“Jadi kumohon ... menikahlah denganku.”Mata Aria berkaca-kaca mendengar kata-kata pria itu. Namun ... dia masih ragu-ragu.Dia bahagia namun juga gelisah. Entah mengapa dia terpikirkan pada Hanna.“Tapi Hanna ....”Ekspresi Dario mengeras ketika mengingat tujuh tahun yang lalu Hanna mencelakai Aria dan membuatnya hampir kehilangan anak-anak mereka. Wanita itu melarikan diri dan menghilang ke luar negeri.Dia akan merasa lebih bersyukur jika Hanna tidak pernah kembali lagi.“Aria, Hanna sudah lama menghilang sejak dia mendorong ke kolom. Dia membuat rencana untuk mencelakaimu dan kemudian menghilang. Aku berharap dia tidak pernah kembali.” Suara Dario menjadi rendah dan dingin di bagian akhir kalimatnya.Aria menggigit bibir bawahnya.“Semua salahku. Hanna pantas untuk marah dan mencelakaiku. Aku tidak seharusnya merebut kekasih dan tunangannya. Dia pasti jauh lebih membenciku saat itu,” ujarnya berkerut sedih.“Aria ....” Dario menghela napas menarik kepalanya ke dadanya, memeluknya
Cahaya matahari keluar melalui celah-celah tirai jendela, sedikit menerangi kamar yang gelap itu. di atas lantai berbagai pakaian terletak berserakan. Di atas tempat tidur dua insan terjerat tanpa sehelai benang pun kecuali selimut yang menutupi tubuh mereka.Tok,tok, tok.Terdengar suara ketukan di pintu.Dario mengernyit terganggu dalam tidurnya, dia mengubah posisi tidurnya dan merasakan tubuh mungil nan lembut dalam pelukannya. Dia membuka matanya sedikit menatap sosok wanita tertidur dalam pelukannya tanpa sehelai benang pun. Sudut bibirnya melengkung mengingat aktivitas semalam mereka di atas tempat tidur.Mereka berhenti ketika fajar dan baru tidur satu jam.Dario menarik Aria semakin erat dalam pelukannya untuk merasakan kehangatan tubuhnya yang lembut dan kembali memejamkan matanya, mengejar waktu tidur.Namun ketukan di pintu sekali lagi mengganggu ketenangan tidurnya.Dia dapat merasakan Aria bergerak pelan sebelum memeluk tubuh Dario dengan nyaman tanpa membuka matanya. Di
Usai mengantar si kembar Dario meminta Haris untuk membatalkan semua jadwalnya hari dan mengambil cuti. Setelah itu menghubungi asisten Aria, Jenny untuk menangani semua urusan pekerjaan Aria karena dia akan cuti kerja hari.“Maaf Tuan, saya melaksanakan perintah Nona Aria, bukan Anda. Tanpa perintah Nona Aria, saya tidak melaksanakan perintah Anda. Anda bukan atasan Saya,” balas Jenny ketika dihubungi tiba-tiba oleh Dario.“Bosmu sedang tidak enak badan hari ini dan tidak bisa masuk kerja hari ini, karena itu aku menghubungi untuk menangani semua urusan kantor.”Jenny berkerut curiga menatap layar komputer, lalu melirik jam di dinding sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Dia sudah menunggu Aria di kantor untuk menyerahkan laporan, namun sang bos belum juga masuk kantor.Ini sangat tidak biasa hingga membuatnya khawatir, Aria juga tidak bisa dihubungi.Malah Dario, yang seharusnya diwaspadai karena hubungan buruk dengan bos justru menghubunginya untuk menangani urusan kantor Aria.“Ap
Dia tidak menemukan Dario di sebelahnya. Kamarnya sudah dirapikan dan pakaiannya dilipat di atas meja nakas. Namun dia tidak menemukan pakaian Dario. Mungkin pria itu sudah pergi bekerja, pikir Aria melirik jam atas meja sudah menunjukkan pukul sepuluh pagi. Dia mengusap kepalanya yang sakit. Tidak pernah dia bangun terlambat serta melupakan tugasnya mengurus anak-anak dan bekerja. Aria menggerutu menyalahkan semuanya pada Dario karena membuatnya begadang sampai fajar. Pria itu pasti pergi bekerja dengan suasana hati yang baik. Aria merenggangkan tubuhnya malas dan mengeluh pegal di mana-mana. Dia mengenakan dasternya yang terlipat di atas meja nakas, namun dia tidak menemukan celana dalamnya. Aria mengangkat bahu tidak peduli dan mengambil celana dalam baru dari lemarinya sebelum keluar dari kamarnya. Rumahnya sepi, anak-anak sudah berangkat ke sekolah. “Bibi, apa masih ada sarapan?” Aria berjalan menuju dapur dengan setengah mengantuk. Dia bahkan belum mencuci wajah. “Kamu s
Aria menjulurkan lidahnya memuntahkan omelet di mulutnya. Matanya terlihat berkaca-kaca.Dario panik dan buru-buru mengambil segelas air untuknya, bahkan tidak peduli dengan butir omelet yang di ludahkan Aria ke wajahnya.“Apa rasanya sungguh asin?” Dia bertanya khawatir melihat wajah Aria tampak menderita.“Bukan hanya asin, tapi juga pahit dan aneh! Bumbu apa saja yang kamu masukkan?” omel Aria menegak habis segelas air yang disodorkan Dario untuk menetralisasi rasa pahit dan asin di lidahnya.Dario menggaruk-garuk belakang lehernya salah tingkah.“Aku tidak tahu bumbu apa saja yang harus di gunakan. Aku hanya mengikuti saran di Google.”Aria dengan cepat melihat ke arah meja yang bekas digunakan Dario. dia melihat sebungkus gula, garam, saus botol dan merica tinggal setengah. Sayur-sayur kol dan bawang bombai terlihat berhamburan di atas meja. sepuluh butir cangkang telur berceceran di meja dan lantai membuat lantai jadi licin dan tepung bertebaran di atas lantai.Aria mengusap ken
Kedua orang itu tersentak dan menoleh melihat sosok pria tampan berdiri di dekat meja makan sambil melipat tangannya di depan dada dengan ekspresi dingin. Raut wajah Seth sangat dingin melihat posisi intim Dario yang memeluk Aria dari belakang. Kedua orang itu terlihat sangat akrab dan intim sebelum dia menginterupsi. “Seth, kapan kamu datang?” Aria terkejut buru-buru melepas tangan Dario di perutnya dan mendorongnya agar menyingkir. Namun Dario tidak melepaskannya. Tanpa memedulikan keberadaan Seth, dia mengecup kulit pundak telanjang Aria yang putih. “Ganti bajumu,” bisiknya dengan suara rendah. “Aku tidak suka pria lain menatap tubuhmu.” Daster Aria sangat terbuka, hampir tidak menutupi belahan dadanya. Dia bahkan tidak mengenakan bra di balik dasternya. Aria menunduk dan menyadari penampilannya sangat terbuka. Dia merasa malu jika Seth melihat penampilannya setengah terbuka Suara Dario terdengar menggerutu tak suka di belakangnya. “Apa dia suka menyelong masuk ke rumahmu?
Di ruang tamu dua pria saling berhadapan dengan ekspresi dingin di wajah masing-masing.Dario dan Seth saling menatap tajam dengan tatapan mengintimidasi tanpa mengalihkan pandangan seolah bersaing siapa yang paling mengintimidasi dan mengalihkan pandangan adalah yang kalah.Setelah apa yang terjadi di dapur. Aria dengan cepat mengusir Seth ke ruang tamu sementara di kembali ke kamarnya untuk berganti pakaian meninggalkan Seth dan Dario.“Mengapa kamu ada di sini?”Setelah beberapa saat tidak berbicara Seth akhirnya membuka mulut dengan ekspresi dingin.“Mengapa kamu bertanya seolah-olah aku tidak diizinkan di sini?” balas Dario dengan seringai miring dan pura-pura heran di wajahnya seolah mengejek Seth.Sudut bibir Seth berkedut menahan kekesalan dalam dadanya.“Kamu memang tidak diizinkan datang ke sini karena Aria menyuruhmu, apa kamu lupa atau ingatan bermasalah?” desisnya dingin.“Oh, saat itu ya?” Dario bersandar di sandaran sofa dengan ekspresi malas sambil menyilangkan tangann
Dia mendorong Dario ke sandaran sofa dan mencengkeram kerah bajunya.“Dengar sialan, kamu yang menghancurkan hidup Aria. Aku tidak akan percaya Aria menerimamu bersamanya. Kamu mengancamnya lagi untuk memaksanya bersamamu?!”“Aku sudah memperingatkanmu berkali-kali, aku tidak peduli dengan pengaruh kecil keluarga Clark, menghancurkanmu dan perusahaanmu sangat mudah bagiku.” Dia mengepalkan tangannya di kerah baju Dario.“Jauhi Aria dan si kembar selagi aku masih baik,” desisnya dengan suara berbahaya.Dario mengangkat sebelah alis dengan ekspresi dingin dan menantang.“Apa yang membuatmu berpikir aku akan menurutimu? Aria adalah calon istriku dan si kembar adalah anak-anakku. Aku tidak menjauh dari mereka.”Seth menggertakkan gigi sangat marah. Dia mengangkat kepalan tinjunya hendak menonjok wajah sombong Dario.Dario tidak menghindar saat tinju Seth menghantam rahangnya dengan kuat. “Seth, apa yang kamu lakukan!”Aria tiba-tiba muncul berteriak dan mendorong Seth menjauh dari Dario.