“Apa kamu tidak berniat membantu sama sekali?! Jika tidak, kamu bisa pulang sekarang!” geramnya melipat tangannya di depan dada dengan ekspresi kesal.Dario langsung menegak dan mendekatinya, mengurung tubuhnya dengan lemari dan tubuhnya.“Maaf, aku tidak bisa menahan diri.” Dia mengedipkan sebelah matanya.Tanpa melepaskan pandangannya dari Aria, dia mengangkat tangannya untuk menggapai pintu lemari bagian atas untuk mengeluarkan botol wine dan menyerahkan botol wine pada wanita itu.“Sudah, puas?” Dia tidak menyingkir dari tempatnya dan tetap mengurung Aria dengan tubuhnya. Dia tidak lupa meletakkan tangannya di pantat Aria.Aria tidak bisa berkata-kata dan mendorong dada Dario menjauh sambil menggertak gigi.“Mesum!” Dia dengan gusar berpindah ke meja kitchen dan menuangkan wine ke dalam gelas wine.Alih-alih memberikannya pada Dario, dia meminumnya seperti air dingin seperti tadi.Dia langsung menjulurkan lidahnya.“Pelan-pelan, kamu akan cepat mabuk jika minum seperti itu.” Dario
Dario sesaat terkejut dengan inisiatif Aria. Bibir wanita itu menciumnya dengan penuh semangat dan gairah yang tak kalah panas dengan Dario.Dario menyeringai menatap wajah Aria dengan tatapan gelap sebelum membalas tak kalah panas. Dia mendorong punggung Aria ke meja kitchen dan mencium bibirnya bernafsu. Tangannya meraba pundaknya dan menarik turun kardigan yang menutupi pundaknya hingga memperlihatkan bahunya yang seputih susu.Dia melepaskan bibirnya untuk melihatnya sejenak. Tatapannya sangat panas menatap bahunya seputih susu di gantung tali spaghetti tipis.Aria tersipu dengan tatapan panasnya dan menyelipkan anak rambutnya ke telinga.Dario mencium pundaknya dan bergerak ke leher jenjang meninggalkan tanda merah kepemilikannya.“Kamu sangat indah,” bisiknya serak di telinga Aria dan menghembuskan napas kasar. Wajahnya terbenam di lekukan leher Aria dan mencumbu lehernya bergairah. Tubuhnya menggosok tubuh lembut Aria dan menekannya ke meja kitchen.Tangannya naik untuk meremas
Dario menggeram dengan suara berat melepaskan bibir Aria. Dia menatap wanita itu dengan mata berkabut gairah dan nafsu.“Aku ingin melakukan ini sejak dulu dan bermimpi bercinta denganmu dengan keras,” bisiknya terengah-engah di leher Aria, menyodok bagian intim mereka yang terpisah selembar kain tipis celana dalam Aria.Wajah Aria semakin merah. Dia menggigit bawahnya yang bengkak dan basah.Dia memeluk leher Dario dan berbisik malu-malu.“Kamarku ....”Dario menatapnya dengan tatapan gelap nan panas sebelum menyeringai mencium bibirnya penuh gairah.“Kaitkan kakimu ....”Aria langsung mengaitkan kedua kakinya di pinggang kokoh Dario ketika pria itu tiba-tiba mengangkat tubuhnya.Tanpa melepaskan ciuman panas mereka, Dario menggendong Aria tergesa-gesa meninggalkan dapur menuju kamar Aria.Untunglah rumah Aria tidak terlalu besar menghemat usaha Dario menuju kamarnya.Dario membanting pintu kamar Aria dengan kakinya sebelum tergesa-gesa menuju tempat tidurnya.Dia menurunkan tubuh Ar
Aria merengek menahan tangan nakal Dario di bagian intimnya. Sementara kejantanannya kembali berdiri menusuk perutnya.Dario menggeram menahan godaan tubuh lembut Aria dalam pelukannya.Tenang Dario, masih ada waktu lain.Dario berbaring miring menarik Aria dalam pelukannya dan mencium keningnya. Dia sangat puas berbaring di tempat tidur dengan wanita yang dicintainya.Aria menghela napas lega Dario tidak bertindak lebih jauh. Dia dengan senang hati meringkuk dalam pelukannya dan membenamkan wajahnya dengan nyaman di dada pria itu sambil memejamkan mata. Suara detak jantungnya berdetak seirama menenangkannya.Mata Aria terpejam hendak tidur ketika Dario berkata.“Aria ....”“Hhmm ....”“Menikahlah denganku.”Mata Aria yang terpejam langsung terbuka. Dia sesaat membeku menatap bidang Dario.Menikah? Dengan Dario?Aria mungkin dengan perasaannya pada Dario. Namun menikah dengannya, dia tidak terlalu yakin.Menikah bukan hanya sekedar saling mencintai, tapi menyatukan dua kehidupan dan k
“Jadi kumohon ... menikahlah denganku.”Mata Aria berkaca-kaca mendengar kata-kata pria itu. Namun ... dia masih ragu-ragu.Dia bahagia namun juga gelisah. Entah mengapa dia terpikirkan pada Hanna.“Tapi Hanna ....”Ekspresi Dario mengeras ketika mengingat tujuh tahun yang lalu Hanna mencelakai Aria dan membuatnya hampir kehilangan anak-anak mereka. Wanita itu melarikan diri dan menghilang ke luar negeri.Dia akan merasa lebih bersyukur jika Hanna tidak pernah kembali lagi.“Aria, Hanna sudah lama menghilang sejak dia mendorong ke kolom. Dia membuat rencana untuk mencelakaimu dan kemudian menghilang. Aku berharap dia tidak pernah kembali.” Suara Dario menjadi rendah dan dingin di bagian akhir kalimatnya.Aria menggigit bibir bawahnya.“Semua salahku. Hanna pantas untuk marah dan mencelakaiku. Aku tidak seharusnya merebut kekasih dan tunangannya. Dia pasti jauh lebih membenciku saat itu,” ujarnya berkerut sedih.“Aria ....” Dario menghela napas menarik kepalanya ke dadanya, memeluknya
Cahaya matahari keluar melalui celah-celah tirai jendela, sedikit menerangi kamar yang gelap itu. di atas lantai berbagai pakaian terletak berserakan. Di atas tempat tidur dua insan terjerat tanpa sehelai benang pun kecuali selimut yang menutupi tubuh mereka.Tok,tok, tok.Terdengar suara ketukan di pintu.Dario mengernyit terganggu dalam tidurnya, dia mengubah posisi tidurnya dan merasakan tubuh mungil nan lembut dalam pelukannya. Dia membuka matanya sedikit menatap sosok wanita tertidur dalam pelukannya tanpa sehelai benang pun. Sudut bibirnya melengkung mengingat aktivitas semalam mereka di atas tempat tidur.Mereka berhenti ketika fajar dan baru tidur satu jam.Dario menarik Aria semakin erat dalam pelukannya untuk merasakan kehangatan tubuhnya yang lembut dan kembali memejamkan matanya, mengejar waktu tidur.Namun ketukan di pintu sekali lagi mengganggu ketenangan tidurnya.Dia dapat merasakan Aria bergerak pelan sebelum memeluk tubuh Dario dengan nyaman tanpa membuka matanya. Di
Usai mengantar si kembar Dario meminta Haris untuk membatalkan semua jadwalnya hari dan mengambil cuti. Setelah itu menghubungi asisten Aria, Jenny untuk menangani semua urusan pekerjaan Aria karena dia akan cuti kerja hari.“Maaf Tuan, saya melaksanakan perintah Nona Aria, bukan Anda. Tanpa perintah Nona Aria, saya tidak melaksanakan perintah Anda. Anda bukan atasan Saya,” balas Jenny ketika dihubungi tiba-tiba oleh Dario.“Bosmu sedang tidak enak badan hari ini dan tidak bisa masuk kerja hari ini, karena itu aku menghubungi untuk menangani semua urusan kantor.”Jenny berkerut curiga menatap layar komputer, lalu melirik jam di dinding sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Dia sudah menunggu Aria di kantor untuk menyerahkan laporan, namun sang bos belum juga masuk kantor.Ini sangat tidak biasa hingga membuatnya khawatir, Aria juga tidak bisa dihubungi.Malah Dario, yang seharusnya diwaspadai karena hubungan buruk dengan bos justru menghubunginya untuk menangani urusan kantor Aria.“Ap
Dia tidak menemukan Dario di sebelahnya. Kamarnya sudah dirapikan dan pakaiannya dilipat di atas meja nakas. Namun dia tidak menemukan pakaian Dario. Mungkin pria itu sudah pergi bekerja, pikir Aria melirik jam atas meja sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Dia mengusap kepalanya yang sakit. Tidak pernah dia bangun terlambat serta melupakan tugasnya mengurus anak-anak dan bekerja. Aria menggerutu menyalahkan semuanya pada Dario karena membuatnya begadang sampai fajar. Pria itu pasti pergi bekerja dengan suasana hati yang baik. Aria merenggangkan tubuhnya malas dan mengeluh pegal di mana-mana. Dia mengenakan dasternya yang terlipat di atas meja nakas, namun dia tidak menemukan celana dalamnya. Aria mengangkat bahu tidak peduli dan mengambil celana dalam baru dari lemarinya sebelum keluar dari kamarnya. Rumahnya sepi, anak-anak sudah berangkat ke sekolah. “Bibi, apa masih ada sarapan?” Aria berjalan menuju dapur dengan setengah mengantuk. Dia bahkan belum mencuci wajah. “Kamu s
Regina tersenyum melihat mereka selalu bertengkar. Seluruh anggota keluarga Clark berkumpul di kamar rawatnya untuk menyambut anggota baru keluarga Clark.Delin dan Aria menggoda bayi di pelukannya, sementara ayah mertuanya duduk santai di sofa mengupas apel.“Apa kamu sudah memikirkan anak untuk bayinya?” Aria bertanya dengan lembut menatap cucunya penuh cinta.Dixon dan Regina saling pandang tersenyum mengalihkan pandangannya pada Dario yang menyendiri di sofa.“Kami belum memikirkannya, tapi bagaimana kalau ayah yang memberi nama?” kata Regina.Dia mendengar dari Dixon ayah mertuanya tidak pernah membesarkan Dixon dan Delin sejak bayi. Dia bahkan tidak memberi mereka nama karena masalah hubungan orang dewasa. Dia bahkan tidak diberi kesempatan untuk menyaksikan pertumbuhan dan memberi nama bayi yang hilang setelah dilahirkan Aria.Suasana menjadi sunyi. Aria tersenyum menatap suaminya lembut.“Sayang, bagaimana menurutmu?”Dario kaku duduk di sofa dan menatap bayi di pelukan Regin
“Aku tahu sayang, aku tahu kamu kuat. Kita harus berjuang demi anak kita.”“Aku tidak memiliki anak lagi ....” Regina mendesis kesakitan meremas kuat tangan Dixon.“Iya, kita tidak akan memiliki anak lagi. Kamu sangat penting bagiku.” Dixon akan menyetujui apa pun yang minta Regina. dia mengusap wajahnya yang berkeringat memberinya kekuatan dan dukungan.Mereka cukup memiliki satu saja. Dia hanya membutuhkan Regina.“Nyonya, ayo dorong lagi. Kepala bayinya mulai kelihatan ....” Dokter yang menangani persalinan Regina memberitahu mereka.Dixon gembira dan mencium pipi istrinya.“Sayang, kamu dengar itu? Bayi kita akan segera keluar. Aku akan menemanimu di sini, ayo berjuang sayang dan mendengar tangisan bayi kita,” Dixon memberi istrinya semangat sambil melap keringat di wajahnya.“Nyonya Regina, mari ambil napas dalam-dalam sekarang. Bernapaslah, hembuskan dan dorong ,...” Dokter membimbingnya.Regina menarik napas dalam-dalam mengumpul tenaganya yang tersisa. Kehadiran Dixon di sisin
Delapan bulan kemudian, Regina di dorong ke ruang bersalin. Dia akan melahirkan sebelum perkiraan jatuh tempo. Seluruh anggota keluarga Clark sudah menunggu di depan ruang operasi dengan cemas, hanya satu orang yang kurang, yaitu Dixon.Teriakan Regina terdengar dari ruang bersalin hampir setengah jam. Aria berjalan bolak-balik di depan ruang bersalin cemas, sementara Dario menatap istrinya dengan tegang. Kedua pasangan itu sangat cemas. Aria mengkhawatirkan Aria sementara Dario tegang karena memikirkan insiden istrinya melahirkan anak mereka yang ketiga meninggal saat setelah dilahirkan.Dario yang biasa tenang mau tak mau menjadi gugup dan takut. Mereka sangat menantikan bayi lahir di keluarga Clark setelah dua puluhan tahun.“Delin, apa kamu sudah menghubungi Dixon?” Aria bertanya cemas karena belum juga melihat putra datang. Aria berjuang di dalam untuk melahirkan keturunan keluarga Clark, tapi sang suami tidak ada untuk menemaninya.“Tenang, Bu. Aku sudah memberitahu Dixon
Dixon memelototinya dan berkata dengan dingin. “Ibu tidak perlu repot. Aku akan sendiri akan melakukannya.”“Oh benarkah? Apa hatimu tidak sakit?” Delin terlihat tidak percaya.Regina juga menatapnya namun tidak mengatakan apa pun. Namun sorot matanya memiliki arti yang dengan ucapan Delin.“Aku bilang akan mengurusnya. Aku tidak ada hubungan apa pun lagi dengan Freya!” balas Dixon menggertakkan gigi.“Sudah cukup, jangan bertengkar.” Aria melerai pertengkaran putra putrinya.Dia meraih tangan Regina dan bertanya khawatir. “Regina, bagaimana keadaanmu? Apa kamu terluka?” Dia bertanya cemas dan menatap perut Regina.Dia mengingat Georgina mendorong Regina ke lantai. Regina mengandung cucu keluarga Clark dan takut dia mengalami keguguran.“Dixon, cepat bawa istrimu periksa ke dokter!” Aria panik. Bagaimana ini bayi keluarga Clark yang paling dinantikan.“Ibu, jangan khawatir, aku baik-baik saja.” Aria menenangkan ibu mertuanya. Dia tidak merasa perutnya sakit atau berdarah di area bawah
“Hari ini kamu menjambak Regina, aku akan membuat rambut Freya dicukur habis. Kamu menampar Regina, akan menampar Freya ratusan kali. Kamu mendorong dan menendang Regina, aku akan menyuruh sekelompok orang memukul Freya sampai babak belur!” Ini pertama kalinya Aria sangat marah dan sakit hati atas penderitaan Regina karena memiliki ibu berdarah dingin seperti Georgina mengingatkannya pada saat dia di keluarga Crowen.Karena Georgina adalah ibu kandungnya, Regina dipaksa diam oleh keadaan dan tidak bisa melawan Georgina saat ditindas.Raut wajah Georgina berubah pucat dan ketakutan.“Ka ... kamu! Kamu tidak bisa menyakiti Freya!” serunya marah dan panik.Aria tersenyum dingin mendekatinya dengan langkah mengancam.“Aku bisa melakukannya! Aku akan melakukannya sekarang!”Tubuh Aria mungil hingga bisa dibandingkan dengan tubuh Georgina yang tinggi dan montok. Namun Georgina yang gemetar ketakutan mundur.“Aku tidak akan mengganggu Regina lagi! Jadi jangan mengganggu Freya!” Georgina han
Tapi melihat bagaimana Georgina memperlakukan Regina sangat jahat, sikapnya pada Regina berubah dan dia membela kakak iparnya.Georgina mengangkat dagunya angkuh dan tidak takut menghadapi keluarga Clark. dia bukan suaminya yang menjilat keluarga Clark. Dia sudah tidak peduli lagi dengan Harion jika dia menyinggung keluarga Clark. suaminya hanya peduli dengan keluarga Hadley dan menjual putrinya. Dia memiliki simpanan di luar dan anak laki-laki yang dia sembunyikan.Maka dia tidak akan menjaga keluarga Hadley dan tidak takut menyinggung keluarga besannya yang kuat.“Memang begini cara kami mendisiplinkan anak-anak di keluarga Hadley yang berbuat salah. kalian orang luar tidak usah ikut campur!”“Oh, begitu. Terus kenapa kamu tidak membawa Freya ke sini dan mendisiplinkannya dengan cara yang sama karena dia sudah membuat masalah dan mempermalukan Dixon! Kudengar dia dirawat di rumah sakit, aku akan menyeretnya ke sini dan melihat bagaimana kamu akan mendisiplinkannya!” cibir Delin.R
“Aku sudah pernah di posisiku. Aku tidak peduli apa yang terjadi dengan Freya. Dia menjebak suamiku di kamar hotel dan masih ingin aku menyerahkan suamiku padanya? Dialah yang menyebabkan semua ini terjadi. Dia kawin lari dengan pria lain dan menyebabkan keluarga Hadley jatuh. Dia harus menanggung konsekuensinya,” ujarnya tersenyum dingin.“Ibu bahkan jika kamu memaksaku meninggalkan Dixon dan menyerahkan suamiku pada kakakku demi membayar jasa melahirkanku, keluarga Clark tidak akan sudi menikahi Freya.”“Tidak ada gunanya kamu membuat keributan di sini dan mempermalukan keluarga Hadley. Jika ayah mendengar ini, ayah tidak hanya berurusan denganmu, tapi juga Freya.”Georgina menggertakkan gigi tidak bisa membantah ucapan Regina. dia sangat tidak menyukai putri ini dan semakin membencinya karena dia tidak berperasaan pada Freya. Dia tidak pernah memberi keuntungan apa pun pada keluarga Hadley tetapi juga menghancurkan hidup Freya. dia sangat berdarah dingin pada saudara perempuannya
Apa yang terjadi pada Freya sampai Georgina bersikeras agar dia bercerai dengan Dixon dan memberikan suaminya pada kakaknya.“Ibu, kamu konyol dan menggelikan. Kenapa aku harus memberikan suamiku pada kakakku? Bahkan jika aku bercerai, memangnya ibu pikir bisa memaksa Dixon menikahi kakakku?” cibirnya mencela.“Ibu tidak peduli! Kamu harus bercerai dengan Dixon dan membuat Dixon menikahi Freya!” Georgina tetap ngotot.Regina tertawa dan ingin menangis. Hanya ibu kandungnya yang bisa melakukan hal yang paling tak tertahankan dan tidak masuk akal.“Bu, kamu sangat tidak waras dan konyol. Atas dasar apa aku harus memberikan suamiku pada kakakku?!”Georgina mengangkat tanyanya memukul wajah Regina.“Aku yang melahirkanmu dan membesarkanmu! Kamu harus menurutiku! Bahkan jika aku menyuruhmu mati, kamu harus mati!”Regina menggertakkan gigi merasa sangat perih di pipinya. Di banyak penonton, dia tidak bisa membalas Georgina seperti yang dia lakukan pada Freya.Dia mengepalkan tangannya menat
“Aku tidak tahu apa yang terjadi pada Freya. aku di rumah sakit untuk pemeriksaan!”“Pemeriksaan? Kamu akhirnya punya penyakit?!” Georgina berharap Regina benar-benar punya penyakit dan dicampakkan keluarga Clark agar putri sulungnya bisa menggantikan dia sebagai istri Dixon.Apa itu sesuatu yang dikatakan ibu kandung pada anaknya? Georgina terlalu tak berperasaan.Ekspresi Regina tidak bahagia. Dia tahu ibunya sangat bias dan tidak menyayanginya sebagai ibu kandung. Tapi sebagai ibu kandungnya, dia sangat tidak berperasaan mengharapkan Regina punya penyakit.Setelah lama tidak bertemu dengan ibunya, ketidaksukaan ibunya menjadi lebih parah dan dia terlihat sangat membenci Regina.“Aku tidak akan memberitahumu,” balas Regina dingin tidak ingin membagi momen bahagia kehamilannya dengan ibu kandungnya.Dia meraih map cokelat besar yang ditinggal Aria di atas meja dan ingin meninggalkan kantin menghindari perkelahian dengan Georgina di depan banyak orang.“Siapa yang mengizinkan kamu per