All Chapters of DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU: Chapter 81 - Chapter 90

190 Chapters

PINDAH RUMAH

81Aku melambai-lambaikan tangan di depan wajahnya yang sejak tadi menatapku tak berkedip. "Assalamualaikum, Mas." sapaku geli melihatnya terus saja melongo. "Hallo, Mas Pandunya ada?" godaku.Dia mengerjap, lalu buru-buru menarik tubuhku agar menempel padanya. "Mas kira bidadari dari mana yang nyasar ke sini? Ternyata ini bidadari surgaku," katanya seraya memeluk tubuh mungilku."Mas, malu. Ini di luar. Nanti ada yang lihat," ucapku seraya berusaha keluar dari kungkungannya."Kalau begitu, ayo pindah ke dalam," katanya seraya mengangkat tubuhku dalam posisi tetap berdiri. Aku menjerit kecil karena kaget. Dia menurunkanku di ruang tamu, tangannya tidak melepaskan tubuhku. "Kamu cantik sekali, Sayang," pujinya lagi, matanya tak lepas menatapku. Aku tersipu. "Mas suka?""Tentu saja.""Apa aku boleh memakai kerudung selamanya?" tanyaku sambil tersenyum. Menatap wajahnya yang semringah sejak tadi. Perlahan wajahnya berubah dingin dan serius. Kenapa? Apa dia tidak mengizinkanku menutu
Read more

PRISA KENAPA?

82Aku, Mas Pandu, dan ayah dalam perjalanan menuju alamat yang dapat dilacak lewat GPS dari ponsel Prisa. Sejak tadi entah sudah berapa banyak doa dan kalimat-kalimat zikir yang kupanjatkan untuk keselamatannya. Namun, tetap saja rasa cemas ini tak bisa diusir.Mas Pandu menjalankan mobil bagai kesetanan. Aku tahu ia pasti sangat mengkhawatirkan anaknya. Walaupun ayah terus mengingatkan kami untuk tenang, rasanya perjalanan menjadi sangat lama. Sebenarnya Mas Pandu melarangku ikut. Namun, aku bersikeras. Demi Allah aku sangat mengkhawatirkan Prisa, dia sahabat juga anak sambungku. Ayah sudah menghubungi pihak kepolisian, dan benar ada tahanan yang melarikan diri. Mereka berterima kasih karena ayah sudah membantu memberi informasi, dan langsung bergerak ke lokasi yang diinfokan. Sekitar setengah jam kemudian kami sampai di lokasi. Semakin mendekati titik merah, semakin banyak warga berkerumun. Mobil kami berhenti agak jauh dari rumah kontrakan yang dimaksud, karena terhalang kerumu
Read more

SALING MENYAYANGI

83Aku masih memandangi wajah Prisa yang penuh lebam. Bahkan salah satu matanya tampak membesar karena bengkak. Dia masih belum sadar. Luka-luka di sekujur tubuhnya sudah diobati.Dari kasus ini, satu yang membuatku lega. Hasil visum tidak ditemukan jejak kekerasan seksual di area intim tubuh Prisa. Entah memang tak ada niat dari pria itu, atau kami yang keburu datang menolong. Perlahan tangan Prisa yang kugenggam terasa bergerak, aku segera bangkit."Pris," panggilku dengan mata berbinar. Perlahan matanya terbuka walau hanya setengah. Dia meringis, pasti merasakan sekujur tubuhnya yang sakit. Bibirnya tampak bergerak-gerak seperti ingin mengatakan sesuatu. Aku menggeleng dengan mata berembun, mengisyaratkan agar dia jangan banyak bicara dulu. "Apa kamu mau minum?" tanyaku lalu menyodorkan air mineral yang sudah kuberi sedotan agar mudah dihisap. Aku menyimpan kembali botol saat Prisa sudah melepaskan sedotan dari bibirnya yang juga terlihat bengkak. Bibirnya bergerak lagi. "Maaf.
Read more

DUDA OH DUDA

84Sudah tiga hari ini Prisa dirawat. Selama itu pula aku menungguinya. Aku bahkan tak pernah pulang sama sekali. Baju gantiku, Mas Pandu yang bawakan. Dia sesekali mengontrol rumah makannya, atau pulang sebentar. Tapi selebihnya tetap di rumah sakit. Kami ingin menebus dosa pada Prisa. Kami ingin lebih memperhatikan dia lagi. Kami ingin dia tahu kalau kami menyayanginya dan akan selalu ada untuknya. Kami ingin dia tahu ada kami yang selalu mendukungnya. Kondisi Prisa berangsur membaik. Walaupun masih sering berteriak dalam tidurnya. Kejadian pahit itu masih menghantuinya lewat mimpi. Tapi setelah konsul dengan psikiater atas rujukan dokter yang menanganinya, psikisnya juga mulai stabil. Ya, aku mengerti pasti kejadian itu sangat membekas di ingatannya. Sekarang dia sedang duduk di atas tempat tidurnya, aku baru selesai menyuapinya. Wajahnya terlihat lebih berseri, lebam-lebam mulai memudar.Selama tiga hari ini pula Nino selalu berkunjung ke sini sepulang kerja, walaupun sambutan
Read more

LULUH

85"Mas," panggilku dengan suara parau khas bangun tidur. Aku agak memiringkan kepala ke arah belakang. "Hmmm," hanya gumaman yang terdengar dari arah belakang telingaku. Tubuh Mas Pandu memang menempel padaku, seperti yang biasa dilakukannya setiap tidur. Dia akan memelukku dari belakang seperti ini. Dan ini kadang membuatku tidak nyaman. Tubuhnya yang besar terasa berat, membuatku tidak bisa bergerak bebas. Aku mengangkat tangannya yang melingkari perutku. "Mau kemana?" tanyanya serak, seraya mengeratkan pelukan. "Mau lihat Prisa, takut dia bangun, nanti kaget, kita tidak di sana," ucapku seraya berusaha melepaskan lagi tangannya. "Sudahlah, dia sudah sembuh. Mau sampai kapan ditemani tidur terus. Seperti bayi saja. Sekarang giliran bayi yang ini yang diurus, udah lama gak di urusin," jawabnya manja, dengan suara serak. Kepalanya disurukkan di ceruk leherku. Membuatku kegelian. "Mass ... kasian dia kalau bangun nyariin kita. Lepaskan dulu," aku coba lagi melepaskan tangannya.
Read more

AKU VS JERUK

86 Akhirnya, hari bahagia itu datang. Prisa didandani bagai putri raja di hari bahagianya. Kebaya warna putih tulang dengan ekor panjang menyapu lantai melekat indah di tubuh langsingnya. Make up flawless menutup sempurna wajahnya yang lebih berisi lagi. Prisa sekarang tidak terlalu kurus seperti saat jiwanya terguncang kemarin. Aura kebahagiaan terpancar jelas di wajahnya. Nino juga terlihat gagah dengan tuxedo warna senada. Senyum bahagia selalu terukir jelas di wajah sepasang pengantin baru itu. Aku, Mas Pandu, dan orang tua Nino memakai pakaian seragam dengan warna senada yang dipakai pengantin. Sungguh pemandangan indah saat kami berfoto keluarga dengan berbagai pose. Ada celetukan lucu saat sesi foto-foto keluarga. Seorang pengarah gaya mengatakan, "Awas pengantin wanitanya tertukar dengan ibunya. Habisnya, ibu pengantin wanita masih muda dan cantik." Semuanya tertawa, kecuali Prisa yang cemberut lucu. Sementara aku tersipu karena semua mata menatapku kagum. "Tidak aka
Read more

JODOH TAK TERDUGA

87Pov Prisa (seasons 2)Akhirnya, setelah perjalanan hidup yang berliku, hari ini aku bisa merasakan kebahagiaan. Ini hari bahagiaku, hari pernikahanku. Ya, aku menikah dengan laki-laki yang awalnya sangat kubenci.Dulu, dia laki-laki tak tahu malu, tidak punya harga diri. Sudah berkali-kali ditolak, tetap saja maju. Tetap saja usaha, tidak pernah menyerah. Sebenarnya sudah lama aku mengenal Nino, dia karyawan Papa paling lama. Karyawan paling rajin dan loyal.Papa pernah bilang, dia pekerja keras. Bahkan dia tak pernah menolak bila di hari offnya harus lembur. Bila kebetulan rumah makan ramai, dan karyawan kurang, Papa akan menelponnya dan ia tidak pernah keberatan. Pantaslah Papa begitu menyayanginya, bahkan sangat mendukung saat Nino begitu gencar mendekatiku. Sikap Papa sangat berbeda kepada Nino dan Aldo. Terhadap Aldo terkesan dingin, bahkan dalam tatapannya aku melihat kebencian yang besar, seolah Aldo musuh bebuyutan. Bahkan aku yakin, kepergian Aldo dari hidupku, salah s
Read more

MALAM MENGENASKAN

88Sudah sekitar setengah jam aku di sini. Berendam air hangat di bathtub hotel sambil menikmati aroma terapi yang membuatku rileks. Taburan berbagai bunga segar juga menemaniku mandi. Bagaimanapun aku ingin mempersembahkan yang terbaik untuk Nino. Aku ingin melayaninya dengan tubuh segar dan wangi. Makanya aku bela-belain mandi kembang dulu malam-malam, untuk persiapan malam pertama kami. Aku ingin malam ini berkesan, sehingga dia tidak akan melupakannya seumur hidup. Pintu kamar mandi tetiba terbuka, Nino muncul di sana. Dia langsung melangkah menuju ke tempatku. Aku terlonjak, bukan karena kaget, tetapi teringat tidak sengaja menumpahkan sabun di lantai. Dan belum sempat membersihkannya. Aku bangun hendak memberitahu Nino. Namun terlambat, dia sudah kepalang melangkah ke sini dengan wajah semringah dan tidak sabarnya. Aku menjerit seraya menutup telinga, saat tubuh Nino melayang setelah sebelumnya kepeleset lantai kamar mandi yang licin. Kemudian tubuhnya mendarat sukses denga
Read more

BALSEM

89 Kalau begini, rasa iriku kepasa Alvina jadi terbit lagi. Lagi-lagi dia yang beruntung dan aku tidak.  Astagfirullah, padahal aku sudah berjanji sama Papa dan yang terpenting pada diriku sendiri untuk membuang jauh-jauh penyakit hati itu. Bagaimanapun Alvina, dia orang terdekatku saat ini. Dia istri Papa. Dan bukankah dia sahabatku sejak dulu yang aku paksa-paksa agar mau menikahi Papa?  
Read more

KEJUTAN MANIS

90 Pagi ini akhirnya kami pulang. Aku terpaksa masih memapah Nino dibantu papa, karena dia belum lancar berjalan. Masih sering meringis.  Dengan mobil apapa kami berempat pulang. Nino terus saja menyandarkan kepalanya di pundakku. Sepertinya sengaja bermanja di depan Papa. "Dielus dong  yang sakitnya," pintanya manja saat kami perjalanan pulang. Tangannya menarik tanganku lalu ditempelkan di pinggangnya. Semula aku menepis tangannya. Namun dari depan, Papa berdehem keras.  "Suami sakit harus diurus, Pris," tuh kan, Papa pasti membelanya.  "Iya!" jawabku ketus. Lalu mengusap pinggang Nino gemas. Namun, dia malah mengaduh lumayan keras. Aku melotot.  "Jangan begitu, Pris, harus disayang-sayang, dong. Harus lemah lembut sama suami," ujar Papa lagi. Aku masih melototi Nino yang wajahnya mengiba.  "Kayak Papa kema
Read more
PREV
1
...
7891011
...
19
DMCA.com Protection Status