hai ... bagi yang bingung, Sonya ini bekerja di Rumah Sakit milik swasta yah, dan dia bukan PNS jadi memang kalau mengundurkan diri harus lewat rapat direksi terlebih dahulu dan waktunya lumayan lama karena Sonya bukan Dokter kontrak tapi, sudah Dokter tetap di rumah sakit tersebut. oh, untuk alat bantu itu, pahamlah yah seperti apa bentuknya, hahaha ... maklumi, yah, Sonya itu kan dulunya istri rasa janda yang tidak pernah dibelai Emir, jadi butuh yang begituan dan alat itu terlupakan setelah kedatangan Awan ke kehidupannya. Hohoho .... XOXO Gallon yang Hobi Kellon.
Sonya menyuapkan makananya sambil berjuang untuk tidak melihat wajah Awan yang dari tadi menggodanya karena mengetahui isi tas keramat, bahkan saat ini Sonya harus menahan malunya karena melihat alat bantu seksual miliknya berjajar rapi di meja ruang TV yang bisa terlihat dari ia duduk. "Ampun, Sonya kenapa nggak kamu buang aja sih? Kok kamu dongo?" batin Sonya sembari menggigiti sendok miliknya dengan gemas karena sadar kalau apa yang ia lakukan membuat dirinya malu. Sonya sebenarnya ingin membuang semua alat bantu seksualnya itu, tapi, entah kenapa dia melupakan benda-benda bekas pertempuran miliknya itu saat masih tidak mendapatkan belaian dari Emir dan terapi pasca operasi pengangkatan rahimnya di mana ia harus dirangsang sebegitunya agar mengembalikan gairah dalam bercinta miliknya. Tanpa Emir, alat bantu seksual lah solusinya, Sonya menolak dengan tegas menggunakan jasa PSK pria. Big no."Udah makannya?" tanya Awan sembari menahan tawanya saat melihat Sonya yang uring-uringan k
"Ah ...," desah Sonya saat merasakan alat bantu seksual miliknya menggesek bagian ceruk kenikmatan miliknya yang terbalut celana dalam berenda miliknya. Rasa kasar renda celana dalamnya yang bergesekkan dengan alat bantu seksual miliknya membuat Sonya merasakan ledakkan kenikmatan yang belum pernah Sonya rasakan sebelumnya. Tanpa sadar Sonya melebarkan kakinya untuk memberikan akses tak terbatas bagi Awan untuk menggerakkan alat bantu seksual itu sesuka hatinya. Awan menahan tubuh Sonya yang sudah kesulitan untuk berdiri akibat apa yang ia lakukan di antara pahanya Sonya dengan tenang berbisik ke telinga Sonya, "Bungkuk Sonya."Sonya yang sudah tidak mampu mengendalikan tubuhnya yang sudah menggelinjang akibat gulungan gairah yang bersumber di tengah pahanya dan menjalar ke seluruh tubuhnya hanya bisa mengikuti perkataan Awan lalu menjadikan kitchen set sebagai tumpuan tubuhnya. Desahan demi desahan meloncat dari bibir Sonya yang mungil, kakinya berjinjit saat menerima gulungan ken
Tangan Awan mengusap-usap bagian samping ranjangnya yang terasa dingin mencari keberadaan Sonya yang semalaman ia peluk."Sonya," panggil Awan sembari mengubah posisi tidurnya menjadi terlentang.Klik ....Awan menoleh dan mendapati Sonya yang masuk ke kamar sembari membawa satu cangkir teh dan satu gelas besar boba."Dari mana?" tanya Awan sembari duduk dan menyandarkan punggungnya ke headboard ranjang, tangannya mengambil cangkir teh dari tangan Sonya."Ambil boba dari tukang ojek online," jawab Sonya sembari duduk di samping Awan dan menarik laptop miliknya. Sonya dengan cekatan menyalakan kemudian memasang flashdisk di laptopnya."Pake baju gitu?" Awan kaget karena Sonya hanya mengenakan kaos oversize miliknya dan celana extra pendek yang tertutup panjangnya kaos yang ia kenakan. Rasanya Awan ingin membawa sarung kemudian membalut tubuh Sonya serapat mungkin agar hanya dirinya yang melihat lekuk tubuh Sonya yang menggairahkan dan tungkai kaki Sonya yang makin sexy semenjak mengena
"Kamu mau ngapain?" tanya Sonya yang kaget karena tiba-tiba Awan beranjak dari ranjang dan berjalan ke kamar mandi dalam keadaan telanjang."Mandi." Awan seolah tak mendengar perkataan Sonya dia mengambi dompetnya dan mengambil uang 150 ribu dan berjalan kembali ke arah Sonya.Sonya mengerjapkan kelopak matanya saat melihat Awan yang telanjang berjalan dengan penuh kepercayaan diri ke arahnya. Dada dan perut Awan yang terpahat sempurna membuat Sonya hanya bisa menahan napasnya dan meremas seprei menahan gairah yang meletup-letup, siapnya putingnya menegang seolah tubuh Awan adalah tombol on off untuk membangunkan putingnya."Apa?" tanya Sonya sembari melihat tangannya yang tiba-tiba dijejalkan uang sebanyak 150 ribu."Tadi aku mengumpat, astaga, bisa miskin aku kalau ngomongi si Emir, bawaannya mengumpat terus," ucap Awan sembari mengecup kening Sonya dan berbalik lalu kembali berjalan memasuki kamar mandi."Kamu mau ke mana setelah mandi?" tanya Sonya lagi, hening tidak ada jawaban d
Sonya menggenggam tangan Awan saat mereka sampai di depan rumah keluarga Emir, mata Sonya memicing saat melihat sebuah rumah yang terlihat luas berwarna putih, terlihat dua pilar yang menyangga atap rumah terlihat mengintimidasi dirinya. Dulu setiap Sonya datang ke rumah ini ia selalu merasa dirinya kecil dan worthless, bahkan almarhum orangtuanya selalu merasa kalau rumah Emir adalah rumah yang sangat mewah dan idaman bagi orang tua Sonya namun saat ini yang Sonya liat haya sebuah rumah yang sudah lusuh dan berjuang untuk tetap tegap.Warna cat yang sudah pudar dan tanaman yang menjalar tak terurus sama sekali membuat bentuk rumah itu terlihat kusam dan angker, hanya dua pilar yang menyangga atap rumah itu yang menyelamatkan kemegahan dari rumah itu."Ini rumah atau apaan sih? Nggak ada cita-cita dirapi-rapi apa?" celetuk Awan sembari menggenggam tangan Sonya lebih erat mencoba memberikan ketenangan pada kekasihnya itu. "Aku nggak paham, padahal kemarin pas ibu meninggal kan, rumah
Sonya berlari sambil mendorong ranjang rumah sakit secepat yang ia bisa, berkali-kali dia melihat jam yang ada di tangannya. Pikirannya dengan cepat menghitung waktu yang sudah terbuang semenjak ia menemukan Emir sampai dia mendorong ranjang rumah sakit."Dokter Sonya," panggil Lidya yang kaget karena mendapatkan code blue dan sesegera mungkin berlari dari bangsal rumah sakit ke ruang operasi. "Dokter Lidya, Emir ... Emir," ucap Sonya kebingungan karena batinnya masih terguncang akibat kaget melihat Emir yang terkulai kaku di kamar mandi. Tangan Sonya terjulur ke atas tangan Lidya, tubuhnya lemas dan matanya sudah tidak dapat lagi melihat apa pun karena tertutup air mata. Sesak rasanya melihat lelaki yang pernah ia cintai terpuruk seperti ini, mungkin Emir sangat melukai hati Sonya tapi, entah kenapa Sonya serasa tidak tega melihat lelaki itu terpuruk. Setidaknya lelaki itu pernah menemani dirinya menjalani kehidupan.Lidya mengangguk dan mengambil beberapa botol ampul yang sudah kos
Sonya berjalan disepanjang koridor rumah sakit mengikuti Irawan dan beberapa anak buahnya, ini sudah hari ketiga semenjak Emir masuk rumah sakit akibat overdosis dan baru kemarin sore mantan suaminya itu sadar. "Pak, memang saya harus ikut?" tanya Sonya."Iya, kami ingin Anda mendengar kesaksian dari Pak Emir," terang Irawan sambil menoleh melewati bahunya melihat Sonya yang berjalan dengan anggun.Sonya hanya bisa pasrah dan menyeret kakinya untuk mengikuti langkah Irawan, tangannya mengambil ponsel dari saku snelli. Tangan lincah Sonya mengetik dengan sangat cepat chat untuk Awan, dia memberi tahukan pada Awan kalau dirinya diminta Irawan bertemu dengan Emir."Bu Sonya, silakan masuk duluan," ucap Irawan sembari membuka pintu masuk ruangan perawatan Emir.Saat memasuki ruang rawat Sonya mendapati Emir yang sedang duduk menatap kosong layar TV, tangan kirinya terlihat terborgol."Kenapa harus diborgol?" tanya Sonya dengan suara rendah. "Sudah ketentuan dan prosedurnya seperti itu,"
"Kamu nggak salah minta maaf sama aku?" tanya Sonya lagi, rasanya ia ingin menampar pipinya karena mendengar permintaan maaf Emir. Apa kah dia mimpi?"Aw ...." Sonya berteriak keras saat ia memutuskan untuk mencubit pahanya sekeras mungkin untuk memastikan kalau dirinya tidak sedang bermimpi. "Aku minta maaf dan kamu nggak mimpi," jawab Emir sembari tersenyum lelah, setelah memberikan keterangan pada Irawan rasanya energinya terkuras habis. "Kenapa? Kamu kenapa tiba-tiba minta maaf? Kamu minta dibayarin hutang? Butuh uang? Kamu kenapa?" tanya Sonya tercengang dengan ucapan Emir.Emir tertawa miris sambil melambaikan tangannya tanda kalau dia tidak membutuhkan itu semuanya walaupun memang saat ini dia terlilit hutang dan menghadapi masalah hukum tapi, dia sedang tidak membutuhkan bantuan itu semua yang ia butuhkan hanya berbicara dengan Sonya.Dua bulan dia bercerai dengan Sonya dan langsung menghadapi masalah finansial juga kematian ibunya membuat dirinya sadar suatu hal. Ia lemah d