Home / Romansa / Cinta karena Balas Dendam / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Cinta karena Balas Dendam: Chapter 51 - Chapter 60

87 Chapters

51. Perasaan Yang Membinggungkan

Beberapa kali ponsel Bian berbunyi saat pria itu tengah tertidur pulas di sofa ruang VIP. Ziya yang mendengarnya merasa terusik. Apalagi melihat Tegar yang sudah mulai mengerakkan tubuhnya yang artinya bayi itu juga sama terganggunya. “Heran deh, koq bisa sih tidur sampai gak bangun denger berisik begitu,” gerutu Ziya yang memaksakan dirinya untuk turun dari ranjang. Menuju sumber bunyi untuk mematikannya. Sejak semalam Ziya tidur di ranjang yang sama dengan Tegar, karena harus mendekap Tegar saat keponakannya itu tidur.“Mas, bangun! Ada kebakaran tuh!” seru Ziya dengan menguncang keras bahu Bian.Bian langsung terkesiap, berdiri dan memindai sekitar. Tapi tatapannya berubah menjadi kesal saat ada senyum lebar Ziya bahkan sambil tertawa pelan. Tanpa Ziya sadari Bian sudah di depannya dan menarik pinggang Ziya mengikis jarak diantara mereka.Ziya mendorong pelan dada Bian. Baru kali ini Bian seberani ini hal ini membuatnya takut. Takut me
Read more

52. Perubahan Ziya

Bian tersenyum puas, rencananya untuk membuat Kienan jatuh sebentar lagi akan menjadi kenyataan.Memikirkan tentang menikah dengan Ziya dan melihat kehancuran Kienan adalah tujuannya saat ini. Bian sadar dirinya kini menjadi orang jahat yang menghalalkan segala cara tapi semua dilakukan karena dendamnya di masa lalu.  Secara tidak langsung Ziya juga mendukung rencananya itu, karena dendamnya atas perlakukan tidak baik Kienan terhadap sang Kakak.Tanpa Kienan tahu. Bian telah merubah siasat. Dengan kematian Arman, membuat Bian sedikit bisa bernapas lega. Ketakutan Bian kalau setiap saat Arman bisa membocorkannya pada Kienan, kini sudah tidak ada.Dengan memberi sedikit kebahagiaan untuk Kienan. Menyuruh para investor Kienan tersebut untuk membatalkan gugatan namun melayangkan pengambilan laba dimuka. Ulah para investor itu dipicu oleh kejadian kebakaran tempo hari.Tanpa membutuhkan waktu lama sekarang Kienan, tidak sadarkan diri karena kaget mengetah
Read more

53. Lari dari Bian

“Ziya, aku ada meeting penting pagi ini,” seru Bian membangunkan Ziya yang kembali tidur, padahal sejak Subuh dia sempat bangun tadi.Ziya terperangah lalu menatap Bian cepat, “Ya sudah berangkat saja,” jawab Ziya sambil mengerutkan kening, binggung sudah terlambat koq masih terlihat santai begitu.Bian menatap aneh pada Ziya. Kenapa Ziya seolah cuek saja padahal bisanya Ziya yang sedikit manja akan kesal karena Bian meninggalkannya tiba-tiba. Semalam setelah mengatakan tentang kondisi Kienan, tidak terlihat keterkejutan di mata Ziya dan membuat Bian menyimpulkan bahwa Ziya tidak mendengar ucapannya dengan Taka.Bian kembali melihat perubahan Ziya sekarang, seolah Ziya yang malas menanggapinya.“Sayang, kamu gak lagi sakit kan? Koq aku merasa dari tadi malam kamu aneh ya, apa ada sesuatu yang aku tidak tahu?” tanya Bian sudah tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya.Ziya mendongak hanya untuk melihat reaksi a
Read more

54. Bertemu Kembali, Setelah ...

“Mommy!” desis Ziya seraya tertegun.Secara tidak sengaja tadi di lobi rumah sakit, Kiara melihat seseorang yang sedang menyeret tangan Ziya. Kiara yang hendak menolongnya tidak bisa karena jarak mereka terlalu jauh. Merasa penasaran, akhirnya Kiara mengikuti dan hingga sekarang berhasil menemukan Ziya.Kiara yakin seseorang tadi memang berniat jahat, buktinya sekarang Ziya seperti ketakutan dikejar seseorang. Kienan tidak tahu rencana sang Mommy untuk mengikuti Ziya. Jika tahu pasti pria itu tidak akan setuju karena dia sudah tidak mau lagi berhubungan dengan Ziya.Kienan yang duduk di bangku belakang, matanya tidak mampu mengalihkan pandangan dari wajah cantik Ziya yang sekarang terlihat dari kaca jendela taxi yang sedang terbuka. Hatinya berdebar kencang, meski bibirnya mengatakan tidak tapi hatinya merasa bahagia bisa melihat orang yang dicintainya ada di depan mata. Bisa saja dia ke luar untuk menghadang taxi tersebut agar Ziya mau masuk dimobil
Read more

55. Tempat Nyaman

“Ini,” Kienan memberikan botol susu yang siap minum.Ziya mengambil botol itu sambil mengangguk ragu. Segera dia berikan pada Tegar yang sudah menunggunya dari tadi.“Sabar, sayang!” panggil Ziya pada Tegar karena isapan bayi itu yang terlalu kencang. Ziya takut saja kalau Tegar akan tersedak.“Dia sudah terlalu haus, Ziya!” sahut Kiara tiba-tiba yang memperhatikan dari depan sedangkan Kienan sampai sekarang masih bergeming saja.“Iya, Mom,” jawab Ziya seadanya.“Panggil Nyonya! Sadarilah batasanmu,” ujar Kienan, melirik  Ziya dengan tatapan sinis.Refleks Ziya langsung menoleh Kienan yang langsung mengalihkan pandangannya karena tidak mau memandangnya. Ada rasa nyeri di hati Ziya ketika Kienan bicara mengenai batasan. Ziya pernah meninggalkan Kienan harusnya mereka tidak bertemu lagi. Ziya berjanji setelah ini dia tidak akan mengusik Kienan dan Kiara lagi apapun alasannya. Han
Read more

56. Status Yang Sama, Yatim Piatu

“Umi, apa saya bisa tinggal di sini untuk beberapa hari saja bersama Tegar?” tanya Ziya pada Umi Diana. Ucapan Ziya terjeda, lalu kembali bibirnya mulai bergerak. “Selama saya belum punya tempat tinggal.”Wanita bernama Diana itu, alisnya terangkat menjadi tanya baginya. “Kenapa begitu? Kamu dan Tegar bebas di sini selama kamu mau.”Ziya tersenyum ragu, dia pikir wanita itu akan keberatan dengan keberadaannya. Sungguh Ziya juga tidak tahu apa yang membuatnya nyaman sekali di tempat yang baru aja ia singgahi ini. Mungkin karena penghuni di tempat ini statusnya sama dengannya, yatim pistu. Ah, entahlah dia tidak yakin itu. Namun yang jelas di sini tidak ada dendam seperti dalam hatinya.“Tapi saya tidak enak kalau membebani Umi dan pengurus di sini karena kehadiran saya!” kembali Ziya menyampaikan apa yang ada di dalam hatinya.“Kamu lihat!” Umi Diana menunjuk di mana ada beberapa anak sedang berse
Read more

57. Kiriman Sumbangan

Hari ini Ziya akan diajak oleh Umi Diana mengunjungi usaha yang sudah dirintisnya sejak lama, tepatnya sejak masih muda. Butik baju muslimah, semua baju-bajunya dirancang sendiri oleh beliau. Sebenarnya dia tidak punya bakat untuk menjadi desainer, namun karena rasa penasarannya hingga bisa menciptakan baju-baju muslim tersebut.Sebelum hijrah, Umi Diana adalah seorang pengguna baju-baju terbuka dan bisa dikatakan baju yang kurang bahan tapi karena hidayah sekarang penampilannya berubah dratis.Kehidupan Umi Diana dulu adalah seorang yang tidak patut ditiru. Kehidupan malam dan mabuk adalah kesehariannya. Memiliki harta yang berlimpah pemberian orang tuanya membuatnya lalai bahwa seorang muslim harus meninggalkan menjauhi yang dilarang Allah.Sampai kejadian itu menyadarkannya dan harus segera meninggalkannya.Kala itu dirinya yang baru pulang dari club karena sedikit mabuk, ada beberapa pemuda mengodanya. Penampilannya yang terbuka dan kesadarannya tidak
Read more

58. Masih Cinta Tapi Gengsi

“Mommy Kiara atau Pak Kienan, Pak?” tanya Ziya sopan namun penuh penekanan disetiap kata-katanya.Setelah mengetahui kalau Ziya mengenal salah satu orang yang berada di sana, Umi Diana memutuskan untuk menerimanya. Karena dia berpikir ini adalah rejeki dari Allah dan tidak boleh ditolak.“Maaf, saya tidak berani menjawab, Non Ziya!” sesal pria itu yang sudah mengabdi pada keluarga Moreno sejak bertahun-tahun yang lalu.Ziya mengangguk cepat, seakan mengerti dengan jawaban itu. Siapa lagi kalau bukan Kienan yang akan membuat seseorang tertekan hingga tidak mau jujur seperti itu. Kalau Mommy Kiara tidak seperti itu. “Oke, saya paham. Dan anggap saja Bapak tidak bertemu saya, karena saya juga akan melakukan hal yang sama agar Bapak tidak mendapatkan masalah dari Kienan,” sahut Ziya kemudian, menekankan nama Kienan seolah tahu kalau semua ini ulah pria tersebut.Tatapan aneh langsung terlihat pada pria paruh baya tersebut,
Read more

59. Tegar Terluka

2 bulan kemudian.“Gimana, Ziya sudah siap?” tanya Umi Diana yang melihat Ziya sudah mengemasi barang-barang Tegar ke dalam tas.Ya, hari ini semua penghuni panti akan melakukan kunjungan wisata ke kebun teh. Sekarang usia Tegar sudah 3 bulan, diusia itu Tegar sudah banyak perkembangannya. Sudah bisa ngoceh-ngoceh, sudah bisa tengkurap tetapi terkadang masih kesulitan untuk kembali dan kebiasaan barunya adalah suka memasukkan tangannya ke dalam mulut.Selama ini selain Ziya, Umi Diana juga memberi perhatian lebih pada Tegar. Serta anak-anak panti yang kadang disuruh Ziya untuk menjaga sebentar ketika dirinya harus pergi ke kamar mandi untuk tujuan tertentu.Acara hari ini sebenarnya Ziya tidak ingin ikut, dia lebih nyaman di rumah saja. “Ikutlah, itung-itung refresing. Kamu juga butuh hiburan jangan hanya mengurusi Tegar saja!” itulah ucapan Umi Diana ketika Ziya menolak ajakan wanita cantik tersebut.Semua orang sudah bersi
Read more

60. Tunggulah Saat Itu Tiba

Bus seketika berhenti karena melihat kejadian di depannya. Dari kejauhan Umi Diana langsung berlari menghampiri, mengendong dan mendekap Tegar. Tidak peduli panasnya aspal wanita itu terduduk di sana. Butuh beberapa detik hingga Ziya sadar, harusnya dia bisa lebih cepat menolong Tegar nyatanya tidak dia lakukan.“Tolong panggilan ambulans,” teriak Umi Diana dengan suara seraknya. Ziya juga sudah sampai di sebelah Umi Diana berniat mengambil Tegar, namun dicegah oleh wanita itu. “Ziya, biar Umi saja, ya?” Pasalnya dia tahu Ziya pasti terguncang dengan kejadian itu takutnya nanti dia tidak akan sanggup melihat keponakannya ini.Benar saja, Ziya tidak berkata-kata hanya terduduk di sebelah Umi Diana, mematung diri tapi pandangannya terus menatap Tegar hingga airmatanya sudah mengucur deras tak tertahankan. Melihat banyaknya darah yang keluar itu, tak berselang lama, pandangannya buram. Tiba-tiba dia ambruk dan semua menjadi gelap.“Ziy
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status