Semua Bab Di Atas Ranjang Dokter Sonya: Bab 181 - Bab 190

390 Bab

181. Meriang Karena Membutuhkan Kasih Sayang

Sonya merasakan pipinya terasa hangat dan bergerak naik dan turun, sesekali terdengar suara bersin yang membuat Sonya terbangun dari tidurnya. Dengan malas Sonya mengangkat kepalanya dan menengok melewati bahunya lalu mendapati Awan yang sedang menutup hidungnya dengan tisu.“Kamu kenapa?” tanya Sonya kaget saat melihat hidung Awan yang sudah memerah karena digosok tisu.“Ah ... astaga, aku kayanya flu,” jawab Awan dengan suara bindeng dan serak, sesekali Awan menghirup ingusnya dan batuk beberapa kali.Sonya dengan cepat menjangkau laci yang ada di samping ranjang dan mendapatkan termometer dari sana, akibat itu semua payudaranya menekan wajah Awan yang terasa panas.“Nggak bisa napas, Sonya, aku suka payudara kamu. Tapi, sekarang aku nggak bisa napas, Sayang,” bisik Awan yang berusaha bernapas di antara payudara Sonya yang kenyal, andai ia tidak sakit mungkin saat ini Ia sudah menggigit puting Sonya atau mengulumnya dan berakhir dengan teriakkan Sonya meminta ampun. Tapi, sayangnya
Baca selengkapnya

182. You Have Me

"Asin?" tanya Sonya kaget dengan perkataan Awan, dengan cepat ia mencoba bubur yang ia buat karena selama proses memasak Sonya sama sekali tidak mencicipinya sama sekali, ia hanya mengikuti resep yang ada di salah satu Channel Youtube. Dengan cepat Awan menyentuh tangan Sonya dan mengambil mangkok dan sendoknya, "Aku makan sendiri aja." "Eh ... katanya asin," ucap Sonya sembari mengembikkan mulutnya karena merasa sedikit tersinggung kerja kerasnya memasak selama satu jam disebut asin. "Asin?" Awan sadar kalau Sonya merasa sakit hati dengan kata-katanya, Awan yakin kalau Sonya membuat buburnya ini sesuai dengan resep yang ia lihat entah di mana. "Iya, kata kamu tadi asin," ucap Sonya sembari mencoba mengambil sendok yang ada di tangan Awan, berusaha untuk mencicipi buburnya. "Nggak aku nggak bilang asin, aku bilang ...." Awan berjuang memikirkan kata yang pas dan rada mirip dengan kata asin, nihil otaknya tiba-tiba tidak dapat berpikir sama sekali. Buntu. "Wan ... sini aku cob—"
Baca selengkapnya

183. Mau Yang Gede

“Is oke … Sonya kamu ada aku,” bisik Awan pelan membuat Sonya hanya bisa menghela napas dan menangis pelan. “Aku nggak paham lagi, aku kaya selalu salah di mata semua orang. Orang-orang yang aku sangka teman ternyata mereka bukan teman dan orang-orang yang benar-benar baik sama aku satu persatu ninggalin aku,” isak Sonya yang mencurahkan kepedihannya pada Awan berusaha untuk mengutarakannya sebaik mungkin padahal perasaannya saat ini sedang porak poranda.“Orang tua aku, kedua mertua aku, anak aku, dan psikolog aku, semuanya tinggalin aku sendirian. I am feel alone, Wan.” Sonya mengusap air matanya dan merapatkan diri ke tubuh Awan.“Is oke, kamu masih punya aku.”“Aku nggak punya apa-apa lagi, rumah hasil kerja keras dan warisan dari kedua orangtua aku sudah dijual. Mobil aku udah diambil dan semuanya milik aku udah nggak ada, untungnya ada kamu yang mau nampung aku,” isak Sonya yang masih merasa sedih mendengar keputusan pengadilan yang mengatakan kalau semua harta miliknya tetap s
Baca selengkapnya

184. Bom Atom

Awan mengusapi punggung Sonya hingga wanita itu tertidur, dia tahu kalau wanita itu kekurangan waktu tidurnya karena apa yang mereka lakukan di kamar mandi. Bercinta dengan Sonya seolah menjadi sebuah kebutuhan bagi Awan, tidak ... lebih tepatnya sebuah candu.Tangan Awan menelusuri punggung Sonya, menurun hingga paha putih Sonya. Mata Awan tertahan di kaki wanita itu yang saat ini sedang terbelit di kakinya. "Kenapa kaki kamu sexy banget, Sonya?" tanya Awan yang tanpa sadar mengelus kaki Sonya pelan membuat Sonya menggerakkan tubuhnya berbalik menjauhi Awan dan kembali tidur.Awan tersenyum dan mengecup kaki Sonya pelan, merasakan halusnya tungkai kaki Sonya. Rasanya ia ingin berlari dan mengambil sepatu hak tinggi Sonya lalu meminta Sonya mengenakannya, ia suka saat kaki Sonya mengenakan salah satu sepatu YSL hitam miliknya.Dengan cepat Awan berdiri dan mengambil gelas dari nakas, ia ingin mengambil minum untuk membasahi tenggorokkannya. Awan berjalan sepelan mungkin agar Sonya ti
Baca selengkapnya

185. Mantri Sunat

"Awan ... astaga, ayo cepet, mau sampai kapan kamu di kamar? Apa lagi yang mau kamu lakuin di kamar? Cepet, kita mau operasi appendix," teriak Sonya yang sudah tidak sabar untuk segera ke rumah sakit setelah dirinya ditelepon oleh pihak rumah sakit."Sebentar, aku bawa tas aku dulu," ucap Awan sembari berlari ke arah Sonya dengan tergopong-gopong, tangannya bahkan masih berusaha mengenakan sepatu olah raga miliknya."Awan ... ih, kamu tuh kayanya sempurna disegala sisi tapi, ceroboh dan leletnya nggak ada dua, ayo, dong, Wan," ajak Sonya kesal sembari mengetuk-ngetukkan sepatunya di lantai saking kesalnya menunggu Awan, bayangkan dia sudah menunggu selama 30 menit di depan pintu garasi. Sonya merasa dirinya sudah seperti patung Pancoran yang berdiri saja tanpa melakukan apa pun juga."Sebentar, Sayang aku mau ambil bu—""Awan, sumpah, yah, ayo ... cepet, ampun Tuhan ... lama amat sih," potong Sonya gemas, Sonya merasa ini sudah terlalu lama dan dia kesal bukan main dengan kelakuan Awa
Baca selengkapnya

186. Kreativitas Bergosip

Awan dengan kesal memarkirkan motornya dan melihat ke arah parkiran mobil yang tidak jauh dari tempatnya berdiri, ia melihat mobilnya sudah terparkir dengan baik di sana. Awan yakin kalau Sonya sudah sampai terlebih dahulu karena tadi, Awan mampir ke tempat penjual boba kesukaan Sonya. Bucin sekali dirinya, mau saja melakukan apa yang membuat Sonya senang.“Wan ... woi,” panggil seseorang di belakangnya.Awan menoleh melewati bahu dan mendapati Eka berjalan ke arahnya, senyuman has Eka terlihat di wajah lelaki yang sudah menjadi sahabatnya sejak lama itu. “Baru datang atau baru ganti shift?”“Baru datang, kita bareng,” jawab Eka santai sambil tersenyum tengil. “kenapa mukanya? Kaya kesel banget.”“Sonya nggak mau pergi bareng, padahal tinggal serumah juga, alasannya karena nggak mau denger omongan orang, apa coba,” protes Awan kesal.“Dengerin omongan Sonya, deh, Wan, gosip makin liar nyebar di rumah sakit, ngeri,” ucap Eka santai sambil membenarkan tas ransel miliknya dan berjalan di
Baca selengkapnya

187. Terbangun

"Kamu paham kan saya suruh kamu apa tadi?" tanya Sonya yang geram bukan kepalang karena mendapatkan rekam medis yang menurut dirinya ngaco dari salah satu koas."Pa-pa-pa ....""Pa pa pa pa pa? Papan?" tanya Sonya kesal karena Koas di hadapannya itu benar-benar membuat dirinya darah tinggi. Anak-anak zaman sekarang benar-benar tidak tahu adab dan sopan santun, hampir meledak Sonya tadi saat ada seorang koas yang men-chat dirinya dengan menggunakan tanda seru di akhir kalimatnya.Terlihat biasa tapi, tidak tahu, kah, orang tersebut kalau tanda seru itu adalah kalimat perintah dan dia memerintah Sonya untuk datang tepat waktu? Hah ... ingin rasanya Sonya tendang bokong koas tersebut, seumur hidup dia bekerja di rumah sakit tidak pernah dia terlambat barang sedetik pun di rumah sakit. Kesal."Paham, Dok, saya benarkan lagi," ucap Koas bernama Hilma tersebut sembari menahan tangisnya. Baru lima menit yang lalu dia kena semprot Sonya karena membubuhkan tanda seru di akhir kalimat saat men-
Baca selengkapnya

188. Sebuah Guncangan

"Kamu ngapain lagi, sih?" tanya Lidya yang kaget saat melihat Eka sedang berjumpalitan di depan pintu ruangannya yang memang sangat jarang ada orang yang melewatinya.Eka menghentikan aksi koprolnya dan menatap Lidya dengan tatapan paling manis yang ia miliki, berharap Dokter penanggung jawabnya itu tidak menyerbunya dengan kata-kata makian yang extra pedas karena kelakuan absurdnya."Kamu lagi ngapain?" tanya Lidya kesal karena melihat kelakuan Eka yang terkadang di luar nalar manusia normal. Siapa di dunia ini yang suka menari di atas sepeda motor mengenakan helm atau berjoget hingga koprol di lorong rumah sakit yang sepi?"Lagi, joget lagu baru, Dok," ucap Eka sembari mengambil ponselnya dan menyimpan hasil goyangan mautnya tanpa melihatnya sama sekali."Nggak ada kerjaan? Kamu udah selesai ngerjain rekam medis dan check obat? Kamu udah ke farmasi?" tanya Lidya yang kesal karena setiap dia bertemu dengan Eka pasti saja sedang melihat Eka berjoget entah gerakkan joget apa lagi yang
Baca selengkapnya

189. Sebuah Janji Untuk Anakku

"Miska ...."Mendengar namanya dipanggil membuat Miska bergidik dan mengembalikan kesadarannya setelah tanpa sadar melamun."Miska ... hei.""Iya ... Ma, iya, gimana?" tanya Miska sembari mengambil minuman dan meminumnya sedikit. Rasa masam dengan cepat memenuhi mulutnya, tapi, semenjak hamil ia menyukai rasa masam mungkin bawaan bayinya.Selama kehamilan ini Miska bener-benar berjuang sendirian, pada awalnya keluarganya marah dan memaki, menangis juga mencaci tapi, akhirnya Asha dan Kemal mau menerima dirinya.Semenjak itu keluarganya lebih memperhatikan Miska dan mau mendengar apa yang Miska keluhkan, semua keuangan keluarga kembali di pegang oleh Asha. Keluarga Miska kembali ke kota kelahiran Kemal di salah satu kota di Jawab Barat, mereka mulai membuka pabrik produksi tahu kecil-kecilan. Adik Miska Lya, turut membantu usaha itu dan bekerja di salah satu minimarket di sana, Miska bahkan meminta Lya untuk berhati-hati agar tidak salah jalan seperti dirinya.Kemal ayah Miska mulai pu
Baca selengkapnya

190. Suara Yang Dibenci

Miska melemparkan berkas dan map yang sudah ia urus ke dalam mobil dengan kesal dan marah, ia sama sekali tidak peduli saat salah satu map yang ia lempar terbuka bagian atasnya hingga isi di dalamnya berceceran di seluruh mobil.Blam ....Miska membanting pintu mobil dengan keras hingga membuat tukang parkir kelurahan kaget karena berdiri tidak jauh dari mobil Miska. Tanpa memedulikan itu semua Miska memukuli setir mobilnya dengan kedua tangannya sekeras mungkin, berusaha untuk menyalurkan emosinya akibat perkataan Emir yang sudah menyakiti hatinya. Pedih.“Sialan kamu, Emir ... kurang ajar kamu, sialan!!!” jerit Miska sekeras mungkin hingga membuat suaranya serak. Dengan amarah yang masih tertumpuk di dalam dada Miska, ia mengenakan sabuk pengamannya dan memundurkan mobilnya tanpa melihat kanan dan kiri hingga membuat tukang parkir berteriak sangat keras.“Jancuk ... hati-hati, Mbak,” teriak tukang parkir tersebut sekeras mungkin sambil menggebrak bagian belakang mobil Miska.Miska s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1718192021
...
39
DMCA.com Protection Status