80 "Mas, ngapain mau pipis pake teriak-teriak? Udah tahu banyak tamu," ucapku sambil melotot, takut terdengar dari luar. "Ya, mau gimana? Mas memang pengen pipis," jawabnya polos. "Tahan dulu, kek, nunggu tamunya pulang." "Tidak bisa, Sayang, ini udah di ujung. Masa harus ngompol di sini?" Aku berdecak kesal. "Iya, tapi di ruang tamu banyak temannya ibu." "Terus kenapa? Kita, kan, cuma lewat doang," katanya dengan wajah tanpa dosa. Duh, jadi pengen nyubit pake tang. "Malu, Mas. Nanti pasti mereka godain kita." "Ya, terus kenapa kalau digodain? Sama istri sendiri ini." Mas Pandu sengaja mengeraskan suaranya. Aku spontan membekap mulutnya sambil melotot. Dia melepaskan bekapan tanganku. "Ya udah ayo tuntun, Mas udah kebelet," ucapnya lagi dengan menyodorkan tangan. Dengan terpaksa aku memapahnya keluar kamar. Kamarku tepat berhadapan dengan ruang tamu. Jadi, saat mau ke kamar mandi yang letaknya di belakang, ya mau tidak mau harus melewati ruang tamu dulu. Sesuai dugaan,
Baca selengkapnya