Share

70. Aku Pengen Peluk

Penulis: Mkarmila
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-17 00:16:41

Sang Dokter mengangguk. “Iya, dulu sewaktu SMA kami bersahabat cuman setelah lulus, hilang kontak setelah itu saya juga sibuk dengan kuliah dan kesibukan yang lain.”

Sekarang Ziya sudah mengingat dengan penjelasan itu dan mendadak ingatannya langsung kembali. “Dokter namanya Resti ya?”

Sang Dokter mengangguk pasti dengan berucap. “Iya.” Seolah melupakan tujuannya untuk memeriksa Ziya, Dokter Resti malah melanjutkan obrolannya. “Apakah, Zoya sudah tahu keadaan kamu seperti ini?”

Kienan dan Ziya saling bertatapan. Sama saja membuka luka lama kalau mereka masih mengingat Zoya. Dan di sudut lain sang Dokter masih menunggu jawaban hingga dia memberikan pernyataan. “Ah, mungkin kalian tidak sedekat itu ya? Sampai tidak mau memberitahu Zoya,” akunya dengan menaikkan sebelah alisnya.

“Maksud Dokter apa bicara seperti itu, apakah anda tahu siapa sebenarnya Zoya hingga memberikan penilaian seperti it

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Cinta karena Balas Dendam   71. Kondisi Bian

    Di sudut lain, tempat yang sama.Seorang pria masih terbaring belum sadarkan diri. Ya, pria itu adalah Biantara Mahesa. Sejak dilarikan ke rumah sakit kondisinya belum ada kemajuan yang membaik. Kemungkinan karena lukanya lebih serius dari Ziya. Pihak rumah sakit juga sudah menghubungi keluarganya, cuman sampai sekarang kedua orang tuanya belum datang.Saat ini Bian masih menempati ruang ICU. Dokter juga memantau terus denyut jantungnya karena pernah sangat melemah sekali. Benturan keras di kepalanya yang membuat kesadarannya melambat. Dokter juga masih memantau apa ada gejala lain yang akan ditimbulkan.“Dok, ini hasil rongent-nya,” ucap Dokter yang baru saja masuk ruangan itu seraya memberikan amplop berwarna coklat kepada Dokter atasannya yang berada di dalam ruangan itu.Dokter itu langsung menerimanya. Kemudian langsung membuka karena itulah yang sedang ditunggunya. pandangannya mulai serius, memahami gambar itu. Di gambar itu adalah gamb

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-17
  • Cinta karena Balas Dendam   72. Ijin Menjenguk Bian

    Kienan mendekat merasa tidak mengenal seorang Ibu yang sedang berdiri dan menatap aneh pada sang istri. Meskipun apapun alasannya itu tidak dibenarkan karena bisa menganggu kenyamanan pasien.“Apa kita saling mengenal hingga Anda bisa memberikan penilaian seperti itu pada kami?”Sang Ibu tersebut tampak menyunggingkan senyum sinisnya seraya berkata. “Siapa lagi pria ini? Apa kamu punya hobby mengoleksi pria sehingga tidak cukup hanya satu saja, hah?”“Stop!” sentak Kienan karena ucapan wanita itu sudah melewati batas sopan. “Anda tidak berhak menilai seseorang seperti itu. Atau saya bisa tuntut Ibu atas tuduhan perbuatan tidak menyenangkan.”“Ma, sudahlah kita di sini untuk melihat anak kita bukan mencari keributan apalagi masalah,” sela Martin di sebelahnya yang tidak mau memperbesar masalah, meskipun dia kecewa terhadap kondisi Bian tapi dia masih bisa berpikir dengan waras. “Kamu tidak i

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-17
  • Cinta karena Balas Dendam   73. Operasi Bian

    Sesuai anjuran sang Dokter akhirnya hari ini dilakukan operasi Bian. Sudah tiga jam yang lalu dimulai dan sekarang belum selesai. Sementara sepasng suami istri sedang menunggu di depan ruang operasi dengan wajah yang tegang. Hanya doa yang tersemat di bibirnya, mengharapkan kesembuhan sang putra agar bisa berkumpul kembali.“Pa, kalau Bian tidak bisa bangun lagi bagaimana?” ucapnya sedih sambil pandangannay tertuju pada pintu kamar operasi. Matanya yang semakin bengkak, entah sudah berada lama dia selalu terisak meratapi sang putra. “Lagian dia kenapa harus memilih wanita itu, apa hebatnya dia sudah punya anak tapi tidak ada suaminya,” gerutunya masih membawa-bawa Ziya.Tanpa Bianka tahu bahwa Kienan mendengar hinaan terhadap istrinya. Kalau saja tidak di rumah sakit dia pasti akan meladeni ucapan itu. “Permisi, apa saya bisa bicara sebentar?”Bianka dan Martin langsung menoleh ke sumber suara. Kienan langsung mengambil

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-18
  • Cinta karena Balas Dendam   74. Bian Menempati Hati Ziya

    “Mas, boleh ya aku jenguk Mas Bian?”Ini adalah pertanyaan Ziya yang kesekian kalinya karena Kienan tidak juga menjawabnya.Bukan tanpa alasan pria itu tidak mengijinkan tapi karena sikap kedua orang tua Bian yang tidak bisa menerima Ziya dengan baik.Pembicaraannya kemarin dengan orang tua Bian juga tidak berjalan mulus, apalagi kalau Ziya mengunjungi Bian pasti mereka akan langsung mengusirnya. Dan Kienan tidak mau istrinya itu bersedih mendapatkan perilaku yang tidak baik seperti itu.“Jangan bilang kalau Mas cemburu!” cibir Ziya tersenyum mengoda.“Kenapa harus cemburu, hmm? Kan Mas sudah miliki kamu, ah ... belum seutuhnya sih,” ucap Kienan sambil menaik turunkan kedua alisnya untuk mengoda istrinya itu.“Ih ... ngomong apaan sih! Gak nyambung deh,” gerutu Ziya namun sudah cukup berhasil membuat wajahnya merah merona.“Kenapa malu? Mas jadi pengen segera menjadikanmu istri seu

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Cinta karena Balas Dendam   75. Isi Hati Ziya

    “Ziya, Tegar menangis itu,” beritahu Kienan. Lelaki itu sudah tidak tahan mendengar tangisan Tegar yang tidak juga berhenti. Tanpa dia tahu kalau Ziya sebenarnya tidak mendengar tangisan itu karena semua pikirannya dipenuhi oleh sosok Bian.Sejak mereka keluar dari kamar Bian, Kienan yang mengendongnya ke kamar, Ziya seperti orang hilang linlung. Yang wanita itu lakukan sepanjang malam hingga pagi hanya melamun saja tanpa mau melakukan apa-apa. Bahkan tidur saja hanya beberapa saat.Tidak ada sahutan dari Ziya akhirnya Kienan berdiri menuju ranjang Tegar, mengambil anaknya yang masih saja menangis. Menoleh ke arah Ziya, istrinya itu masih saja melamun. Sekuat tenaga Kienan tidak marah bahkan dia menganggap Ziya hanya melakukan bentuk protes saja karena telah dipaksa keluar dari kamar Bian.“Sayang, Tegar kamu gendong dulu ya. Mas mau buat susu.”Tanpa menunggu lagi, Tegar langsung diletakkan Kienan di pangkuan Ziya. Kemudian menuju

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-19
  • Cinta karena Balas Dendam   76. Berikan Ziya untuk Bian!

    “Jadi bagaimana, Dok?” tanya Kienan pada Dokter yang menangani Ziya. “Apa istri saya bisa saya bawa pulang hari ini?”Setelah kejadian tadi malam, Kienan tidak mau membuat Ziya semakin terpuruk. Jalan satu-satunya adalah membawa Ziya pergi dari tempat ini atau tempat di mana dia bisa mendapatkan suasana baru dan pastinya tempat yang jauh agar tidak bertemu kembali dengan Bian.“Kien ... sabar, kamu harus tenang ya?” ujar Mommy Kiara sembari mengambil Tegar dalam gendongan putranya yang sedang tampak kacau itu. “Sini, Tegar biar sama Mommy.”“Baiklah, bisa saja tapi tolong dijaga ya!” balas sang Dokter pada akhirnya menuruti keinginan Keinan karena pria itu sedikit memaksa. “Setelah nanti siang sudah bisa pulang dan jangan lupa tolong ditanda tangani surat permintaan pulang.”“Alhamdulillah. Terima kasih, Dokter,” ujar Kienan menarik sudut bibirnya membentuk senyuman. Lalu

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-20
  • Cinta karena Balas Dendam   77. Hai, Cucuku!

    Setelah pemeriksaan Dokter yang terakhir, akhirnya Ziya diijinkan pulang. Kienan berkemas-kemas untuk memasukkan barang-barangnya ke dalam tas. Sementara Ziya tidak ijinkan Kienan untuk melakukan apapun. Mommy Kiara sendiri yang bertugas mengurusi Tegar.Ziya dapat merasakan kalau interaksinya bersama Tegar berkurang banyak, makanya dia ingin mengendong anaknya itu. “Tegar, sama Bunda, ya?” ucapnya sambil mengulurkan tangannya agar dapat diiraih olenya.Kienan yang mendengar itu tidak tinggal diam, segera dia menghampiri Ziya dan mengendongnya. “Mas, koq aku digendong?” protes Ziya.Kienan mendudukan Ziya di sofa. “Bunda, tunggu di sini saja ya! Biarkan Ayah yang berkemas dan kita akan pulang setelahnya, oke!” ucapnya lalu mencuri ciuman di bibir Ziya sebelum melanjutkan aktivitasnya lagi.“Iya, sayang. Biar Tegar bisa dekat sama Mommy juga kan!” sahut Kiara yang dari tadi memperhatikan kedua orang ini salin

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-21
  • Cinta karena Balas Dendam   78. Aku Bukan Untukmu

    Sadar diperhatikan oleh Kienan, Martin buru-buru meralat ucapannya itu, “Ah, maksud saya Tegar sudah saya anggap seperti cucu sendiri. Bian mencintai Ziya, jadi pasti Bian juga menyayangi Tegar dan saya hanya melakukan yang putra saya lakukan.”Sebenarnya jawaban Martin tidak tepat buat Kienan namun karena ingin segera menyelesaikan permasalahannya, Kienan memilih tidak peduli dengan ucapan itu. “Asal jangan anggap Tegar seperti cucu Anda sendiri karena ... Tegar adalah cucu Mommy saya,” sahut Kienan sinis.“Mas ...!” panggil Ziya lembut. Seakan paham arti panggilan itu, Kienan memilih tidak memperpanjangnya.“Kamu yakin mau masuk, sayang?” tanya Kienan sekali lagi, melihat wajah Ziya yang sedikit pucat.“Mas, aku hanya cemas saja. Asalkan kamu di samping aku, aku akan kuat.”“Oke.”Satu tangan Kienan menuntun istrinya dan tangan yang lain membuka handle pintu kamar ters

    Terakhir Diperbarui : 2022-04-21

Bab terbaru

  • Cinta karena Balas Dendam   87. Benci dan Cinta (END)

    “Ini surat wasiat yang saya bilang sama kamu, Ziya,” Pak Dirman memberikan map berwarna coklat di hadapan Ziya.“Isinya apa, Pak?”“Bukalah dulu, nanti kalau ada yang tidak jelas saya jelaskan!” perintah Pak Dirman.Ziya menoleh ke arah Kienan dan mendapatkan anggukan pelan dari suaminya tersebut. Gadis itu mulai membuka dan membaca dengan detail lalu tiba-tiba menutup mulutnya karena kaget. Kienan yang mulai binggung mengambil alih map tersebut. Setelahnya tersenyum tipis.“Kamu, koq gak kaget, Mas?”“Saya dan Pak Kienan sudah tahu penyebab Pak Zain melakukan itu,” sindir Pak Dirman dengan tersenyum.Ziya menatap aneh pada suaminya itu seakan meminta penjelasan.“Ziya, biar saya jelaskan saja!” ucap Pak Dirman yang langsung mengalihkan atensi Ziya.Lalu Pak Dirman mulai menjelaskan yang seperti dijelaskan suami tadi malam. Ziya mengangguk-anggukan kepalany

  • Cinta karena Balas Dendam   86. Istri Yang Manja

    Sesuai pembicaraan dengan Kienan, Ziya akan mendatangi tempat mantan pengacara sang Papa. Sekedar ingin mengetahui apa yang belum dia tahu. Kienan sebenarnya akan ikut mengantarkan istrinya itu, namun karena ada meeting yang tidak bisa ditunda akhirnya Ziya batal pergi.“Mas, aku berangkat sendiri bisa koq!” rengek Ziya pada sambungan telepon pada Kienan. Rasa penasaran sudah membuncah begitu tahu suaminya membatalkannya dia sangat kecewa.“Mas, bilang jangan ya jangan. Kamu bandel amat sih!” jawab Kienan dengan sedikit teriak karena Ziya membantah ucapannya.“Mas, ih ... jahat banget sampai bentak-bentak aku. Ya sudah nanti kamu tidur di kamar tamu saja, aku lagi males ketemu kamu!” putus Ziya hendak menutup ponselnya.“Iya, iya deh!” sela Kienan cepat yang membuat Ziya menyungingkan senyum.“Kenapa? Takut ya, tidur sendiri,” cibir Ziya sembari tertawa terbahak.Kienan tidak menjaw

  • Cinta karena Balas Dendam   85. Ziya Pemuas Kienan

    Ternyata tanpa disadari, waktu sudah menjelang Subuh mereka baru menyelesaikan acara mandinya. Yang pada akhirnya tidak tidur karena menunggu sholat Subuh sekalian. Kedua pasangan suami istri itu memanfaatkan waktu yang ada itu untuk mengobrol, duduk di atas ranjang sembari menyandarkan punggungnya.“Mas ...”“Hm.”“Memang sejak kapan kamu tahu kalau Kak Zoya selingkuh?” tanya Ziya tiba-tiba karena dia penasaran akan hal itu.Kienan menghela napas panjang, sebenarnya dia telah menutup masalah itu tapi kalau melihat Ziya seperti itu pasti dia tidak akan berhenti bertanya. Masih bertahan dengan diam membuat Ziya menoleh untuk melihat wajahnya.“Mas, koq gak dijawab sih?” tutur Ziya ketus sambil memalingkan wajahnya menjauh dari Kienan.Kienan memiringkan posisi duduknya agar bisa melihat wajah Ziya yang kesal itu. Sambil tersenyum pria itu berkata. “ Sebenarnya, sudah Mas tutup masalah itu,

  • Cinta karena Balas Dendam   84. Menuntaskan Rasa

    Ziya beranjak turun dari atas meja tapi Kienan menahannya. “Hey, mau ke mana?” tanyanya dengan alis mengerut.“Mau bersihin beling itu, Mas.”“Udah, gak usah. Mas saja kamu makan saja,” ucap Kienan seraya menekan bahu Ziya untuk duduk kembali di bangku yang sudah dia siapkan.“Ta-”“Duduk atau kita lanjutan yang tadi di sini sekarang?” ancam Kienan tidak memberi kesempatan Ziya untuk menyelesaikan ucapannya.Ziya menghela napas lalu menuruti ucapan suaminya itu. Mulai menyendokkan nasi dan lauk sedangkan Kienan mulai mencari keberadaan alat kebersihan untuk membersihkan pecahan gelas itu.Kienan pasti tidak akan membiarkan Ziya melakukan pekerjaan itu karena sebentar lagi istrinya itu akan memberi kepuasan padanya. Lelaki itu sampai tersenyum sendiri mengingat kejadian yang sudah berlalu beberapa menit yang lalu. Terlalu bersemangat ketika mendapatkan lampu hijau dari Ziya.Z

  • Cinta karena Balas Dendam   83. Bercinta Dengan Tembok

    “Masuk, yuk!” ajak Kienan setelah mengurai pelukannya. Ziya memluk lengan suaminya itu mengikuti langkah Kienan untuk masuk dan berjalan menuju kamarnya di lantai dua. Namun di sela-sela perjalananya Ziya masih belum puas karena belum mendapatkan jawaban dari suaminya.“Mas ....”“Hmm.”“Maaf,” ucap Ziya dan menghentikan langkahnya ketika di depan pintu kamar.Kienan terlihat acuh dan tidak membahas permintaan maaf istrinya. “Mas, mandi dulu ya. Nanti bicara lagi,” sahut Kienan sambil menutup mulutnya setelah menguap. Rupanya rasa ngantuknya kembali datang.Sampai di dalam kamar, Kienan langsung masuk ke dalam kamar mandi sedangkan Ziya menuju lemari untuk mengambilkan baju tidur Kienan. Dia sengaja mengambil piyama yang sama dengan dirinya. Senyum mengembang dari bibirnya tidak sabar melihat Kienan mengenakan piyama couple dengannya.Setelah hampir sepuluh menit, pintu kamar mandi

  • Cinta karena Balas Dendam   82. Menghindari Ziya (II)

    Saat ini Ziya hanya menemani Tegar saja hingga kebosanan menderanya. Namun karena ada Mbak Lastri juga menemaninya, jadi tidak terasa sekali.Sambil menunggui Tegar yang sedang rebahan di lantai beralaskan karpet, Ziya dan Mbak Lastri saling bercerita. Tentang banyak hal. Dari masa kecil Mbak Lastri, kehidupannya di kampung dan sejak bekerja di rumah ini.Sedangkan Kiara sedang ada di luar rumah karena ada pertemuan dengan teman-temannya. Teman yang bagaimana juga Ziya tidak paham.Mbak Lastri mulai bercerita saat Ziya meninggalkan akad nikah waktu itu. Bagaimana perasaan dan semua kesedihan Kiara karena Lastri juga ikut menunggui di rumah sakit, apalagi saat Dokter berkata kalau detak jantung Kienan sempat menghilang. Kiara seperti orang gila yang tidak ingin kehilangan putranya.Seminggu setelah Kienan dinyatakan sehat dan keluar rumah sakit, masalah datang lagi di perusahaannya yang mengakibatkan Kienan harus masuk di ruang ICU lagi. Setahu Lastri masa

  • Cinta karena Balas Dendam   81. Menghindari Ziya (I)

    Sejak keluar dari rumah pagi-pagi dan memilih kantor untuk sekedar menenangkan dirinya yang sedang berkecambuk dalam kekesalan, Kienan belum juga melakukan apa-apa.Ya, Kienan sengaja berangkat ke kantor di pagi butanya, bahkan belum ada karyawan yang datang. Ketika di depan pintu masuk, seorang security juga terkesiap dengan kedatangan Bos nya yang tidak seperti biasanya. Setelah menyapa dan tersenyum, Arifin-security bersikap sewajarnya padahal dalam hatinya bertanya-tanya apa yang membuat sang Bos datang sepagi ini, jam menunjukkan masih pukul 06.00 dan jam kerja dimulai pukul 08.00.Kienan berjalan menuju ruangannya dengan tersenyum getir. Harusnya dia menikmati malam pengantinnya tapi belum-belum sudah ditolak oleh Ziya. “Mengenaskan!” batinnya sambil terus berjalan melewati pantry.Mendadak lelaki itu berhenti, memandang sebentar ruangan dengan pintu terbuka tersebut. Belum ada orang untuk di mintai tolong tapi dia ingin meminum yang hangat-han

  • Cinta karena Balas Dendam   80. Penolakan Ziya

    “Nih, buat kamu!”Kienan menyodorkan amplop persegi panjang yang tadi ada di atas kasur, di sebelah taburan bunga.“Ini, apa, Mas?” tanyanya heran dengan alis terangkat.“Mau tahu? Buka dong!”Dengan ragu, Ziya membukanya dan saat matanya melihat isinya. Gadis itu terperangah sambil menutup mulutnya sendiri. Sungguh, ini adalah keinginannya sejak lama tapi belum bisa terwujud. Ini adalah kebahagiaan yang tidak ada tandingannya.“Gimana, kamu suka?”“Mas, bagaimana aku harus membalas kebaikanmu ... aku tidak bisa membayar semua kebaikanmu!”Kienan tersenyum melihat Ziya bahagia membuatnya juga merasakan lebih kebahagiaannya. Kedua tangannya teralih untuk mengusap wajah Ziya. Menyapu sekilas bibir istrinya itu lalu mulai mendekatkan bibir keduanya sebelum berucap “Tetaplah di sampingku, apapun yang terjadi.”***Ziya terbangun oleh suara alarm di ponse

  • Cinta karena Balas Dendam   79. Pulang ke Rumah

    Ziya termenung, pandangannya hanya lurus ke depan. Memandang jalanan yang semakin ramai karena kondisi jam pulang kerja. Sementara Kienan yang sedang berada di sampingnya, hanya bisa sesekali melirik untuk melihat apa yang dilakukan istrinya itu tanpa mau menegur atau mengajaknya berbicara. Memberikan waktu sejenak untuk Ziya.Setelah drama tangis-tangisan itu, Kienan langsung membawa Ziya keluar, meninggalkan rumah sakit. Mengabaikan semua yang terjadi dan menganggapnya tidak terjadi apa-apa, itulah yang dilakukan suami dari Ziya dan menempatkan itu sebagai mimpi buruk saja.Kienan terhenyak, saat mendapati air mata istrinya itu jatuh di pipinya sedang Ziya sendiri seperti tidak peduli dengan hal itu. “Sayang, sudah ya, Mas jadi khawatir kalau kamu seperti ini.”Ziya menoleh pada Kienan dan menatapnya dengan sendu. Ada banyak yang dia rasa saat ini dan dia sendiri tidak tahu harus melakukan apa. “Mas, aku binggung ... bahkan kalau bisa aku min

DMCA.com Protection Status