All Chapters of Istri Tawanan CEO: Chapter 301 - Chapter 310

662 Chapters

Donor Darah

“Tidak apa-apa Nona, itu menjadi tugas saya,” balas Jenny menekan tombol lift khusus direktur.“Selamat menikmati hari Nona,” ucap Jenny membungkuk hormat ketika Aria masuk ke dalam lift.“Terima kasih Jenny.”Dan kemudian pintu lift tertutup dan membawa Aria ke lantai dasar.Dia berada di dalam lift sambil melirik jam tangannya. Ini seharusnya waktu makan siang namun Aria pulang lebuh awal dari pada karyawan lain.Dia tidak sabar ingin menghabiskan waktunya bersama anak-anaknya. Dia merasa bersalah karena terlalu sibuk beberapa waktu ini hingga jarang menghabiskan waktu bersama si kembar.Ponsel di tasnya tiba-tiba berdering. Aria mengeluarkan ponselnya dan melihat nomor tak dikenal meneleponnya. Namun dia tetap menjawab panggilan tersebut.“Halo ....”“Nona Aria, maafkan saya menghubungi Anda tiba-tiba. Saya dari rumah sakit ingin mengabari tentang kondisi Tuan Stefan. Ini sangat mendesak.”Wajah Aria berubah datar.“Aku sudah memberi jawaban melalui asistenku. Hubungi asistenku jik
Read more

Penyesalan Stefan

Hati Stefan penuh penyesalan dan rasa bersalah ketika mengingat masa-masa ketika Delia masih hidup. Istrinya tengah hamil putranya begitu mencintai dan menghormatinya. Putri kecilnya yang manis menatapnya menatap dengan tatapan memuja.Dulu mereka adalah keluarga kecil yang bahagia sampai semuanya berubah ketika Delia meninggal dan melahirkan putra yang penyakitan.Emily mulai mengganggu untuk masuk ke keluarga Crowen dan meracuni otaknya untuk mengambil harta Delia. Hati Stefan terpengaruh ketika mengingat dia direndahkan karena bergantung pada istrinya.Dia mulai membenci Aria dan Ramus karena menganggap mereka sebagai ancaman yang akan mengambil harta Delia darinya.Ketika kondisi menjadi seperti ini, Emily dan Melissa yang selalu mengaku menghormati dan menyayanginya berbalik meninggalkannya. Memaksanya untuk menyerahkan perusahaan Quin. Bahkan sampai saat ini mereka tidak pernah muncul di depannya ketika dia sakit untuk menghiburnya.Hanya putri yang selalu diabaikannya yang berd
Read more

Hiburan Delin

Tubuh Stefan menegang. Dia menatap Aria dengan tatapan nanar.Aria menegakkan tubuhnya dengan ekspresi acuh tak acuh sebelum keluar dari kamar rawat Stefan.Aria keluar dari lift melewati lobi rumah sakit yang penuh dan menuju pintu keluar.Ketika dia berada di luar, Aria menghirup udara seolah telah lama mencari udara bebas.Setitik air mata mengalir di pipinya.Ramus, aku akhirnya membalas rasa sakitmu. Aku harap kamu tidak sakit di atas sana.Langit sudah mulai berubah senja.Aria menunduk dan menghapus air matanya melihat sudah berubah senja.Dia tidak menyadari hari sudah petang.Aria tiba-tiba teringat sesuatu dan melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 17:35“Ya, ampun aku melupakan anak-anakku!” ujarnya panik dan hendak mencari taksiTiba-tiba mobil Van yang biasa digunakan untuk mengantar-jemput si kembar berhenti di depannya.Pintu kaca terbuka dan wajah seorang pria tampan muncul dan mengedipkan sebelah matanya pada Aria.“Sayang, butuh tumpang?”“Dario ... menga
Read more

Wahana Bermain

“Dixon ....”Aria tersadar ketika melihat putranya duduk menyendiri di dekat jendela di sebelah Dario.Dia mendekat untuk melihat putranya lebih dekat.“Dixon, apa kamu juga ingin pergi bersama ke taman bermain?”Dixon menoleh dan menjawab datar.“Terserah Ibu. Aku ikut saja.” Setelah mengatakan itu dia membuang muka ke arah jendela tanpa menoleh lagi.Aria mengerutkan keningnya dengan ekspresi khawatir. Dia merasa putranya terlihat tidak bahagiaDia membuka mulutnya ingin menanyakan keadaan Dixon ketika Dario tiba-tiba memotong.“Masuklah, apa kamu ingin terus berdiri di luar?”Aria menoleh menatap Dario.“Mengapa kamu tidak naik mobilmu sendiri alih-alih menumpang di mobil anak-anak.”“Mobil ini sangat nyaman didekorasi khusus untuk kenyamanan anak dan sangat luas. Aku suka di sini, terutama bersama putriku,” katanya mengelus rambut Delin sambil mengedipkan matanya pada Aria.Aria berdecak.“Kamu membuat dalam mobil menjadi sempit, pindahlah ke bangku depan. Aku ingin bersama-sama a
Read more

Ayah

Dixon langsung mendongak dan segera membuang muka.“Tidak mau. Aku mau sama Ibu!” ujarnya ketus sambil melipat tangan di depan dada.“Tapi ibumu bersama Delin.”Dixon segera melihat ke arah Aria dan Delin. Sepasang ibu dan anak itu tengah naik bom-bom car dengan gembira.Mukanya cemberut.“Aku akan nunggu giliran bersama Ibu.” Dia mendengus melirik Dario ujung mata.Dario mengedik bahu acuh tak acuh sambil memasukkan tangannya ke dalam saku celana.“Oke.” Dia tidak berusaha membujuk putranya dan menunggu di sebelahnya dengan santai tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Wajah Dixon berkerut semakin cemberut. Namun terlalu gengsi untuk merajuk pada ayahnya. Dia hanya mendengus sambil membuang muka.Sepasang ayah dan anak itu berdiri di pinggir pembatas wahana bom bom car menonton Delin dan Aria bersenang-senang.Aria tersenyum lebar melambaikan tangannya pada mereka.“Cepat kemari Dixon! Di sini seru!”Di sebelahnya Delin juga melambai dengan senyum lebar. Mereka sangat bersenang-senang.
Read more

Keluarga Empat orang

Aria melihat Dixon dan Dario menuju ke arah mereka dengan bersemangat dan menabrak mereka dari belakang menyebabkan guncangan.“Ah, jahat!” seru Aria sementara Delin terkikik.Dario dan Dixon menyeringai sebelum memutar kemudi berbalik melarikan diri.“Delin ayo balas dendam!” Aria membalik mobil dan mengejar mereka untuk membalas dendam.Delin berseru memberi semangat dan menunjuk Dixon dengan marah.Dixon menjulurkan lidahnya mengejek saudari kembarnya dan berseru pada Dario.“Cepat! Cepat! Mereka mengejar kita!”Dario dengan memutar menghindari kejaran Aria namun mereka bertabrakan dengan pasangan ayah dan anak lain.Aria dan Delin tertawa di belakang mereka sebelum menabrak bom bom car mereka dari samping dan mundur untuk kabur.Sementara bom bom car Dario dan Dixon mogok.“Kamu payah Ayah!” gerutu Dixon.Dario tersinggung.“Hey, ayahmu ini pernah mengendarai mobil di masa muda loh.”“Tidak percaya. Kamu saja tidak bisa mengemudi bom bom car,” kritik Dixon.“Hmph, lihat saja ayahm
Read more

Daster

Dario membaring Dixon dengan hati-hati di atas tempat tidurnya. Anak itu cepat tertidur saat perjalanan pulang.Dia melepaskan sepatu dan kemeja biru hingga hanya menyisakan Dixon tidur dengan kaos dalam putih agar dia bisa tidur nyenyak. Kemudian dia menarik selimut untuk menutupi tubuh Dixon.Dario duduk sejenak di samping tempat tidur dan mengamati wajah putranya.Dia mengingat saat mereka bersenang-senang di taman bermain. Hati Dario penuh kebahagiaan saat mengingat Dixon pertama kali memanggilnya ayah.Dia mengulurkan tangannya mengelus wajah mungil Dixon yang tertidur nyenyak. Dixon memiliki hidung mancung nan tegas seperti dirinya. Alis dan matanya mirip dengannya. Dia benar-benar seperti cetak biru Dario ketika masih kecil. Kecuali bibir mungilnya yang mirip Aria.Dario masih tidak mempercayai putra dan putrinya akan sebesar ini. Mereka tumbuh tanpa dirinya membawa banyak penyesalan pada dirinya karena tidak bisa menyaksikan saat merekan dilahirkan dan tumbuh menjadi anak-anak
Read more

Wine

“Apa yang kamu lakukan?” Wajahnya terasa panas dan aroma jantan Dario membuainya membangkitkan sesuatu dalam tubuhnya.“Menurutmu apa?” Dia menekan tubuh Aria. Matanya segelap malam menatapnya panas. Dia menunduk menatap bibir mungil Aria yang basah. Dia menjilat bibirnya kering.Aria melihat gairah di mata lelaki itu. Dia merasakan jantungnya berdegup kencang. Napas ya terengah-engah. Ketika pria itu menunduk hendak mencium bibirnya, dia memejam matanya.“Ibu Delin merobek bukuku.”Sebuah suara tiba-tiba menghancurkan momen tersebut. Aria spontan mendorong Dario menjauh dan melihat ke arah tempat tidur Dixon.Dia melihat putranya masih tertidur nyenyak namun bibirnya tampak mengeluarkan suara gumaman. Dixon tampak sedang bermimpi bertengkar lagi dengan Delin.Aria menghela lega. Dia akan malu setengah mati jika putranya melihat berciuman di pintu kamarnya.Dia menoleh ke arah Dario. Pria itu tidak mengucapkan sepatah kata, namun matanya menatap Aria semakin intens. Dia terlihat seda
Read more

Penggoda

“Apa kamu tidak berniat membantu sama sekali?! Jika tidak, kamu bisa pulang sekarang!” geramnya melipat tangannya di depan dada dengan ekspresi kesal.Dario langsung menegak dan mendekatinya, mengurung tubuhnya dengan lemari dan tubuhnya.“Maaf, aku tidak bisa menahan diri.” Dia mengedipkan sebelah matanya.Tanpa melepaskan pandangannya dari Aria, dia mengangkat tangannya untuk menggapai pintu lemari bagian atas untuk mengeluarkan botol wine dan menyerahkan botol wine pada wanita itu.“Sudah, puas?” Dia tidak menyingkir dari tempatnya dan tetap mengurung Aria dengan tubuhnya. Dia tidak lupa meletakkan tangannya di pantat Aria.Aria tidak bisa berkata-kata dan mendorong dada Dario menjauh sambil menggertak gigi.“Mesum!” Dia dengan gusar berpindah ke meja kitchen dan menuangkan wine ke dalam gelas wine.Alih-alih memberikannya pada Dario, dia meminumnya seperti air dingin seperti tadi.Dia langsung menjulurkan lidahnya.“Pelan-pelan, kamu akan cepat mabuk jika minum seperti itu.” Dario
Read more

Keinginan yang Gatal

Dario sesaat terkejut dengan inisiatif Aria. Bibir wanita itu menciumnya dengan penuh semangat dan gairah yang tak kalah panas dengan Dario.Dario menyeringai menatap wajah Aria dengan tatapan gelap sebelum membalas tak kalah panas. Dia mendorong punggung Aria ke meja kitchen dan mencium bibirnya bernafsu. Tangannya meraba pundaknya dan menarik turun kardigan yang menutupi pundaknya hingga memperlihatkan bahunya yang seputih susu.Dia melepaskan bibirnya untuk melihatnya sejenak. Tatapannya sangat panas menatap bahunya seputih susu di gantung tali spaghetti tipis.Aria tersipu dengan tatapan panasnya dan menyelipkan anak rambutnya ke telinga.Dario mencium pundaknya dan bergerak ke leher jenjang meninggalkan tanda merah kepemilikannya.“Kamu sangat indah,” bisiknya serak di telinga Aria dan menghembuskan napas kasar. Wajahnya terbenam di lekukan leher Aria dan mencumbu lehernya bergairah. Tubuhnya menggosok tubuh lembut Aria dan menekannya ke meja kitchen.Tangannya naik untuk meremas
Read more
PREV
1
...
2930313233
...
67
DMCA.com Protection Status