk. “Gimana? Ganteng, nggak?” “Ganteng, dong!” ucap Nia sambil tersenyum menatap wajah Nanda. Nanda tersenyum lebar dan merapikan kembali jasnya yang sudah rapi. “Nan, kamu jaga baik-baik pernikahanmu kali ini, ya!” pinta Nia sambil menyentuh lengan Nanda. Nanda mengangguk sambil tersenyum menatap Nia. “Baik atau buruknya rumah tangga, semua tergantung suami sebagai pemimpin. Kalau istri salah, ingatkanlah dan kembalikan ke jalan yang baik. Kalau kamu yang salah, kamu harus berani untuk mengakui dan meminta maaf,” ucap Nia sambil menatap wajah Nanda. “Kamu boleh egois di depan semua orang, tapi tidak boleh egois demi kebaikan rumah tanggamu di masa depan.” “Iya, Ma. Aku pasti ingat s

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 160 - Persiapan Pernikahan Part.2

    Jalanan kota Solo yang basah oleh embun pagi, mulai menghangat dan langkah kaki penghuni kota itu mulai ramai. Keraton Kesultanan Surakarta dan masyarakat di sekelilingnya disibukkan dengan persiapan pernikahan Puteri Mahkota keraton tersebut. “Bunda, apakah pernikahanku harus seberlebihan ini?” tanya Ayu sambil menatap wajah Bunda Rindu. Bunda Rindu tersenyum sambil merangkul tubuh Ayu. “Bunda tahu, kamu selalu menyukai hal yang sederhana. Tapi ini semua keinginan masyarakat sekitar. Mereka sangat mengenalmu dan meminta untuk mengadakan pesta rakyat. Ay, kamu ini puteri mahkota di keraton ini. Saat ayahmu tutun tahta, kamu dan keturunanmu yang harus menggantikannya. Semua warga di sini mencintai dan membutuhkanmu. Jangan kecewakan mereka, ya!” ucapnya lembut. Ayu mengangguk. Ia mengedarkan pandangannya menatap begitu banyak abdi dalem dan masyarakat sekitar yang antusias menyambut pesta pernikahannya. “Aku dengar, calon suami Ndoro Puteri itu orang biasa saja. Bukan dari keluarga

  • Menikahi Lelaki Brengsek   Bab 159 - Persiapan Pernikahan

    “Jangan, Ay! Belum selesai, kan?” Nanda langsung menghadang langkah kaki Ayu. “Kalau udah tahu belum selesai, kamu jangan main game, dong! Apa susahnya sih diskusi bareng? Aku nggak suka kalau cowok itu ngomong ikut aja – ikut aja! Ngeselin tahu, nggak!?” sahut Ayu. “Hehehe. Iya, iya.” Nanda langsung merangkul tubuh Ayu. “Pilih, deh! Kamu sukanya yang mana?” “Aku udah pilih, Nanda! Tinggal cari baju untuk kamu. Kamu sukanya yang mana?” seru Ayu menahan kesal. “Apa pun pilihan kamu, aku pasti suka, Ay. Kamu aja yang pilih, ya! Sesuaikan aja sama baju pengantin kamu,” jawab Nanda sambil menatap wajah Ayu. “Ntar kamu nggak suka, Nan. Kalau warnanya putih juga, bagus atau nggak, sih? Kayak gimana gitu, ya?” “Yang ini aja, deh!” Nanda menunjuk salah satu jas berwarna cream dengan lis cokelat keemasan. Ayu mengangguk. “Oke. Ambil yang ini aja.” Nanda tersenyum sambil menatap Ayu yang sedang berbincang dengan pegawai butik tersebut. Hal sederhana yang kerap dipermasalahkan oleh wani

DMCA.com Protection Status