Home / Romansa / Terjebak Cinta Saudara / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Terjebak Cinta Saudara: Chapter 11 - Chapter 20

155 Chapters

Obsesi

Kalandra terlihat mondar-mandir di dekat pintu, tentu saja pemuda itu sedang cemas karena Naraya belum juga sampai di apartemen yang mereka sewa satu hari yang lalu. Ia khawatir jika gadis itu berbohong dan kabur lagi darinya. "Awas saja kalau kamu berani kabur, aku akan mencarimu dan mengikatmu kalau perlu!" geram Kalandra. Pemuda itu benar-benar sudah terobsesi pada Naraya, hingga membuatnya bersikap posesif dan otoriter. Baru saja menggerutu, Kalandra menoleh ketika mendengar suara pintu terbuka, melihat Naraya yang baru saja datang. "Kenapa baru datang?" tanya Kalandra yang tak sabaran ingin tahu alasan Naraya. "Aku bangun kesiangan, Al," jawab gadis itu menatap Kalandra yang sudah memasang wajah kesal. Kalandra sedikit melihat ada tatapan berbeda dari Naraya, membuat pria itu akhirnya menurunkan ego. "Aku lapar, sudah memesan makanan tapi menunggumu data
Read more

Rasa bersalah

Naraya duduk di sebuah restoran, ini adalah pertama kalinya dia menjadi seorang pengunjung dan bukannya pelayan. Selama tinggal bersama Sofi, Naraya memang tak pernah lagi menginjakkan kaki di restoran bintang lima, selain saat dirinya bekerja. Naraya duduk seraya menikmati segelas jus dengan camilan. Ia sedang menunggu Kalandra yang menghadiri rapat, sebenarnya pemuda itu meminta Naraya ikut ke ruangan tempat rapat diadakan, tapi Naraya menolak dengan alasan akan bosan dan mengantuk. Ia berjanji takkan pergi dari restoran, serta menunggu pemuda itu selesai, hingga pada akhirnya Kalandra tak memaksanya ikut. "Ra!" Suara Amanda terdengar dari kejauhan. Gadis manis sahabat karib Naraya itu melambaikan tangan, sebelum kemudian berjalan menghampiri meja Naraya. Naraya membalas lambaian tangan Amanda, lantas meminta temannya itu duduk begitu sampai. "Tumben kamu ngajak ketemu di restoran bintang lima. Apa
Read more

Dokter muda

Amanda pergi ke rumah sakit untuk bekerja setelah bicara dengan Naraya. Gadis itu sudah berganti seragam perawat dan kini berjalan ke tempat praktek ortopedi karena Amanda bekerja sebagai asisten di sana. “Man, katanya dokter ortopedi kita ganti, ya?” tanya salah satu teman Amanda yang mensejajari langkah teman Naraya itu. “Benar, katanya datang hari ini,” jawab Amanda. “Semoga kita tak mendapat dokter yang tua seperti sebelumnya,” seloroh Amanda yang diakhiri tawa kecil. Teman Amanda ikut tertawa, sebelum kemudian masuk ke ruang praktek ortopedi untuk menyiapkan perlengkapan praktek. Beberapa saat kemudian, kepala rumah sakit masuk dengan seorang dokter muda, Amanda dan temannya melongo melihat dokter yang masuk ke ruangan itu. “Apa yang bersama kepala rumah sakit adalah dokter kita?” tanya teman Amanda berbisik. “Aku harap b
Read more

Merasa spesial

Semua kenangan indah itu sirna, saat kerasnya hidup datang menghampiri. Dia harus berjuang untuk hidup dan menebus kesalahan, mengabdi hingga melupakan apa itu arti bahagia, hanya ada perjuangan dan kerja keras menemani, sampai tubuh pun tidak bisa merasakan apa itu kata nyaman.“Nira.”Suara itu masih terasa merdu saat didengar. Meski wajah itu tak semuda dulu, tapi Naraya masih mengenali senyum dan tatapan yang penuh kasih sayang dan cinta yang pernah ditujukan padanya.“Bibi Ivi.” Naraya melihat Evangeline—ibu Kalandra di panggilan video yang dilakukan pemuda itu. Bola matanya berkaca dengan kelopak mata yang sudah sedikit menggenang.“Mama sejak kemarin merengek ingin melihatnya. Apa sekarang senang?” tanya Kalandra yang berdiri di belakang Naraya dan sedikit membungkuk agar Evangeline bisa melihat dirinya.Evangeline mengangguk, sudah sangat bahagia bisa melihat Naraya meski tak bertatap langsung dan t
Read more

Membawamu kembali

Hidup itu terasa berwarna saat ada orang-orang yang menyayangi serta memberi perhatian, terlebih saat ada yang mencintai setulus hati tanpa melihat siapa dirimu. “Besok aku akan datang siang, aku harap kamu tidak menungguku,” kata Naraya, saat merapikan pakaian milik Kalandra di lemari. Kalandra sedang mengecek beberapa dokumen, hingga menegakkan badan saat mendengar perkataan Naraya.  “Kenapa tidak datang?” tanya Kalandra yang tentu saja merasa tak senang, menatap punggung Naraya yang sedang berada di depan lemari. Naraya menoleh, kemudian mengulas senyum. Ia menutup pintu lantas berjalan mendekat ke arah Kalandra dan duduk di samping pemuda itu. Naraya sudah bisa menebak jika Kalandra pasti tak senang jika dirinya tidak datang ke sana. “Besok jadwal ibu check up ke rumah sakit, aku akan menemaninya seperti biasa. Setelah selesai, aku akan sege
Read more

Tidak akan membiarkan

Naraya pulang ke rumah saat malam hari, langsung melepas sepatu tanpa menyapa karena sepertinya akan percuma. “Lihat siapa yang pulang? Simpanan pria kaya ternyata ingat rumah reot yang ditempati,” sindir Nayla saat melihat sang kakak masuk rumah. Nayla sedang duduk di sofa yang menghadap televisi, memangku mangkok berisi camilan. Ia bicara tanpa menatap ke arah sang kakak. Naraya langsung berhenti melangkah, menatap adiknya yang semakin hari membenci dirinya. Ia pun mencoba tak acuh dan ingin langsung masuk ke kamar. Sofi menatap Naraya yang baru masuk, kemudian beraling memandang Nayla yang baru saja menyindir sang kakak. Sofi tidak menganggap ucapan Nayla sebagai sebuah kebenaran, karena tahu jika putrinya itu sangat membenci Naraya. “Apa kamu sudah makan? Kalau belum, Ibu akan siapkan makan malam,” kata Sofi. Baru saja Naraya ingin membuka mulut untuk membalas, tapi Nayla sudah menyerobot dengan cepat. “Untuk apa Ibu menawarinya makan? Dia pasti sudah kenyang makan enak bers
Read more

Bertemu Kenan

Naraya sudah berada di kamar dan bersiap tidur, hingga Sofi terlihat masuk dengan sedikit kesusahan karena berjalan menggunakan tongkat. Naraya pun kembali turun dari ranjang, lantas membantu Sofi untuk bisa sampai ke ranjang.“Hati-hati,” ucap Naraya sambil membantu Sofi berjalan.Sofi tersenyum hangat, lantas duduk di kasur di bantu Naraya.“Besok jatah Ibu kontrol,” kata Naraya membantu menaikkan kedua kaki Sofi ke kasur.“Ah … Ibu sampai lupa,” balas Sofi masih terus tersenyum.Naraya menarik selimut untuk menutupi kaki Sofi, lantas dirinya juga naik ke ranjang untuk ikut tidur.“Ibu tidurlah lebih awal, agar besok bisa bangun dengan segar,” ucap Naraya. Meski Naraya selalu mendapat perlakuan buruk di rumah, tapi tak pernah sekalipun gadis itu ingin mendendam.“Oh ya, Ibu dengar kamu sudah tidak bekerja di hotel. Nayla bilang kamu bekerja dengan seorang pengusaha,” ujar Sofi menyelidik, ingin tahu sendiri dari mulut Naraya.Naraya tampak kebingungan mendengar ucapan Sofi, tapi kem
Read more

Merasa risih

Kalandra ternyata tidak berada di perusahaan. Ia kini berada di depan rumah Naraya untuk memastikan apakah benar gadis itu pergi ke rumah sakit, serta ada hal yang ingin diselidiki.“Jadi, ini adalah rumah yang ditinggali Anira selama beberapa tahun ini,” gumam Kalandra menatap bangunan tua dan berukuran sangat kecil itu.Kalandra merasa miris melihat rumah itu, sangat jauh berbeda dari rumah orangtuanya tempat Naraya dulu tinggal. Jika dilihat, rumah Naraya sekarang tak lebih besar dari ruang tamu rumah keluarganya, membuat Kalandra bertanya-tanya bagaimana bisa Naraya tinggal di rumah itu selama ini.Saat Kalandra sedang mengamati. Pintu rumah tua itu terbuka, Nayla keluar dengan mencangklong tas punggungnya.Gadis itu terkejut melihat keberadaan Kalandra di sana, hingga menyadari jika pemuda itulah yang bersama Naraya.“Wah … dia sangat tampan jika dilihat secara langsung seperti ini,” gumam Naraya sambil tersenyum-senyum sendiri ketika melihat betapa rupawannya wajah Kalandra.Kal
Read more

Tak membiarkan pergi

Kenan termenung setelah Naraya dan Sofi pergi, bahkan saat Amanda mengajak bicara karena masih ada satu pasien, pemuda itu tak mendengar sama sekali, pikirannya masih tertuju pada Naraya yang diyakini adalah Anira. Namun, Kenan kecewa saat Naraya berkata jika gadis itu tak mengenal dirinya.“Dok, Dokter!” panggil Amanda karena Kenan tak kunjung membalas ucapannya.Kenan tersadar dari lamunan, menatap Amanda yang sejak tadi sudah memandangnya.“Ya.” Kenan mencoba bersikap biasa.“Masih ada satu pasien lagi,” kata Amanda, tak berani memanggil masuk sebelum Kenan mengizinkan.Kenan menganggukkan kepala, tanda meminta Amanda untuk memanggil pasien yang datang.**Naraya mengantar Sofi pulang menggunakan taksi, tapi sepanjang jalan gadis itu tampak gelisah karena melihat Kenan di kota itu.Sofi menyadari jika Naraya terlihat gusar, hingga menyentuh telapak tangan putrinya itu, mengakibatkan Naraya terkejut dan langsung menoleh Sofi.“Ada apa? Kenapa kamu tampak gusar?” tanya Sofi dengan se
Read more

Foto masa lalu

Kenan sudah selesai dengan prakteknya di Poliklinik. Ia kini berjalan bersama Amanda menuju ruang inap untuk mengecek pasiennya yang sedang dirawat.“Dok, saya lihat Anda tidak fokus sejak Ibu Sofi memeriksakan kakinya?” tanya Amanda hati-hati untuk menyelidik karena penasaran, terlebih ketika melihat reaksi Kenan dan Naraya saat bertemu.Kenan menoleh sekilas pada Amanda, lantas tersenyum kecil dengan tetap melangkahkan kaki.“Mungkin hanya kebetulan aku tidak fokus, mungkin aku kurang istirahat,” jawab Kenan yang tentu saja tak mungkin jujur pada Amanda yang baru dikenalnya beberapa hari.Amanda mengangguk-angguk, memeluk stopmap berisi data pasien.Kenan juga tak bicara, hingga ingat jika Amanda tampak dekat dengan Sofi.“Apa kamu sudah kenal lama dengan pasien bernama Bu Sofi itu?” tanya Kenan tiba-tiba.Amanda terkejut mendengar pertanyaan Kenan, merasa jika ini adalah angin segar dari rasa penasarannya sejak tadi.“Ya, tentu saja, Dok,” jawab Amanda. “Selain dia adalah pasien la
Read more
PREV
123456
...
16
DMCA.com Protection Status