Bus seketika berhenti karena melihat kejadian di depannya. Dari kejauhan Umi Diana langsung berlari menghampiri, mengendong dan mendekap Tegar. Tidak peduli panasnya aspal wanita itu terduduk di sana. Butuh beberapa detik hingga Ziya sadar, harusnya dia bisa lebih cepat menolong Tegar nyatanya tidak dia lakukan.“Tolong panggilan ambulans,” teriak Umi Diana dengan suara seraknya. Ziya juga sudah sampai di sebelah Umi Diana berniat mengambil Tegar, namun dicegah oleh wanita itu. “Ziya, biar Umi saja, ya?” Pasalnya dia tahu Ziya pasti terguncang dengan kejadian itu takutnya nanti dia tidak akan sanggup melihat keponakannya ini.Benar saja, Ziya tidak berkata-kata hanya terduduk di sebelah Umi Diana, mematung diri tapi pandangannya terus menatap Tegar hingga airmatanya sudah mengucur deras tak tertahankan. Melihat banyaknya darah yang keluar itu, tak berselang lama, pandangannya buram. Tiba-tiba dia ambruk dan semua menjadi gelap.“Ziy
Read more