Semua Bab DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU: Bab 121 - Bab 130

190 Bab

KAU KIRA SIAPA DIRIMU?

121PoV PrisaYa Tuhan, ada apa dengan keluarga kami? Bahkan saat keadaan Papa dan istrinya seperti ini, ibu mertua juga menelepon Nino, mengabari kalau Darren juga sakit. Badannya panas tinggi, dia terus menanyakan Nino yang beberapa hari ini belum sempat menengoknya karena sibuk mengurusi Papa. Nino pamit pulang, sementara aku tak mungkin meninggalkan Papa dalam keadaan seperti ini. Rumah makan sengaja kami tutup. Aku dan Papa masih menunggu di depan IGD rumah sakit yang sama yang kami tinggalkan beberapa jam lalu. Papa terus saja menundukkan kepala mengutuki dirinya sendiri. Keadaan Papa sangat menyedihkan saat ini. Dengan sebelah tangan di topang karena tulang belikat yang patah. Perban yang masih menempel di beberapa bagian tubuhnya. Memar-memar di wajah yang tidak bisa disembunyikan. Sekarang harus menghadapi kenyataan, kalau istri dan calon anak mereka entah bisa selamat atau tidak. Aku kasihan melihat Papa saat ini. Bahkan selama hidup, baru kali ini aku melihat Papa seemo
Baca selengkapnya

PECUNDANG VS PECINTA SEJATI

122PoP Prisa"Kamu jahat, Do!!" teriakku dengan suara keras tetapi serak. Rasa sesak sudah menguasai dada. "Maaf, Pris, tapi aku sangat mencintai Vina sejak kami kecil. Dia belum bisa tergantikan dalam hatiku dengan gadis mana pun. Kenangan masa kecil kami sangat membekas dalam hatiku hingga sekarang. Aku bahkan tidak peduli dia sudah bersuami dan mengandung, aku hanya ingin memilikinya kembali. Aku ingin mendapatkannya lagi dengan cara apa pun." Kalimat itu keluar dari mulutnya tanpa malu. "Termasuk mempermainkan perasaanku maksudmu?"Dia mengangguk, dan itu sangat menyakitkan. Aku memejamkan mata untuk menahan gemuruh dalam dada yang siap meledak, hingga sebuah deguman keras terdengar sangat dekat. Gegas aku membuka mata, Aldo nampak terhuyung ke samping memegangi rahangnya. Sudut bibirnya nampak pecah dan mengeluarkan darah. Ternyata suara deguman itu berasal dari tinju yang mengenai wajah Aldo. Dan pemilik tinju itu, adalah ... Nino, suamiku. "Itu, karena kamu sudah memperma
Baca selengkapnya

CINTA ITU ADA

123PoV PrisaKami langsung menuju rumah ibu mertua begitu Nino kuberitahu. Wajah Nino langsung berubah pucat. Aku tahu dia mencemaskan anak itu. Ya, dia sangat menyayangi Darren.. Sesuatu yang baru akan kumulai. Sebenarnya, apa yang diinginkan kedua orang itu. Kenapa mereka selalu saja mencari masalah? Kemarin mereka seolah tak peduli dengan Darren. Seolah lepas tangan, menyerahkan anak seolah barang yang bisa dengan mudah di pindahtangankan. Lalu sekarang, mereka datang untuk memperebutkan anak itu. Di mana otak mereka?“Tenang Mas, tetap fokus bawa motornya. Kita hadapi bareng, ya. Aku akan selalu ada buat kamu.” Aku berbisik sedetik sebelum dia menjalankan motornya, karena aku yakin dia akan sangat kalap. Sepanjang jalan aku juga terus menghiburnya. Kuharap ini dapat membantu dia tetap tenang.Sampai di rumah orang tua Nino, telinga kami langsung disambut jerit tangis Darren yang cukup keras. Setengah berlari kami menuju asal suara. Nampak Regina ingin merebut paksa Darren dari
Baca selengkapnya

REBUTAN

124PoV PrisaAku turun dari tempat tidur sangat hati-hati. Takut membangunkan Darren. Gedoran di pintu belum berhenti. Sudah bisa ditebak siapa pelakunya. Kukuak pintu sedikit, lalu keluar diantara celah yang sedikit itu. Sengaja tidak kubuka lebar agar Darren tidak terganggu. Buru-buru kututup lagi lalu menghadap si penggedor yang sedang bertolak pinggang. Aku melipat tangan di dada. Kita lihat, apa maunya. "Mana anakku?" tanyanya masih bertolak pinggang. Matanya melotot. Di ruang tamu, terdengar Nino masih berdebat dengan kakaknya."Anakmu? Maksudnya Darren?" tanyaku santai. "Iyalah, siapa lagi?" Dia sewot. "Ada tuh, lagi tidur. Dia manis banget, cuma aku peluk aja langsung tidur.""Bangunkan dia, aku mau bawa pulang!" perintahnya tak tahu diri. "Bawa pulang? Enak banget ya, setelah diberikan begitu saja, sekarang mau diambil lagi? Oh, betapa tidak tahu dirinya anda," ucapku masih dengan santai tetapi sukses membuatnya meradang. "Jangan banyak omong ya, cepat bangunkan anakk
Baca selengkapnya

DIA YANG MEMILIH

125PoV PrisaTak ada yang bersuara. Semua masih diam. Tangan Nino menyentuh punggung Darren yang masih memelukku erat. "Darren, Nenek mau bicara dulu sama Darren, ya. Ayo duduk dulu." Nino membujuk anak itu agar mau berbalik. Kepalanya terasa menggeleng. Tangannya semakin erat memeluk leherku. Ibu mengangguk ke arah Nino. Memberi isyarat agar dia tak memaksa Darren. Ibu berjalan mendekatiku, lalu menyuruh Nino pindah duduk, dan dia duduk di bekas anaknya. "Darren sayang, di sini ada Papa, ada Mama, ada Om Ruri juga. Mereka semua sayang sama Darren." Ibu mulai mengajaknya bicara walaupun anak itu terus bersembunyi di balik pundakku. Tangan ibu mengelus kepala dan punggungnya. Anak itu masih diam. "Mereka semua mau ngajak Darren tinggal di rumahnya. Papa mau ngajak Darren tinggal di rumahnya. Mama juga mau ngajak tinggal Darren di rumahnya. Om Ruri juga. Darren mau ikut siapa, sayang?" Ibu bertanya lembut agar anak itu tak merasa takut atau tertekan. Darren masih diam. Dia hanya
Baca selengkapnya

MARAHLAH

126Nino dan Ruri menyeret wanita gila itu hingga ke jalan. Dia masih terdengar berteriak-teriak di luar bahkan hingga Nino dan Ruri masuk lagi. "Ya Allah, Ibu malu sekali dengan kejadian ini. Lihat, tetangga sampai berkerumun." Ibu terduduk lesu di sebelahku. Wajah tuanya terlihat sangat menyesali kejadian ini. "Ruri, kamu juga, pulanglah! Biarkan Darren tenang. Kasihan dia harus terus menyaksikan pertengkaran orang dewasa. Itu tidak baik untuk psikisnya. Kalau dengan Regina ibu kandungnya saja dia tidak mau, apalagi sama kamu yang asing baginya. Mengertilah!" Ibu menatap Ruri yang hendak duduk lagi tetapi urung. Wajahnya terlihat kecewa. "Baiklah Bu, aku mengerti. Tapi tolong, izinkan aku sering mengunjungi Darren yang aku yakin anak kandungku." Ruri memohon dengan menangkupkan tangannya. "Tidak Mas!" jawab Nino cepat. "Hmm, maksudku, kalau kau mau menemuinya, kita bisa janjian di sini saja. Nanti aku bawa Darren ke sini.""Kenapa Nin? Apa kamu tidak mempercayiaku?" tanyanya kec
Baca selengkapnya

HATI YANG TERBUKA

127PoV AlvinaAku berusaha untuk bangkit, rasanya sangat haus. Tidak mungkin mengandalkan Mas Pandu. Dia juga masih sakit. Bahkan hanya beraktivitas dengan satu tangan. "Kamu mau apa, sayang?" tanyanya seraya membantuku duduk dengan sebelah tangannya. Bau keringatnya yang entah sudah berapa hari tidak mandi itu terhidu dengan jelas. Entahlah, tetap enak di indera penciumanku. Rasanya segar. Aku memejamkan mata beberapa saat, menikmati aroma itu. Bayi ini sangat terikat dengan ayahnya. Aku tidak bisa membayangkan kalau kami harus berjauhan dengannya. Apalagi kalau benar suamiku sampai jatuh dalam pelukan wanita lain. Entahlah, aku bahkan tidak akan sanggup membayangkannya. "Kamu sudah makan, Mas?" tanyaku setelah meneguk setengah gelas air yang disodorkannya.Dia menggeleng pelan. Matanya terlihat sayu."Kenapa belum makan? Kamu ju
Baca selengkapnya

ISTRI SELALU BENAR

128PoV AlvinaAku menaruh gelas di meja sebelah brankar dengan posisi duduk dan kaki menjuntai ke bawah. Mas Pandu masih duduk di kursi sebelah. Aku baru selesai menyuapinya, juga diriku sendiri. Ya, sekarang kami selalu makan bersama, untuk menghemat tenaga. Aku selalu menyuapinya juga diriku sendiri bergantian.Sebenarnya kalau dia mau, dia masih bisa melakukannya dengan tangan kiri. Entahlah, mungkin benar yang dikatakan Prisa, dia memang manja. Namun, aku tidak keberatan melakukannya. Ini malah membuat hubungan kami semakin romantis. Setiap hari kami makan dari sendok yang sama. Jika rangsumku tak membuat perut kami kenyang, tinggal tambah dengan makanan yang selalu Nino dan Prisa antarkan. Atau dia pesan via jasa antar. "Mas, apa tidak sebaiknya kamu juga dirawat lagi. Tulang belikatmu yang patah harus segera dioperasi." Aku menatapnya setelah dia membuang sampah bekas makan kami. "Nanti saja kalau kamu sudah sembuh" jawabnya santai sambil duduk lagi di kursi dekat brankar.
Baca selengkapnya

HARI-HARI BAHAGIA

129PoV PrisaTak terasa sudah dua bulan aku mengasuh Darren. Walau capek, ternyata menyenangkan. Hidupku lebih berwarna, lebih bermakna. Aku seakan punya mainan hidup yang lucu. Darren anak yang manis, tidak pernah rewel jika menginginkan sesuatu. Tidak susah untuk makan. Dia penurut untuk ukuran anak sekecil itu. Hanya satu yang kadang membuatku kesal, saat dia tidak mau kutinggal kuliah. Perlu dibujuk extra supaya mau dititip di ibu atau di rumah Papa. Mungkin dia merasa menemukan sosok ibu yang tidak didapatkan dari Regina. Entah bagaimana wanita itu dulu mengasuhnya.Lelah sih, melanjutkan pendidikan sambil mengurus anak. Tapi lelahnya terbayar. Apalagi saat aku pulang kuliah dia akan berlari dan memelukku dengan rindu. Ah indahnya dicintai dan dibutuhkan. Yang lebih membahagiakan dari semua itu, Nino lebih perhatian padaku. Rasa sayang dan cintanya terasa semakin besar semenjak aku mengurus Darren. Sesuatu yang aku takutkan dulu. Nyatanya? Seakan terbalik. Kini Nino lebih perh
Baca selengkapnya

BARANG BEKAS

130 PoV Prisa Tadinya aku mau langsung masuk, tetapi kuputuskan untuk menguping dulu. Takutnya aku malah berbuat onar dan mempermalukan Papa. "Pergilah Mbak, kita tidak pernah punya urusan apa pun. Dan ingat! Jangan pernah datang lagi ke sini kalau hanya untuk menemui saya!" Itu suara Papa. Jelas dan tegas. "Benarkah kita tidak punya urusan apapun?" Suara wanita lembut mengalun dan terkesan ... menggoda. Aku tahu itu suara siapa. Tiba-tiba tubuhku bergetar hebat, kepala dan dadaku terasa panas. Ternyata si sundal itu belum jera juga. Dia sepertinya sengaja menunggu Papa sembuh dan bekerja lagi, untuk menggodanya. Ini tidak bisa dibiarkan. Aku sudah akan membuka pintu saat suara Papa terdengar lagi. "Urusan kita hanya sebatas penabrak dan korban tabrak. Dan itu sudah selesai saat saya tahu anda hanya pura-pura menabrakkan diri untuk menggoda saya." Jawaban papa terdengar dingin. Aku urung membuka pintu, karena ingin tahu apa yang akan Papa katakan lagi untuk mengusir wanita itu.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
19
DMCA.com Protection Status