Semua Bab DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU: Bab 101 - Bab 110

190 Bab

HUTANG

101"Darren, itu Tante Prisa, istrinya papa. Nanti kita bertiga tinggal di sini sama-sama." Nino memperkenalkan Darren kepadaku. Bagus, mereka langsung saja akrab tanpa merasa curiga sama sekali. Aku membalikkan badan menghadap mereka. Kulipat kedua tangan di dada. "Mas, mau kau apakan anak itu selama kamu kerja? Maaf, aku tidak bisa mengurusnya," ucapku ketus tanpa basa-basi. Nino tampak diam saja, sepertinya dia ingin bicara tetapi sungkan. "Apa kamu tidak bisa menjaganya hari ini saja, sayang? Sekarang sudah terlalu siang kalau harus ke rumah ibu.""Maaf, aku sudah bilang tidak bisa," ucapku tegas. Apa Nino tidak memikirkn perasaanku? Wajahnya terlihat murung. Terlihat sangat bingung. "Darren, tunggu di sini sebentar sama Tante Prisa ya, Papa masukin motor dulu." Nino mendudukkan anak itu di sofa, dan dia sendiri keluar. Entah apa yang akan dilakukannya. Aku tidak peduli. Saat Nino keluar, tanpa diduga anak itu turun lalu mendekatiku. Mau apa anak itu? Dia terus berjalan mend
Baca selengkapnya

TIPU DAYA

102Ya, dia benar. Ibunya hanya menceritakan yang baik-baik saja, itu benar. Dan mana ada ibu yang akan menjelekkan anaknya. Mas Ruri benar. Dan, bukankah aku memang ingin tahu lebih banyak tentang Nino?"Ayo, Dek. Buka sebentar saja pintunya, ya. Tidak apa-apa kok, kita kan saudara." Lebih lembut dari tadi suara yang kudengar. Ya, itu benar, Mas Ruri kakaknya Nino. Masa dia mau numpang ke kamar mandi saja, aku tidak bukain pintu. Adik ipar macam apa aku ini. Lagian Mas Ruri juga terdengar jujur. Kenapa aku sangat ketakutan? Dia kakak iparku, jarak usia kami sangat jauh. Tidak mungkin dia macam-macam padaku. Tanganku mulai terulur pelan meraih anak kunci yang tergantung. Ragu, sebentar turun, sebentar lagi terulur. Tidak ada salahnya aku membiarkan dia masuk, toh aku juga ingin banyak dengar info dari orang lain selain ibunya. Ya, aku putuskan membuka pintu, tidak ada salahnya memberi tumpangan ke kamar mandi, sekalian mengorek informasi. Klik. Anak kunci kuputar ke bawah. Lalu p
Baca selengkapnya

TERSISIH

103Aku mengerjap, waktu sudah hampir magrib, sebentar lagi Nino pulang. Aku segera merapikan diri, merias wajah walaupun tipis-tipis lalu menyemprotkan sedikit wewangian. Aku ingin menyambut suami dengan sedikit istimewa. Aku ingin menebus kesalahan tadi siang. Rasa bersalah tentu sangat mengganggu, aku tidak menurutinya. Aku gegas ke depan setengah berlari saat terdengar suara mobil berhenti di halaman. Itu pasti taxi yang membawa Nino. Karena dia tidak membawa motor. Kubuka pintu dengan semangat, rasa rindu sudah membuncah di dada. Ternyata, begini rasanya rindu menunggu suami pulang kerja. Padahal kami hanya terpisah beberapa jam saja. Pantaslah dulu selalu kulihat Alvina sangat bahagia menunggu Papa pulang kerja, dan dia akan bertingkah kekanakan dan sangat lebay saat Papa sampai rumah. Ternyata itu wujud ekspresi kebahagiaan seorang istri menyambut suami pulang kerja. Aku pun begitu, sudah tidak sabar bertemu suamiku. Aku ingin segera menghambur dalam pelukannya. Aku ingin me
Baca selengkapnya

KITA PULANG

104Begitulah hari-hari Nino disibukkan mengurusi Darren, sebelum dan sepulang kerja. Hampir tidak punya waktu lagi untukku. Dia baru menyambangiku setelah dini hari, saat aku sudah tidak berselera untuk bercinta. Itu pun tak lama, karena biasanya Darren akan menangis bila tak mendapati Nino di sisinya.Lama-lama aku bosan menjalani pernikahan seperti ini. Untunglah minggu depan sudah mulai aktif kuliah. Aku akan menyibukkan diri di kampus saja, untuk membunuh kebosanan ini. "Mas, aku izin ke rumah Papa," pamitku pagi ini sebelum Nino berangkat kerja membawa Darren serta. "Ada apa?" tanyanya heran. "Senin depan aku sudah mulai masuk kuliah. Buku-bukuku semua di sana.""Oh, kapan?""Nanti siang," jawabku singkat. Nino nampak terdiam cukup lama. "Apa tidak sebaiknya nunggu aku pulang saja? Nanti kita ke sana sama-sama," ucapnya pelan dengan sorot mata nampak keberatan. "Tidak usah, Mas, kamu pasti capek. Aku berangkat sendiri saja naik ojek," jawabku cepat. Dia menatapku sejenak.
Baca selengkapnya

KALAU RINDU JANGAN DITAHAN

105POV AlvinaAku gemas dengan tingkah Prisa yang sangat kekanak-kanakan. Terhitung sudah satu minggu dia tinggal lagi di sini. Padahal Nino sudah beberapa kali menjemputnya.Aku dan Mas Pandu sudah sangat sering mengingatkannya jika tempat seorang istri di rumah suaminya. Namun, begitulah Prisa, dia malah menuduh kami ingin mengusirnya. Sebenarnya bukan tidak boleh menginap, silakan saja toh ini rumah papanya. Hanya saja, setelah seminggu dia nenginap dan tak ada tanda-tanda akan pulang, apa itu pantas? Aku mengerti dia sangat terpukul mengetahui kalau suaminya ternyata punya anak dari pernikahan sebelumnya. Namun, bukankah itu di luar kendali Nino? Dia juga tidak tahu kalau mantan istrinya hamil saat diceraikan.Menjadi seorang ibu sambung itu, bukanlah sebuah aib. Aku juga seorang ibu sambung dari anak yang walaupun sudah berusia dewasa, tetapi sikapnya masih kekanakan. Aku juga sudah harus menyiapkan stok sabar extra menghadapinya sejak awal menikah dengan papanya. Bahkan beber
Baca selengkapnya

BERTEMU LAGI

106Kami langsung masuk ke parkiran sesaat setelah turun dari taxi. Namun, langkah kami terhenti karena melihat seseorang yang baru keluar dari sana dengan wajah angkuhnya melewati kami. Dia berjalan dengan santainya menelusup jarak diantara aku dan Prisa, seolah tidak ada jalan lain yang bisa dilewati. Aku terpaku beberapa saat, tetapi kemudian terbelalak saat tangan Prisa dengan cepat meraih rambut panjang wanita yang barusan menerobos kami. Terdengar jeritan kesakitan dari pemilik rambut yang Prisa jambak itu. "Lu, punya mata nggak sih? Atau memang nggak punya sopan santun? Ada banyak jalan yang bisa dilewati kenapa harus menerobos kami?" sentak Prisa seraya menarik rambut itu dan melepaskan setelahnya. Aku masih terpaku dengan perbuatan tak disangka anak sambungku. Ya, aku juga setuju wanita ini tidak sopan, tetapi kenapa Prisa seextrim itu? Keherananku sirna saat aku yakin siapa wanita itu. Dia, wanita yang kulihat di mall dan menuduh kami sindikat penculik anak. Dan itu arti
Baca selengkapnya

WANITA SEPERTI APA SELERAMU?

107 Untunglah di kehamilan kedua ini, aku tidak mengalami morning sickness yang parah seperti dulu. Jadi bisa tetap beraktivitas seperti biasa. Kuoleskan liptin tipis agar bibirku lembab dan segar. Pintu terbuka, suamiku langsung muncul di sana. Senyumku langsung mengembang walaupun kulihat wajahnya sedikit muram. Aku melangkah menyambutnya. Dan langsung mengalungkan kedua tangan di lehernya. Dia mengangkat tubuhku ke atas meja, mendudukkanku di sana agar sejajar dengan tubuhnya. Tubuhku memang terlalu mungil, hingga harus tengadah saat ingin melihat wajahnya. "Dari kampus?" "Iya, aku susah payah membujuk Prisa agar mau ke sini dan bicara dengan Nino. Tapi lihat hasilnya?" "Mas juga sudah memperingatkan Nino sebelumnya. Tapi mantan istrinya sepertinya yang sengaja mencari masalah. Tadi dia yang sengaja mencari Nino ke belakang." Diakhiri embusan napas kasar suamiku bicara. "Aku sudah menyuruh Nino menemui Prisa nanti sore. Semoga masalah mereka cepat selesai." "Iya, dia ur
Baca selengkapnya

BUKA PUASA

108PoV PrisaHatiku berbunga-bunga, hari ini aku akan menemui Nino. Alvina benar, kami harus bicara sebelum semuanya bertlarut-larut. Bagaimanapun aku masih mencintainya. Aku mau pernikahanku berjalan harmonis seperti Papa dan Alvina. Mungkin ke depannya aku juga akan berusaha menerima anak itu sebagai bagian dari kami, walaupun berat. Aku yakin Nino masih sangat mencintaiku. Dan dia bisa membagi waktu juga perhatiannya untuk kami. Seperti Papa, cinta dan sayangnya untukku tidak berkurang walaupun sudah punya istri lagi. Nino pun pasti bisa menempatkan dirinya dengan baik. Aku hanya perlu mengalah sedikit, menekan egoku, pasti semua berjalan baik. Dengan hati berbunga, aku menuju ke sana sepulang dari kampus. Aku akan memberi Nino sedikit kejutan dengan tiba-tiba datang tanpa memberitahunya dulu. Siapa sangka, malah aku yang dikejutkan. Saat hendak masuk, kami berpapasan dengan perempuan itu, dia baru saja dari sana. Dan aku yakin mereka sudah bertemu. Buktinya Nino juga tidak me
Baca selengkapnya

MAU APA DIA?

109Entah jam berapa ini. Kurasakan kerongkongan yang sangat kering juga cacing di perut yang berdangdut ria. Kami memang melewatkan makan malam. Kukirik Nino di sebelah masih pulas dengan wajah lelahnya. Entah jam berapa dia selesai. Pelan kusingkirkan tangannya yang melingkari perutku. Aku beranjak keluar kamar bermaksud mencari sesuatu yang bisa mengganjal perut. Aku berjalan dengan tertatih. Sungguh semua persendianku terasa lemas sisa pertempuran semalam. Aku tidak menyadari ruang makan dengan lampu menyala. Kupikir memang sengaja lampu tidak dimatikan. Ternyata di sana sudah ada Papa yang sedang menemani Alvina menyantap rujak. What? Rujak? Pagi buta begini? Apa sampai sebegitu anehnya orang ngidam? Mereka berdua menoleh saat menyadari kehadiranku. "Ciee … yang udah buka puasa, ampe gemeter begitu lututnya. Uhuk ... uhuk...." Diakhiri batuk karena tersedak, Alvina menggodaku. Papa dengan cepat, mengambilkan air dan menyodorkan ke mulutnya. "Hati-hati sayang, kan lagi maka
Baca selengkapnya

RUNYAM

110Aku segera berlari ke depan, aku yakin dia ke sana. Dan benar saja, dia berjalan tergesa di parkiran. Kukejar dia, dan setelah jarak cukup dekat aku mendahuluinya, menghadang langkahnya. Kudorong bahunya hingga dia terjejer. "Dasar perempuan bar-bar, kamu mau apa, hah?" Pekiknya sambil melotot. "Harusnya gue yang nanya, lu mau apa datang ke sini terus?" sergahku keras. "Ini tempat umum. Siapa saja boleh makan di sini, kan?""Ya, itu benar. Siapa saja boleh makan di sini. Tapi lu datang bukan buat makan!" hardikku lagi."Kenapa? Kamu takut aku merebut Nino lagi?" tanyanya lagi sinis. Lalu dia melipat tangannya di dada. "Kasian sekali mantan suamiku itu, gadis yang dipuja-pujanya sejak lama, hanyalah perempuan seperti ini."Hatiku panas seketika. Apalagi wanita itu mengatakannya dengan bibir mencibir. "Maksud lu apa?" Aku merangsek dan hendak meraih kerah bajunya, tetapi dia menepis tanganku. "Kamu tenang saja, aku tidak akan merebut suamimu!" ucapnya cepat setelah menepis tang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
19
DMCA.com Protection Status