All Chapters of DUDA KAYA YANG MELAMARKU ITU AYAH SAHABATKU: Chapter 131 - Chapter 140

190 Chapters

DI MANA DARRENKU?

131Aku berusaha bangkit dengan mengesampingkan rasa sakit. Mencoba untuk berdiri dan menoleh ke arah terakhir melihat Regina berlari. Sayangnya, dia sudah tak terlihat. Membawa Darrenku entah ke mana. "Aarrghhh...." Aku berteriak frustasi, apalagi kakiku sakit sekali bahkan sekedar untuk kuajak berjalan. "Darren...." Aku terduduk lemah di atas trotoar seraya berteriak memanggil anakku yang entah sudah dibawa ke mana. Tanganku yang mengepal memukul-mukul paping dengan keras. Aku menangis meraung, tak peduli orang-orang yang berlalu lalang berjalan kaki juga beberapa pengendara menatapku aneh."Darren...." Aku masih menangis meratapi anakku yang hilang. Wajahnya yang ketakutan menangis memanggilku sambil mengulurkan tangan meminta tolong, masih terlihat jelas di pelupuk mata. Aku memejamkan mata. Lalu menoleh ke belakang. Ternyata aku sudah berlari cukup jauh dari rumah makan, dan Papa entah tertinggal di mana. "Darreen." Aku bergumam lagi sambil menunduk. Lalu berusaha untuk bangu
Read more

SAKIT JIWA

132"Kembalikan Darren pada kami, Re. Lihat, dia ketakutan." Nino berusaha meminta dengan lembut. Namun Regina menggeleng. Dia malah tertawa terbahak. Benar-benar sudah tidak waras. "Jangan harap aku akan kembalikan. Dia anakku!!" teriaknya sambil mundur semakin mendekat ke tembok pembatas jembatan. "Tidak! Kamu salah sundal, dia anakku, sudah jadi anakku selamanya!!" balasku berteriak, aku sudah akan maju tetapi Nino menahan demi melihat dia yang semakin mendekati bibir jembatan. Entah apa yang akan dilakukannya. "Benarkah?" Dia tertawa lagi. "Tapi dia lahir dari rahimku!""Tapi itu benar, Re. Dia sudah menjadi anak kami. Aku sudah mengurus surat perwaliannya. Aku juga sudah memasukkan dia dalam surat KK kami. Secara hukum dia anak kami sekarang." Nino menjelaskan dan itu membuat Regina terperangah. "Dan kamu mengurus semua itu tanpa minta persetujuanku?" "Bukankah kamu sudah menyerahkan Darren padaku beserta semua surat terkait. Dan kamu bilang sudah tidak sanggup mengurus Darr
Read more

MERENDAHKAN DIRI

133Aku menggeleng perih seraya memejamkan mata. Aku bisa gila melihat Darren terus disakiti seperti ini. "Kamu mau apa sebenarnya Regina?" Kalimat itu akhirnya keluar dari mulutku dengan lemah. Aku sudah tidak kuat lagi melihat Darren terus disiksa ketakutan seperti itu. "Katakan. Apa yang harus aku lakukan agar kamu berhenti menyiksa Darren seperti itu?" Regina kembali tertawa. Kali ini dia menarik Darren dan mendudukan kembali tubuh mungil itu di pinggiran jembatan. Tidak lagi menggantung di udara. "Kau tanya apa mauku? Aku mau melihatmu tersiksa seperti itu. Aku suka. Aku puas!!" teriaknya lagi dengan raut wajah khas spikopat. "Kau ingat tadi? Betapa puasnya kamu juga ayahmu menghinaku?" Dia melotot lagi ke arahku. "Aku juga begitu sekarang. Aku sangat puas melihatmu tersiksa menangisi anak yang bahkan tidak ada pertalian darah sedikit pun denganmu!""Kalau begitu, lepaskan dia sekarang. Kembalikan dia pada kami. Bukankah kau sudah puas menyiksaku?"Dia tertawa lagi. "Oh, tid
Read more

KEMBALIKAN DIA

134Posisinya di belakang Regina beberapa meter. Dia memberi kode agar kami tak bereaksi berlebihan hingga wanita itu tidak menyadari kehadirannya. Dia ingin menyelamatkan Darren, tapi ini beresiko menurutku. Mas Ruri akan menjalankan motor dengan cepat lalu menyambar tubuh mungil Darren dengan sebelah tangannya? Kalau dia berhasil. Kalau tidak, tubuh Darren akan terjun bebas ke bawah. Atau lebih buruknya Regina menyadari kehadirannya lebih awal lalu dengan sengaja mendorong anak itu. Atau Mas Ruri berhasil menyambar tubuh Darren, tapi ikut celaka bersamanya.Entahlah, segala kemungkinan bisa saja terjadi. Bahkan yang terburuk sekalipun. Tapi kami tidak akan merubah apapun kalau terus diam seperti ini. Mungkin Mas Ruri termasuk nekat. Tapi setidaknya dia punya keberanian untuk berusaha menolong. Kami berdoa saja semoga dia berhasil menyelamatkan Darren tanpa ada yang terluka. "Cepat! Kalian tunggu apa lagi. Aku tidak bisa menunggu terlalu lama. Cepat atau lambat polisi akan tahu!"
Read more

AKU TIDAK PEDULI

135Nino dan Mas Ruri saling pandang. Aku heran. Kenapa mereka diam? Bukankah kemungkinan salah satu di antara mereka ayah biologis Darren? Bukankah Mas Ruri begitu yakin dialah ayah Darren? "Ada apa ini? Kenapa kalian diam?” tanyaku lagi.“Cepat! Darren butuh darah itu untuk kelanjutan hidupnya!" Aku berteriak di depan mereka. Tapi mereka berdua menggeleng pasti. “Golongan darahku berbeda dengan Darren,” lirih Nino dengn lemah.“Aku juga, dolongan darah kami tidak sama,” timpal Mas Ruri tak kalah lemah.Kedua bola mataku melebar sempurna. Fakta baru terungkap. Darren tidak memiliki golongan darah yang sama dengan salah satu dari dua kakak beradik itu.Tapi itu bisa saja. Karena anak tidak selalu memiliki golongan darah yang sama dengan ayahnya. Bisa saja gen ibu lebih dominan, dan si anak memiliki golongan darah yang sama dengan ibunya. Itu menurut dokter setelah kami berkonsultasi lagi. Masalahnya, Regina sudah meninggal beberapa saat yang lalu. Aku mengusap wajah dengan frustras
Read more

SEMU

136Nino membelai kepalaku lembut. "Terus berdoa sayang, semoga Tuhan memberi keajaiban. Semoga Darren diberi kesembuhan. Darren anak yang kuat. Dia pasti sedang berjuang untuk sembuh, agar bisa memelukmu lagi. Agar bisa berkumpul dengan kita lagi.”Tangisku semakin membesar seiring perkataannya. Nino semakin memelukku erat. Hingga seorang perawat memanggil kami. Mengabarkan ada gerakan dari tangan Darren. Secercah harapan pun hadir, Darrenku akan sadar, Darrenku akan sembuh. Aku segera berganti pakaian khusus untuk masuk ke sana. Aku berharap kehadiranku, sentuhanku akan dapat mempercepat kesembuhannya. Di sini aku sekarang. Duduk di sebelah blankar Darren. Menggenggam tangan mungilnya yang menurut perawat sempat bergerak tadi. Kugenggam dan kuciumi tangan mungil nan lemah itu berulang kali. Kusentuh pipi putihnya yang kini tirus dan pucat. Sungguh aku ingin memeluknya. Aku ingin membawanya dalam dekapanku. Tapi berbagai alat yang menempel di tubuhnya menjadi penghalang di antara
Read more

MENOLAK TAKDIR

137PoV Prisa“Ayo, Sayang, kita pulang. Kamu sudah terlalu lama di sini. Kita doakan Darren dari rumah saja, ya. Kamu bahkan belum makan sejak kemarin.” Entah sudah berapa pulih kali kalimat itu terdengar dari mulut Nino disertai pelukan di punggung ini.Aku tahu ia mengkhawatirkanku, tapi sungguh aku belum mau pergi dari sini. Aku masih mau menemani Darrenku di sini. Kasihan ia jika kami tinggalkan. Ia sendirian. Kedinginan di bawah sana. Darrenku pasti merasakan pelukanku walaupun aku hanya memeluk gundukan tanah merah yang menutupi jasadnya.Aku memejam dengan kuat. Tak kuhiraukan pipi yang kotor terkena noda tanah merah yang terbasahi air mataku. Aku tetap memeluknya karena yakin Darrenku dapat merasakan kehangatan pelukanku.“Prisa, ayolah. Sudah seharian kamu di sini. Jangan menyiksa diri. Bahkan Darren tidak suka jika melihatmu seperti ini. Ia sudah tenang di sana. Sudah berada di surga-Nya. Darren sudah bahagia, tidak merasakan kesakitan lagi.”Seberapa banyak pun kalimat Nin
Read more

SIAPA?

138Prisa mendelik tajam ke arah Papa dan ibu sambungnya."Enak saja kalian. Bulan madu terus yang dipikirin. Udah tua juga!" ketusnya seraya tetap meladeni si kembar."Jangan salah, Pris. Biar Papa sudah tua, masih bisa bikin kembar lima lho, buat adik Nakula Sadewa ... aww." Pandu meringis sambil memegangi pinggangnya karena cubitan sang istri baru saja mendarat di sana. Kali ini bukan hanya Prisa yang mendelik, tetapi juga istri yang sangat dicintanya itu."Enak aja, emangnya aku kucing, kembar lima Bawa kembar dua aja segitu beratnya, apalagi kembar empat," sungut Alvina kesal."Lho, nggak apa-apa sayang, biar cepat tambah banyak. Kan, Mas kejar target, pengen punya kesebelasan ... aww." Pandu mengaduh lagi. Satu lagi cubitan mendarat di pinggnag yang lainnya. Alvina melotot."Syukurin! Ganjen sih, udah tua juga, masih doyan aja!" Prisa merutuk."Bagus lah, Pris. Justru bahaya kalau Papa udah gak doyan. Kasihan Bundamu kekeringan," ucap Pandu lagi santai. Alvina melotot lagi, seda
Read more

TAK TERDUGA

139"Permisi, Pak Nino dan Bu Prisa, perkenalkan nama saya Danendra, saya adalah ayah kandung Darren," ucapnya dengan mantap sambil tersenyum, juga mengulurkan tangan.Prisa dan Nino berpandangan lagi. Mereka terperangah tak percaya dengan pendengaran masing-masing. Namun melihat garis wajah sang pria yang sangat mirip dengan Darren, bahkan bisa dibilang mereka bagai pinang dibelah dua. Apalagi setelah pria satunya yang ternyata seorang pengacara menjelaskan kalau Regina adalah istri siri pria bernama Danendra itu, mereka pun percaya.Sang pengacara membuka tas kerja, lalu mengeluarkan sesuatu yang ternyata foto-foto dan sebuah dokumen. Ia memperlihatkan foto-foto dan selembar kertas sebagai bukti kalau pria itu menikahi Regina secara siri. Dan benar, di foto itu Regina tengah menikah dengan Danendra dengan kondisi sederhana. Tanggal yang tertera di dokumen itu, hanya beberapa hari berselang setelah dia resmi bercerai dari Nino.Gila memang Regina, dia menikah lagi tanpa menunggu masa
Read more

LENGKAPLAH

140"Ah, Prisa, kenapa kamu punya anak secepat ini, sih? Masa Papa seganteng ini sudah harus dipanggil kakek?" ungkap Pandu dengan wajah memelas, tetapi tangannya menggendong bayi perempuan mungil yang baru beberapa jam lalu lahir. Semua orang tertawa mendengarnya. Pesta ulang tahun yang membahagiakan pun berakhir menunggui Prisa lahiran di rumah sakit. Wajah-wajah yang sempat tegang tadi sudah kembali ceria dan bahagia setelah suara tangis bayi perempuan itu terdengar sangat nyaring. Pertanda dia lahir dengan sehat. "Iya, nih, masa Bunda secantik ini juga harus dipanggil nenek," timpal Alvina tak mau kalah. Tangannya di kiri dan kanan menggendong si kembar Nakula Sadewa yang rewel ingin digendong Prisa. Semua orang kembali tertawa, kecuali Prisa yang mencebikkan bibirnya dalam pelukan Nino. Ruang rawat Prisa pun penuh dengan orang-orang terdekat yang ikut menungguinya melahirkan, setelah dari pesta tadi. "Nggak apa-apa sayang, biar udah nenek, tapi masih rasa perawan." Pandu mena
Read more
PREV
1
...
1213141516
...
19
DMCA.com Protection Status