Home / Romansa / Cinta karena Balas Dendam / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of Cinta karena Balas Dendam: Chapter 61 - Chapter 70

87 Chapters

61. Tidak Ingin Kamu Membenci, Zoya

“Kenapa? Benar kan yang aku ucapkan!” tuduh  Ziya dengan seringainya.Kienan cukup memberi bentakan tadi, sepertinya kalau dibiarkan Ziya akan semakin kurang ajar padanya. Lebih baik dia pergi dari sana.“Terserah apa pemikiranmu, aku tidak peduli!” jawab Kienan tegas sebelum pergi meninggalkan Ziya yang masih dengan kekesalannya. Dalam situasi seperti ini, dia tidak akan bisa berpikir normal jadi meninggalkannya itu lebih baik.“Andai kamu tahu, apa yang sudah dilakukan Zoya! Apa kamu masih menyalahkanku juga seperti ini, Ziya!” batin Kienan.“Mas, aku belum selesai bicara! Mau ke mana kamu?” teriak Ziya yang tidak ditanggapi Kienan. Pria itu lebih memilih melanjutkan langkahnya menjauh.“Kamu bahkan tidak bisa menjawabnyanya, Mas!” gumam Ziya seketika tubuhnya merosot ke bawah dan wajahnya tertunduk sembari memeluk lututnya. Tangis yang ditahannya tadi pecah dan tampak bahunya berge
Read more

62. Ungkapan Hati Kienan

Ziya mengeleng sembari memejamkan mata, rasanya tidak sanggup kalau harus menatap pria di depannya ini. “Maaf ... maafkan aku yang sudah buruk sangka padamu, Mas. Aku binggung kepalaku terasa berat untuk bisa menerima semua ini,” ungkapnya tercekat.Kienan menarik bahu Ziya dan membawa ke dalam pelukannya. “Maaf, sudah membuatmu berada di situasi seperti ini,” sahut Kienan mengelus kepala gadis itu sembari mengecupnya beberapa kali lalu memeluknya erat lagi. Ziya membalas pelukan itu semakin erat.Pelukan mereka terhenti ketika ponsel Kienan berdering. “Angkatlah, Mas!” Ziya mengurai pelukan dan memberi perintah pada Kienan.“Ya, Halo ... oke, langsung ke rumah sakit ya, sebentar saya kirim alamatnya!” perintahnya pada seseorang di ujung teleponnya.Ziya mengernyit, pasti ini ada hubungannya dengan dirinya karena Kienan menyebut rumah sakit. Seolah tahu apa yang sedang dipikirkan Ziya. “Saya sudah suru
Read more

63. Kita Menikah Sekarang Dan Di Tempat Ini

5 jam kemudian.Keadaan Tegar sudah membaik, masa kritis sudah terlewati. Ziya tersenyum bahagia mendengar ucapan sang Dokter.“Berarti, sebentar lagi pernikahan kita bisa dilangsungkan ya,” bisik Kienan yang berdiri di sampingnya ikut mendengarkan ucapan sang Dokter. Sontak Ziya langsung melirik dengan tajam dan itu mengundang kekehan dari bibir pria itu.“Bisa-bisanya di hadapan Dokter bicara pernikahan, gak sabaran amat sih,” gerutu Ziya dalam hati.“Kira-kira kapan bisa dibawa pulang, Dok?” kali ini bukan Ziya yang bertanya tapi Kienan.“Saya sarankan jangan dibawa pulang dulu ya, karena kondisi pasien masih bayi jadi masih perlu pemeriksaan yang intensif,” ungkap sang Dokter.“Maaf, kalau dipindahkan ke rumah sakit di Ibukota apa bisa ya?” Kienan masih terus banyak bertanya pada sang Dokter.“Boleh, tapi masih harus dalam pengawasan kami sampai di pindahkan ke ruma
Read more

64. Menikah

“Saya terima nikah dan kawinnya Ziya Azzahra binti Zain Wijaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai.”“Bagaimana, saksi?”“Sah.”“SAH.”“Alhamdulillah.” sahut semuanya.Setelah itu, lantunan doa dibacakan oleh seorang Ustad hingga selesai.Senyum kebahagiaan terpancar dari wajah Kienan sedangkan Ziya masih malu-malu. Mungkin dia masih tidak percaya bahwa telah melakukan pernikahan dengan Kienan di rumah sakit, bukan tempat yang seharusnya ia harapkan. Namun ini adalah keinginan Kienan jadi dia pasrah saja dengan suaminya itu.“Boleh dicium keningnya, Mas,” celetuk sang penghulu dengan tersenyum mengoda.Sesuai perintah Kienan, Jodi-sang asisten sengaja membawa penghulu ke rumah sakit dan membawa semua berkas yang dulu pernah disiapkan untuk pernikahannya dengan Ziya. Jadi pernikahan mereka sudah sah secara agama dan hukum.Kienan mendengar perinta
Read more

65. Permainan Kienan

Semalam Ziya dan Kienan menginap di rumah sakit. Dan untuk Mommy Kiara, setelah sedikit paksaan dari Kienan akhirnya wanita itu mau pulang. Namun berjanji besok akan kembali lagi. Seperti keputusan Kienan untuk menikahi Ziya, seperti itu juga keputusan Kiara untuk menerima kehadiran Tegar dan akan merawatnya dengan kasih sayang.Tidak ada kejadian yang berarti pada pengantin baru itu, bahkan mereka tidurnya terpisah. Ziya yang menemani Tegar tidur di ranjang, sedangkan Kienan tidur di sofa.Meski semalam Kienan sempat bangun tapi pria itu hanya mengusap pelan puncak kepala istrinya, memahami keletihan sang istri yang harus mengurus Tegar.Kienan terbangun karena dering alarm pada ponselnya. Matanya ia paksakan untuk terbuka dan sadar bahwa jam sudah menunjukan waktu sholat Subuh. Segera menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu.5 menit kemudian telah selesai dan melangkahkan kakinya menuju ranjang untuk membangunkan Ziya, pria itu berniat untuk mengajak s
Read more

66. Candu Bagi Kienan

“Ah, alhamdulillah kita sudah sampai, sayang,” ucap Ziya pada Tegar sambil menemani bayi itu mengoceh-ngoceh tidak jelas. Perban di kepalanya, juga sudah dibuka. Dokter bilang kondisi Tegar sudah semakin membaik dan akan cepat pulih.Ya, hari ini Tegar sudah dipindahkan ke rumah sakit di Ibukota. Tidak beda dari kamar sebelumnya, Kienan masih meminta kamar VVIP pada rumah sakit ini.Dari ambang pintu kamar, senyuman pria tersebut terlihat enak sekali dipandang oleh Ziya. Mendadak dia teringat kalau suaminya ini tidak pergi ke kantor beberapa hari ini. Sampai di depannya baru Ziya berucap. “Mas, kamu sudah beberapa hari ini gak ke kantor, sekarang pergilah biar aku sama Tegar tidak apa-apa!”Mengingat Kienan sudah empat hari ini tidak ke kantor, menyadari itu Ziya pasti tahu tugas seorang CEO pasti sangat banyak makanya dia meminta suaminya itu untuk pergi saja.“Itu gampang!” sahutnya singkat sembari mencuri ciuman bibi
Read more

67. Kecelakaan

“Bos, saya sudah menemukan keberadaan wanita yang anda maksud,” ucap seorang laki-laki berpakaian serba hitam dengan kepala botak. Ketika melihat keberadaan Ziya di rumah sakit.“Oke, awasi terus, jangan sampai kehilangan jejak lagi dan tunggu intruksi saya selanjutnya,” ucap seorang pria yang sudah beberapa bulan ini mencari keberadaan Ziya dan sekarang atas bantuan orang suruhannya berhasil menemukannya.Senyum mengembang tampak di wajah tampannya. Biantara Mahesa, seorang pria yang juga mencintai Ziya. Tapi di balik itu ada sebuah rahasia besar yang belum dia ungkapkan pada Ziya tentang sosok Ayah biologis Tegar. Berharap suatu saat akan mengatakannya tapi karena Ziya yang kabur menjadikan rencananya berubah.“Aku tidak akan melepaskanmu lagi, Ziya!” gumamnya dengan tersenyum. Tanpa Bian tahu kalau Ziya sudah menikah dengan Kienan, musuhnya sendiri.Ketukan pintu membuyarkan lamunan Bian. “Masuk!” ucapnya
Read more

68. Menjadi Pasien

“Maaf, anda siapa? tolong jangan membuat kegaduhan di sini,” ucap salah satu seorang polisi di tempat itu.“Dia istri saya, Pak,” sentak Kienan yang tidak terima dibilang membuat kegaduhan padahal dia ingin menyelamatkan Ziya.Ziya berhasil diselamatkan, dibantu oleh beberapa warga dan polisi. Kienan yang menyaksikan itu sedikit bernafas lega baru ketika mendengar dari petugas media yang memeriksa bahwa masih ada denyut nadinya, lelaki itu langsung memeluk sang istri tidak peduli banyaknya pasang mata yang melihat.“Ziya, bertahanlah, sayang! Kamu harus kuat.”  “Mas ...!” terdengar lirih suara Ziya yang memanggil Kienan.Kienan memalingkan wajahnya hanya untuk memastikan pendengarannya, terlihat di sana Ziya membuka matanya dengan menahan sakit. “Iya, sayang. Mas di sini,” jawab Kienan dengan tangan bergetar, membasuh wajah Ziya seraya memberi sentuhan dari bibirnya di kening Zi
Read more

69. Kamu Adiknya Zoya Kan?

“Koq lama, ada apa?” tanya Kiara sambil memandang aneh pada putranya itu.Kienan sempat menoleh sebentar, namun atensinya lebih tertarik pada seorang Bapak tadi yang sedang berjalan di depannya. Kiara sampai mengikuti arah pandang Kienan hingga matanya berhenti pada seorang Bapak-bapak tersebut.“Memang, ada apa dengan Bapak itu? Koq sepertinya menarik perhatian kamu? Apa ada yang spesial dari Bapak itu?” Kiara masih mencecar beberapa pertanyaan pada Kienan. Lelaki itu tak membalas pertanyaan sang Mommy hanya memberikan senyuman tipis.Sampai saat Bapak tersebut menghampiri di loket kasir. Mata Kienan masih belum berpindah ke tempat lain. Hingga dengan terlihat lesunya Bapak tersebut berjalan meninggalkan tempat itu.“Mom, bentar ya, aku ada urusan!” ucapan Kienan terburu-buru sebelum mengejar sang Bapak tersebut.Kienan mendatangi loket kasir dan bertanya apa kesulitan sang Bapak tadi. “Maaf, kami tidak bi
Read more

70. Aku Pengen Peluk

Sang Dokter mengangguk. “Iya, dulu sewaktu SMA kami bersahabat cuman setelah lulus, hilang kontak setelah itu saya juga sibuk dengan kuliah dan kesibukan yang lain.”Sekarang Ziya sudah mengingat dengan penjelasan itu dan mendadak ingatannya langsung kembali. “Dokter namanya Resti ya?”Sang Dokter mengangguk pasti dengan berucap. “Iya.” Seolah melupakan tujuannya untuk memeriksa Ziya, Dokter Resti malah melanjutkan obrolannya. “Apakah, Zoya sudah tahu keadaan kamu seperti ini?”Kienan dan Ziya saling bertatapan. Sama saja membuka luka lama kalau mereka masih mengingat Zoya. Dan di sudut lain sang Dokter masih menunggu jawaban hingga dia memberikan pernyataan. “Ah, mungkin kalian tidak sedekat itu ya? Sampai tidak mau memberitahu Zoya,” akunya dengan menaikkan sebelah alisnya.“Maksud Dokter apa bicara seperti itu, apakah anda tahu siapa sebenarnya Zoya hingga memberikan penilaian seperti it
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status