All Chapters of Di Atas Ranjang Dokter Sonya: Chapter 201 - Chapter 210

390 Chapters

201. Mencoba Mencari Solusi

"Pokoknya saya ingin kamu cari di mana rekaman CCTV tanggal 23 itu, Bang Sat," perintah Ben sembari menurunkan cangkirnya kemudian meletakkan di meja."Baik, Dok, nanti akan saya cari ke mana file tanggal 23, kalau sudah saya dapatkan akan saya langsung berikan pada Dokter," ucap Satria yang hanya bisa menghela napas karena harus menelan kekesalannya dipanggil Bang Sat oleh Ben. Tapi, karena saat ini memiliki salah ia menerima saja dipanggil Bang Sat, asal tidak dipecat karena saat ini cari kerja sangat susah."Ya sudah, kamu lebih baik kembali ke ruang keamanan dan selidiki ini semuanya," perintah Ben dan langsunh diiyakan oleh Satria, ia dengan cepat meninggalkan ruangan bersama semua perlengkapan miliknya.Ben dengan akhirnya berbincang dengan Irawan untuk membahas apa yang akan mereka lakukan selanjutnya karena menurut dirinya ini masalah yang harus diselesaikan secepatnya."Wan ... gimana ini?" bisik Sonya sembari melirik Awan dengan pandangan campur aduk, rasanya ia ingin muntah
Read more

202. Manusia Berisik

"Kamu tau gosip sekarang?" tanya Ina pada beberapa perawat yang sedang makan siang di kantin rumah sakit."Gosip apa? Kalau Bang Sat menang judi togel?" tanya Aci salah satu perawat bagian anak di rumah sakit."Lah, dia menang? Pantes dia bayar hutang kemarin," jawab Mey yang sama-sama berprofesi sebagai perawat namun bagian kamar mayat. "Bukan, ini gosip lebih sensasional," ucap Ina sembari menyendok basonya dan memakannya lahap. Rasa lapar tidak menyurutkan keinginannya untuk berghibah dengan rekan-rekan sejawatnya, ayolah apa enaknya bekerja tanpa berghibah tidak asik. Ghibah adalah kehidupannya, tanpa ghibah hidupnya bagai sayur kurang garam. Anyep."Apa? Gosip apa? Uang bonus kerja udah turun? Gaji bakal turun sebelum tanggal 28?" tanya Mey dengan semangat 45, berbeda dengan Ina yang hobi bergosip, hobi Mey adalah mengumpulkan pundi-pundi uang menjadi orang kaya adalah tujuan hidupnya yang hakiki."Ini lagi, duit mulu," ucap Aci yang hidupnya selurus penggaris."Eh ... yang penti
Read more

203. Waktu Makan Siang

"Kamu kenapa?" tanya Lidya yang duduk di depan Sonya sembari memberikan makan siang ke hadapan sahabatnya yang terlihat memikirkan banyak hal."Mampus aku, Lid, mampus," rutuk Sonya sembari menepuk-nepuk dahinya yang sudah dari tadi terasa pusing seperti di himpit palu godam."Kenapa? Kamu kayanya semenjak cerai hidupnya penuh dengan kemalangan, ada cita-cita balik lagi ke Emir?" goda Lidya yang langsung mendapatkan pelototan maut dari Sonya."Kamu nggak ada keinginan balik ama David?" Sonya menyebutkan nama mantan suami Lidya yang satu sekte dengan Emir, iya ... sekte dajal."Ogah," jawab Lidya cepat sembari mengambil air mineral, "bayar psikolog buat memperbaiki mental aku aja kayanya lebih mahal dari pada biaya nikah ulang di KUA."Lidya bergidik membayangkan dirinya kembali menikah dengan David, rasanya ia lebih baik diminta untuk bekerja 48 jam nonstop di rumah sakit selama 20 tahun dari pada harus menikah kembali dengan mantan suaminya yang hampir membuat dirinya hilang akal."S
Read more

204. Terkuaknya Misteri Tas Keramat

Tok ... tok ... tok .... "Masuk." Sonya dengan penuh percaya diri masuk ke dalam kantor Ben, senyumannya tidak hilang dari wajah cantik Sonya. Ia berjalan ke arah meja Ben, "Boleh saya duduk, Dok? Ada yang ingin saya bicarakan." Ben menatap Sonya dari balik kacamatanya, seingatnya baru tadi pagi Sonya dan Awan meninggalkan ruangannya lalu itu semua belum ada 10 jam yang lalu tapi, wanita itu sudah kembali lagi ke ruangannya entah karena apa. "Duduk, waktu saya sedikit dan ini sudah jam 9 malam." Sonya duduk dengan anggun di tempat duduk yang disediakan, tatapannya terlihat teguh membalas tatapan Ben yang dari tadi menatapnya dengan tatapan penuh intimidasi. "Maaf mengganggu, Dokter Ben, tapi, ada yang mau saya sampaikan." Ben melepaskan kaca matanya dan menyimpan di atas meja, ia yakin kalau Sonya ingin mengungkapkan sesuatu yang penting pada dirinya. "Apa? Kamu mau menyampaikan apa?" Sonya mengambil napas untuk meneguhkan keputusannya sebelum menyerahkan map yang tadi sudah dili
Read more

205. Pick Your Favorite, Sonya

Sonya menyuapkan makananya sambil berjuang untuk tidak melihat wajah Awan yang dari tadi menggodanya karena mengetahui isi tas keramat, bahkan saat ini Sonya harus menahan malunya karena melihat alat bantu seksual miliknya berjajar rapi di meja ruang TV yang bisa terlihat dari ia duduk. "Ampun, Sonya kenapa nggak kamu buang aja sih? Kok kamu dongo?" batin Sonya sembari menggigiti sendok miliknya dengan gemas karena sadar kalau apa yang ia lakukan membuat dirinya malu. Sonya sebenarnya ingin membuang semua alat bantu seksualnya itu, tapi, entah kenapa dia melupakan benda-benda bekas pertempuran miliknya itu saat masih tidak mendapatkan belaian dari Emir dan terapi pasca operasi pengangkatan rahimnya di mana ia harus dirangsang sebegitunya agar mengembalikan gairah dalam bercinta miliknya. Tanpa Emir, alat bantu seksual lah solusinya, Sonya menolak dengan tegas menggunakan jasa PSK pria. Big no."Udah makannya?" tanya Awan sembari menahan tawanya saat melihat Sonya yang uring-uringan k
Read more

206. Paha Itu Bergetar

"Ah ...," desah Sonya saat merasakan alat bantu seksual miliknya menggesek bagian ceruk kenikmatan miliknya yang terbalut celana dalam berenda miliknya. Rasa kasar renda celana dalamnya yang bergesekkan dengan alat bantu seksual miliknya membuat Sonya merasakan ledakkan kenikmatan yang belum pernah Sonya rasakan sebelumnya. Tanpa sadar Sonya melebarkan kakinya untuk memberikan akses tak terbatas bagi Awan untuk menggerakkan alat bantu seksual itu sesuka hatinya. Awan menahan tubuh Sonya yang sudah kesulitan untuk berdiri akibat apa yang ia lakukan di antara pahanya Sonya dengan tenang berbisik ke telinga Sonya, "Bungkuk Sonya."Sonya yang sudah tidak mampu mengendalikan tubuhnya yang sudah menggelinjang akibat gulungan gairah yang bersumber di tengah pahanya dan menjalar ke seluruh tubuhnya hanya bisa mengikuti perkataan Awan lalu menjadikan kitchen set sebagai tumpuan tubuhnya. Desahan demi desahan meloncat dari bibir Sonya yang mungil, kakinya berjinjit saat menerima gulungan ken
Read more

207. Reka Ulang Adegan

Tangan Awan mengusap-usap bagian samping ranjangnya yang terasa dingin mencari keberadaan Sonya yang semalaman ia peluk."Sonya," panggil Awan sembari mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang.Klik ....Awan menoleh dan mendapati Sonya yang masuk ke kamar sembari membawa satu cangkir teh dan satu gelas besar boba."Dari mana?" tanya Awan sembari duduk dan menyandarkan punggungnya ke headboard ranjang, tangannya mengambil cangkir teh dari tangan Sonya."Ambil boba dari tukang ojek online," jawab Sonya sembari duduk di samping Awan dan menarik laptop miliknya. Sonya dengan cekatan menyalakan kemudian memasang flashdisk di laptopnya."Pake baju gitu?" Awan kaget karena Sonya hanya mengenakan kaos oversize miliknya dan celana extra pendek yang tertutup panjangnya kaos yang ia kenakan. Rasanya Awan ingin membawa sarung kemudian membalut tubuh Sonya serapat mungkin agar hanya dirinya yang melihat lekuk tubuh Sonya yang menggairahkan dan tungkai kaki Sonya yang makin sexy semenjak mengena
Read more

208. Menyergap Emir

"Kamu mau ngapain?" tanya Sonya yang kaget karena tiba-tiba Awan beranjak dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi dalam keadaan telanjang."Mandi." Awan seolah tak mendengar perkataan Sonya dia mengambi dompetnya dan mengambil uang 150 ribu dan berjalan kembali ke arah Sonya.Sonya mengerjapkan kelopak matanya saat melihat Awan yang telanjang berjalan dengan penuh kepercayaan diri ke arahnya. Dada dan perut Awan yang terpahat sempurna membuat Sonya hanya bisa menahan napasnya dan meremas seprei menahan gairah yang meletup-letup, siapnya putingnya menegang seolah tubuh Awan adalah tombol on off untuk membangunkan putingnya."Apa?" tanya Sonya sembari melihat tangannya yang tiba-tiba dijejalkan uang sebanyak 150 ribu."Tadi aku mengumpat, astaga, bisa miskin aku kalau ngomongi si Emir, bawaannya mengumpat terus," ucap Awan sembari mengecup kening Sonya dan berbalik lalu kembali berjalan memasuki kamar mandi."Kamu mau ke mana setelah mandi?" tanya Sonya lagi, hening tidak ada jawaban d
Read more

209. Kejutan Yang Tidak Menyenangkan.

Sonya menggenggam tangan Awan saat mereka sampai di depan rumah keluarga Emir, mata Sonya memicing saat melihat sebuah rumah yang terlihat luas berwarna putih, terlihat dua pilar yang menyangga atap rumah terlihat mengintimidasi dirinya. Dulu setiap Sonya datang ke rumah ini ia selalu merasa dirinya kecil dan worthless, bahkan almarhum orangtuanya selalu merasa kalau rumah Emir adalah rumah yang sangat mewah dan idaman bagi orang tua Sonya namun saat ini yang Sonya liat haya sebuah rumah yang sudah lusuh dan berjuang untuk tetap tegap.Warna cat yang sudah pudar dan tanaman yang menjalar tak terurus sama sekali membuat bentuk rumah itu terlihat kusam dan angker, hanya dua pilar yang menyangga atap rumah itu yang menyelamatkan kemegahan dari rumah itu."Ini rumah atau apaan sih? Nggak ada cita-cita dirapi-rapi apa?" celetuk Awan sembari menggenggam tangan Sonya lebih erat mencoba memberikan ketenangan pada kekasihnya itu. "Aku nggak paham, padahal kemarin pas ibu meninggal kan, rumah
Read more

210. Karma is Real

Sonya berlari sambil mendorong ranjang rumah sakit secepat yang ia bisa, berkali-kali dia melihat jam yang ada di tangannya. Pikirannya dengan cepat menghitung waktu yang sudah terbuang semenjak ia menemukan Emir sampai dia mendorong ranjang rumah sakit."Dokter Sonya," panggil Lidya yang kaget karena mendapatkan code blue dan sesegera mungkin berlari dari bangsal rumah sakit ke ruang operasi. "Dokter Lidya, Emir ... Emir," ucap Sonya kebingungan karena batinnya masih terguncang akibat kaget melihat Emir yang terkulai kaku di kamar mandi. Tangan Sonya terjulur ke atas tangan Lidya, tubuhnya lemas dan matanya sudah tidak dapat lagi melihat apa pun karena tertutup air mata. Sesak rasanya melihat lelaki yang pernah ia cintai terpuruk seperti ini, mungkin Emir sangat melukai hati Sonya tapi, entah kenapa Sonya serasa tidak tega melihat lelaki itu terpuruk. Setidaknya lelaki itu pernah menemani dirinya menjalani kehidupan.Lidya mengangguk dan mengambil beberapa botol ampul yang sudah kos
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
39
DMCA.com Protection Status