Semua Bab Di Atas Ranjang Dokter Sonya: Bab 191 - Bab 200

390 Bab

191. Code Blue

Tit ....Tubuh Sonya hampir lunglai saat mendengar suara mesin jantung yang terdengar nyaring di kupingnya. "Henti jantung," ucap Sonya sembari menatap Rendi dan Ismi bergantian.“Code blue,” ucap Ismi.“Pacu jantung,” perintah Rendi pada perawat di sekitarnya dan dalam hitungan detik alat tersebut ada di sana. “Clear?” tanya Rendi pada orang-orang di sana, saat merasa sudah aman Rendi menempatkan alat pacu jantung di dada Miska dan menekan tombolnya.Seketika itu juga tubuh Miska bergerak karena kejutan listrik dari alat tersebut, Sonya menatap kembali monitor alat vital sembari berdoa di dalam hati dengan tulus. Entah kenapa melihat keadaan Miska seperti ini dan baru saja melahirkan seorang bayi membuat Sonya terenyuh. “Tuhan … selamatkan Miska, dia memang orang jahat tapi, dia sudah bertobat dan berjanji akan memperbaiki hidupnya. Kasihan anaknya Tuhan, aku yakin kalau Emir tidak akan mau mengurus anaknya itu, hanya Miska yang bisa mengurus anaknya, Tuhan,” batin Sonya sembari me
Baca selengkapnya

192. Rasa Cemburu Awan

Sonya menatap bayi kecil yang berada di dalam inkubator, bayi itu sedang tertidur nyenyak tanpa mengetahui apa pun juga. Dia tidak tahu siapa ayahnya dan di tidak tau siapa ibunya, bayi murni tanpa dosa yang tidak meminta dilahirkan dari rahim siapa.Tangan Sonya menyentuh kaca inkubator seolah mengusap wajah bayi lelaki tersebut, hidungnya mirip dengan Emir dan bibirnya sangat mirip Emir juga Janu anaknya. Seketika itu juga rasa sesak seolah merayap ke dalam relung hatinya, ia rindu Janu. Janu anaknya yang selalu mengikutinya kemana pun juga saat di rumah, napasnya, mataharinya."Hai ... sehat-sehat, yah, Nak," bisik Sonya pelan sembari terus melihat bayi mungil tersebut yang terlihat tenang di dalam inkubator berjuang untuk hidup karena dilahirkan bukan diwaktu yang tepat.Seolah paham bayi itu tersenyum manis pada Sonya, seolah memberitahukan pada Sonya kalau dia adalah bayi yang sehat dan kuat juga mampu untuk menghadapi kekejaman duniawi."Dokter, saya permisi sebentar, kalau tid
Baca selengkapnya

193. Saling Mengingat Nafsu

"Mau aku? Di sini?" tanya Sonya sembari menunjuk lantai dan menatap kaget Awan. Terkadang dia suka bingung dengan keinginan Awan bercinta, masih ingat di ingatannya saat Awan memintanya bercinta di rooftop rumah sakit. Kaki Sonya bergetar dan putingnya mengeras saat mengingat sensasi mereka bercinta saat itu, nikmat dan penuh adrenalin. Apakah Sonya menginginkannya lagi? Entahlah ... sepertinya di tempat ini jantungnya bisa berdetak lebih keras karena ini tangga darurat dan siapa pun bisa masuk tiba-tiba ke sana tanpa bisa Sonya larang. Saat di rooftop, Sonya sudah mengunci pintunya dan tidak ada yang bisa melihat mereka berhubungan kecuali angin atau mungkin burung nyasar. Tapi, di sini? Tunggu dulu, Sonya harus berpikir berkali-kali lipat. "Kenapa? Nggak ada CCTV dan nggak ada orang lewat juga, dan ini lantai paling jarang orang lewat, Sonya," bisik Awan dengan suara paling sensual, Awan sengaja mengeluarkan suara itu di kuping Sonya berharap bisa merangsang Sonya melalui suara da
Baca selengkapnya

194. Ups ... Ketahuan

"Boleh aku nanya sesuatu?" tanya Sonya sambil mengenakan celana dan bajunya secara baik dan benar."Apa? Mau nanya apa?" Awan malah balik bertanya sembari mengenakan celananya dan menyuar rambutnya yang berantakan akibat ditarik oleh Sonya saat mereka bercinta tadi.Sonya melihat Awan tanpa berkedip, lelaki di hadapannya ini memiliki pesona yang tidak bisa dielakkan, Sonya tahu kalau Awan banyak yang menyukai dimulai dari perawat, dokter hingga adek-adek Koas hampir semuanya mengincar Awan. Lelaki yang walaupun bekerja hanya sebagai penata anestesi tetapi memiliki senyuman yang mampu menawan semua orang."Apa? Mau nanya apa? Kenapa ngeliatin mulu, suka?" tanya Awan sembari mendekati Sonya dan membantu wanita itu untuk mengenakan bajunya dengan benar. Jempolnya mengusap bibir bagian bawah Sonya, berusaha menyeka sisa-sisa miliknya yang dengan santainya Sonya telan. Liar namun sensual.Sonya menggigit jempol Awan sekeras mungkin hingga Awan menjerit keras."Sonya ... aw ... aw ... sakit
Baca selengkapnya

195. Luapan Rasa Malu Sonya.

Sonya menyalakan lampu ruang keluarga, matanya sedikit memicing saat semua lampu ruang keluarga Awan menyala. Ia dengan cepat menghempaskan bokongnya di atas sofa dan menyandarkan tubuhnya, berusaha untuk menghilangkan rasa lelah.Hari ini adalah hari yang paling melelahkan bagi Sonya, di mana ia harus melakukan operasi yang sangat banyak dan salah satunya adalah mengoperasi Miska, lalu bercinta dengan jantung berdebar di tangga darurat dan berakhir dengan rasa malu karena dokter yang mengganggu mereka bercinta adalah Lidya dan Eka.“Astaga ... Sonya, kok kamu bisa sih seceroboh itu?” tanya Sonya sembari menutup wajahnya dengan kedua tangannya, rasa malu dengan cepat merayap ke seluruh tubuhnya. Membayangkan Lidya yang melihat dirinya sedang bercinta dengan Awan membuat Sonya kembali merutuki kebodohannya.“Argh ... bodoh kamu Sonya,” maki Sonya sembari memukuli kepalanya dengan kedua tangannya pelan.“Siapa yang bodoh?” tanya Awan yang sudah berdiri di belakang Sonya, ia baru sampai
Baca selengkapnya

196. Ungkapan Perasaan Terdalam Sonya

Sonya menggerakkan tubuhnya, merenggangkan tubuhnya yang kaku karena sudah tertidur terlalu lama. Tangannya menggapai headboard dan kakinya ia regangkan sejauh mungkin, setelah puas ia menghela napas dan mengok ke samping lalu mendapati Awan yang sedang tertidur pulas menghadap dirinya.Tangan Sonya tanpa sadar menyentuh bulu mata Awan yang panjang, rasa iri dengan cepat memenuhi diri Sonya. Sebagai pria Awan sangat menawan, bulu matanya lentik, hidungnya mancung dan pipinya terasa kasar akibat bulu-bulu halus yang belum Awan pangkas."Kamu kenapa bisa suka sama aku, sih?" tanya Sonya pelan sembari mengusap pucuk hidung Awan, "aku janda tanpa anak yang nggak bisa kasih kamu anak, aku nyebelin dan suka bikin kamu pusing. Aku juga galak di tempt kerja, judes, dan suka marah-marah."Sonya mendekatkan tubuhnya lebih dekat dengan Awan, merapatkan tubuhnya dengan tubuh hangat Awan adalah hal paling menyenangkan bagi Sonya.Belakangan ini Sonya memang tinggal dengan Awan, tapi, dia sama seka
Baca selengkapnya

197. Permasalahan Baru ....

“Nggak ....”“Hah? Kamu nggak mau aku nikah sama kamu? Kamu masih ingin berlian yang gede?” tanya Awan sewot saat mendengar jawaban Sonya, rasanya ia ingin meremas wajah Sonya yang saat ini sedang menatapnya dengan tatapan tanpa dosa andalannya.Apa maksud Sonya menolak ajakan menikah darinya? Masih kurang, kah, pengorbanannya untuk mendapatkan Sonya. Rasanya semuanya sudah ia lakukan untuk mengunci Sonya agar mau menerima dirinya, walaupun hingga saat ini Sonya tidak pernah mengungkapkan kalimat cinta sama sekali pada dirinya.“Sonya, tolong jangan bikin aku pusing dan stres, kamu beneran nggak mau nikah sama aku?” ulang Awan.Sonya mengangkat kakinya dan duduk di hadapan Awan, kedua tangannya menyentuh kepala Awan. Sonya mengecup bibir Awan beberapa kali hingga membuat Awan kebingungan.“Sonya, sumpah ya, kalau kamu nggak mau nikah sama aku mending kamu nggak cium-cium aku kaya gini. Jadi, ambigu tahu,” tolak Awan sembari menahan Sonya agar tidak menciumnya lagi, tapi Sonya seolah m
Baca selengkapnya

198. Mendatangi Lelaki Berkuasa

Suara sepatu Sonya yang khas terdengar di sepanjang lorong rumah sakit, beberapa orang yang mengenal Sonya langsung menyapanya dan juga Awan yang berjalan di belakang Sonya.Sonya beberapa kali tersenyum pada mereka yang menyapa dan kembali berjalan sambil menulikan kupingnya karena Sonya sadar betul setelah Sonya dan Awan melewatinya, bibir mereka dengan cepat bergunjing secepat kecepatan roket.Kuping Sonya sudah panas dan ia sudah merasa muak mendengar gunjingan mengenai dirinya dan Awan. Saat ini di pikiran Sonya hanya ada masalah obat yang hilang dari lemari obat yang ada di ruangannya, ke mana obat itu?"Kamu nggak salah denger?" tanya Sonya kaget saat mengetahui kalau 30 ampul obat meperinde bisa hilang dari lemari kaca miliknya. Seingatnya dia selalu mencatat dengan baik pemakaian obat-obatan dan selalu menghitung ulang semuanya dengan seksama."Nggak, Sonya itu tadi Eka yang kasih tau, Eka mungkin menyebalkan tapi, kalau masalah seperti ini nggak mungkin Eka bohong," ucap Awa
Baca selengkapnya

199. Harga Sebuah Tanggung Jawab

"Masuk ...."Awan membuka pintu ruangan dan mendapati Ben sedang duduk di kursinya, mata Ben terlihat menatap Awan dan Sonya dari balik kacamata bacanya. Entah kenapa Awan merasa kalau Ben terlihat lebih tua dari Akinya, padahal Aki Romli adalah kakak Dokter Ben yang notabene emirnya lebih tua beberapa tahun dengan Dokter Ben."Permisi, Dokter saya dan Dokter Sonya ingin membicarakan mengenai obat yang hilang," ucap Awan to the point karena menurut dirinya untuk apa menutupi maksud dan tujuannya ke sana, toh, Dokter Ben yang meminta mereka untuk menghadap melalui Eka."Duduk," jawab Ben dingin sambil menunjuk kedua kursi yang ada di hadapannya, wajahnya terlihat sangat masam dan lelah.Sonya mencoba menyeret kakinya menuju kursi yang ditunjuk oleh Ben walau jantungnya saat ini sedang bertalu-talu akibat rasa takut dan bersalah karena kehilangan obat. Masalahnya bukan jumlah ampul yang hilang, tapi, lebih pada jenis obat yang hilang karena meperidine itu sudah termasuk obat antiopioid
Baca selengkapnya

200. Simalakama

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Satria saat dirinya menunjukkan batang hidungnya di ruangan Ben sambil membawa tas besar yang berisikan perlengkapan keamanan miliknya. "Masuk," ucap Ben pada Satria dan saat masuk ternyata Satria tidak sendirian dia datang bersama dengan kenalan polisi yang Ben telepon tadi. "Oh, Pak Irwan, silakan masuk." Irwan dan Satria masuk dan duduk di sofa yang memang ada di ruangan Ben yang cukup besar tersebut. Di sofa sudah ada Awan, Sonya dan Ben yang duduk menunggu kedatangan Satria dan Irwan. "Ada yang bisa saya bantu?" Irwan berbasa-basi pada Ben, walaupun dirinya sudah tau duduk persoalannya. "Seperti yang sudah saya bicarakan ditelepon, semua saya anggap sudah jelas. Jadi, saat ini saya hanya ingin Pak Irwan menjadi saksi saat Bang Sat, mencek CCTV," ucap Ben sembari menunjuk Satria. Satria hanya bisa meringis saat namanya disingkat menjadi Bang Sat, ia sama sekali tidak bisa marah karena yang memanggilnya adalah Ben, lain perkara bila yang memang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1819202122
...
39
DMCA.com Protection Status