All Chapters of Bukan Sekedar Sahabat: Chapter 61 - Chapter 70
97 Chapters
61. I Miss You, Fina
Zio menatap lalu lalang mobil di depannya dengan tatapan kosong. Hampir lima belas menit dia berada di cafe, menunggu Azizah datang. Hampir satu bulan dia dan Azizah berhubungan. Keduanya selalu bertemu saat ada kesempatan dan selama itu pula hubungannya dengan Fina menjadi renggang. Meski di depan teman-teman yang lain Fina dan Zio bertingkah seperti biasa tetapi ketika hanya berdua, hubungan keduanya menjadi dingin. Fina menolak berbicara dengannya. Setiap Zio ingin bicara, Fina langsung memasang wajah dingin membuat Zio tak berani mendekat. Awalnya Zio berpikir, jika sikap dingin Fina pasti akan mencair. Sayang, sudah satu bulan berlalu justru Fina semakin menjauhinya. Meski sosok Azizah yang manis selalu berada di dekatnya namun hati Zio merasa kosong. Dia merasa ada yang hilang dalam hidupnya. Dia sadar itu adalah Fina. Fina telah menjadi bagian penting dalam hidupnya. Karena itu ketidakhadirannya membuat hidup Zio menjadi tidak berwarna lagi.Zio menghela napasnya. Jujur dia sang
Read more
62. Jalan Masing-Masing
Kalau biasanya cewek itu yang suka menyandar manja pada cowok, untuk sepasang sahabat kita justru kebalikannya. Zio sedang menyandar nyaman di bahu Fina. Matanya tertutup tapi tidak tidur. Hatinya terasa tenang karena bisa lagi berdekatan dengan sosok yang begitu dia rindukan."Fin.""Hem." Fina sendiri sibuk mengunyah keripik kentangnya."Kamu ganti parfum ya?""Iyes. Dibeliin sama Mbak Fiqa pas dia lagi jalan-jalan ke Inggris sama Mas Elang.""Owh."Zio menghirup dalam-dalam udara di sekitarnya. Aroma khas tubuh Fina bercampur parfum menyapa indera penciuman. Dia tersenyum dan tetap menyandar di bahu Fina. Matanya pun masih terpejam."Kamu harum Fin. Manis banget wanginya. Jadi adem."Blush. Pipi Fina merona jadinya, tiba-tiba dia merasa gerah. Mana degup jantungnya jadi jumpalitan lagi. Untuk menyamarkan kegugupan, Fina menampilkan mimik muka judes dan suara ketus."Ck. Sampai kapan kamu gelendotan, Zi? Berat tahu." Fina menggerakkan bahunya kasar agar kepala Zio terusir dari bahun
Read more
63. Meniti Takdir yang Digariskan
Azizah menatap sendu halaman rumahnya dari balik jendela. Hampir satu jam dia berada di salah satu sudut ruangan dan hanya menatap diam sekelilingnya. Kahfi yang baru kembali sari masjid hanya bisa menghela napas. Dia segera menghampiri Azizah, menepuk bahunya pelan. Azizah kaget lalu dengan setengah dipaksa dia tersenyum."Mas.""Jangan melamun di sini, ayok kembali ke kamar. Kamu harus banyak istirahat."Kahfi membimbing Azizah, keduanya masuk ke dalam kamar. Dengan lembut Kahfi membaringkan Azizah lalu menyelimutinya."Mas Kahfi gak berangkat ngajar?""Enggak. Mas gak tega ninggalin kamu.""Maaf.""Kenapa minta maaf?"Azizah hanya diam. Kahfi tersenyum lalu mengelus kepala Azizah lembut."Ini mungkin sudah jalan kita. Ikhlaskan."Azizah menatap nanar ke arah suaminya. "Zizah belum bisa Mas. Zizah belum bisa ngelupain Zio.""Sama, Zah. Tapi kita juga harus sadar. Kita gak bisa masukin mereka dalam rumah tangga kita. Kemarin umimu dan abi kamu sempat marah sama mas. Karena mereka ta
Read more
64. Wisuda
Pandu langsung menerjang keponakannya setelah satu jam disidang oleh ibu, adik dan adik ipar. Jadilah keponakan dan pakdhenya saling adu gulat."Kamu ya Nat. Gak bisa diem apa?""Oh tidak bisa. Anda berulah saya balas lebih parah. Kan begitu konsepnya saya. Masa Pakdhe lupa.""Dasar keponakan semprul."Pandu kembali memiting sang keponakan, namun bukan Zio jika tidak bisa berkelit. Bahkan kini dia tertawa-tawa saat melihat sang pakdhe kesusahan berlari mengejarnya."Sini kau! Jangan kabur," teriak Pandu."Maaf Pakdhe, Nathan ada acara kencan sama Fin Fin. Selamat berjuang ya Pakdhe. Hahaha."Zio langsung kabur dan pergi meninggalkan rumah Pandu. Sebelumnya dia mencium pipi sang ibu dengan cepat karena harus menghindari kejaran Pandu."Mom, aku pulang malam, mau kencan dulu sama calon mantu Mom!" teriak Zio di atas motor lalu dia segera melajukan motornya saat dilihatnya Pandu sedang menuju halaman."Dadah, Pakdhe. Awas ya jangan sampai lepas Mbak Gendisnya." Zio pun segera kabur.Pand
Read more
65. Panggilan Sayang
Keluarga Nathan sedang mengadakan acara makan bersama. Sesekali obrolan terlontar dari bibir mereka."Nathan.""Iya, Mom.""Kamu ada hubungan sama Fina?"Nathan sedikit mendengkus. "Masih berusaha, Mom.""Kenapa?""Fina belum nerima Nathan.""Kamu kan ganteng. Emang kurangnya kamu apa? Sampai Fina gak mau sama kamu."Nathan lalu menceritakan masalahnya, bagaimana dia berusaha meraih hati Fina, hubungan Fina dan Zio dan semua hal yang dia lakukan untuk mendapatkan Fina."Kamu jangan kalah sama si Zio, kamu harus dapatkan dia. Lagian kamu gak kalah ganteng sama Zio, dan kekayaan keluarga kita tidak kalah dengan keluarga Evrard.""Iya, Mom. Nathan akan terus berusaha kok.""Bagus, Mom dukung. Dan kamu tenang saja, Mom akan bantu kamu."Winda dan Nathan terus berbicara tentang Nathan dan Fina sementara Antony lebih memilih menyelesaikan makan dan menyimak pembicaraan kedua anak dan istrinya. "Besok kita buatin rumah sakit buat Nathan ya Sayang." Winda meminta pada sang suami.Antony ters
Read more
66. Dua Tahun Kemudian
Hujan sedang mengguyur sebagian besar kota Jogja sejak kemarin. Menyebabkan aktivitas istirahat manusia semakin nyaman dengan bergelung di balik selimut di kasur masing-masing. Namun bagi beberapa orang yang memiliki aktivitas di malam hari, hujan sedikit mengganggu namun mereka tetap menjalankan aktivitas seperti biasa. Pun dalam sebuah rumah sakit yang dikelola oleh Azada. Rumah sakit yang sengaja dibangun sang mertua yang awalnya hanya sebuah klinik lama kelamaan menjadi rumah sakit yang cukup mendapat nama berkat tangan dingin sang menantu. Di rumah sakit itu, para petugas shift malam tetap menjalankan aktivitasnya.Zio keluar dari mobilnya, berlari sambil menenteng sesuatu menerobos hujan. Sampai di bagian pendaftaran, dia memberikan senyum terbaiknya pada pak satpam dan dua perawat penjaga."Wah, makasih Mas Dok." Pak Satpam mengucapkan terima kasih atas makanan yang dibawa oleh Zio."Iya. Fin Fin mana?""Mbak Dok lagi di ruang istirahat kayaknya. Kecapean.""Oke. Aku kesana ya?
Read more
67. Arisan Di Rumah Nathan
"Pergi!""Hahaha. Ayo kita bersenang-senang." Sosok tak jelas wajahnya menyeringai di depan Fina. Fina berteriak meminta tolong. Sayang tak ada yang datang. Dia sendirian bersama sosok jahat yang kini semakin mendekat ke arahnya."Pergi! Pergi.""Tidak bisa. Kita harus bersenang-senang. Hahaha.""Pergi."Fina berontak namun pria tersebut semakin mendekat ke arahnya. Fina berteriak."Tidak!"Fina terbangun. Tubuhnya berkeringat dan bergetar hebat. Fina beristighfar, memohon ampunan. Mimpi itu ternyata datang lagi. Mimpi yang berulangkali menyapa dan membuat tidur Fina jadi tidak nyenyak. Nyaris setiap malam dia ketakutan. Takut mimpi buruk itu kembali lagi. Fina mengusap wajah, dia segera turun dari ranjang begitu mendengar suara Azan subuh. Dia akan mandi, sholat dan kembali mengadu pada Allah.Dalam sujudnya, Fina meminta maaf pada Allah. Selain itu dia juga meminta perlindungan untuk dijauhkan dari orang-orang yang berniat jahat pada dirinya dan keluarganya. Selesai sholat, Fina m
Read more
68. Alasan Klasik
Zio dan Arini masih saling menatap dengan berurai air mata. Beberapa pengunjung terlihat memperhatikan. Mereka diam penuh keingintahuan."Ibu. Ibu Arini.""Nathan. Nathan."Zio dan Arini saling mendekat. Mereka berhadapan. Air mata keduanya sudah bercucuran. Zio langsung memeluk ibu asuhnya. Ibu yang mengandungnya. Arini tak bisa menahan rasa di hatinya. Dia terus memeluk putranya. Putra yang dikandungnya meski bukan darah dagingnya.Lama keduanya larut dalam euforia tangis bahagia. Hingga tak menyadari kalau orang-orang di sekeliling mereka menatap penuh keingintahuan. Suami Arini yang pertama bersuara."Rin. Bawa Nathan ke rumah saja. Sana ngobrol di sana." Sang lelaki yang bernama Yanto dan merupakan suami dari Arini berbicara lembut. Zio dan Arini melepas pelukan. Arini menatap suaminya. Tatapan penuh terima kasih, Arini layangkan untuk suaminya. Sang suami membalas dengan senyum tulus dan tanda pemakluman.Arini mengajak Zio menuju ke rumahnya. Mereka berjalan melewati jalan, me
Read more
69. Senja Di Malioboro
Fina menatap lalu lintas di depannya, sesekali dia menghembuskan napas dengan kasar. Sahabatnya yang sudah menjadi bidan sesekali terkekeh melihat aksi Fina."Kalau kangen, telepon aja Fin. Jangan gengsi."Fina menatap sahabat bidannya. Wajahnya murung."Kita udah lama gak kontekan, dia gak ngasih kabar aku dan aku merasa gak harus ngabarin dia dulu.""Ya samperin aja ke Merapi. Sekalian nyari wangsit di sana."Fina menghembuskan napasnya. Ada rasa rindu tapi juga malu kalau harus chat duluan. Genap dua belas bulan baik Zio dan Fina menjalani kegiatan intership. Selama itu pula keduanya jarang bertemu. Awalnya mereka masih saling berbalas pesan di bulan pertama hingga bulan ketiga. Setelah itu makin lama makin jarang. Hanya sesekali atau Zio yang akan meneleponnya di akhir pekan. Di bulan kelima, Zio sudah tak pernah menelepon. Jangankan menelepon, chat saja tak pernah dan terus berlanjut hingga akhir bulan delapan. Di bulan ke sembilan, Fina pernah mendapat pasien yang tidak bisa dia
Read more
70. Melepasmu Dengan Ikhlas
Sepasang pemuda dan pemudi sedang duduk dalam diam di bangku tunggu. Mereka sedang berada di bandara Jogja. Sang pemuda sesekali mengecek arlojinya, memastikan waktu keberangkatan yang tak sampai setengah jam lagi. Sementara si pemudi hanya duduk diam sambil memainkan ujung tuniknya. Meremas-remas dan berakhir dengan hembusan napas yang terlalu keras.Pengumuman kedatangan pesawat dengan nomer yang sama dengan pesawat yang akan dinaiki Zio menjadi penutus keheningan. Zio berdiri, pun dengan Fina. Keduanya bertatapan lalu saling menunduk."Aku pergi, Fin. Jaga diri kamu baik-baik."Fina hanya diam, tetapi setetes, dua tetes air matanya mulai jatuh."Salam buat keluarga di rumah ya Fin. Kalau ketemu Pak Warjo sama Bu Narti, sampaikan maafku karena belum sempat main. Terus bilang ke Om Rayyan juga, maaf belum sempet sungkem."Fina masih diam. Suara keramaian khas bandara sepertinya bukanlah hal yang patut dipusingkan oleh kedua sahabat. Mereka terlalu larut dalam perasaan sedih satu sama
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status