Home / Romansa / WANITA PANGGILAN / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of WANITA PANGGILAN: Chapter 71 - Chapter 80

116 Chapters

Bab 38 B

WANITA PANGGILAN 38 B     Oleh: Kenong Auliya Zhafira         Di tempat lain, wanita yang ingin melupakan sejenak keadaan hatinya tengah membersihkan diri untuk menghilangkan sedikit kegelisahannya. Pertemuannya dengan Tante Elsa membuat Mayasha berada di kamar seharian. Bahkan nafsu makannya berkurang drastis. Meski begitu, ia tidak bisa berbohong kalau perutnya terasa perih. Lapar.   "Aku baru ingat kalau hari ini hanya sarapan roti aja tadi pagi. Pantes perutku rasanya perih," ucapnya pada diri sendiri.    Dengan kepala yang masih terlilit handuk, Mayasha melangkah menuju dapur. Ia memilih membuat susu lebih dulu untuk menghangatkan tubuh dan hatinya. Sedangkan kepalanya sudah sedikit lebih baik setelah membersihkan diri.    Ketika tangannya baru meletakkan gelas di meja, tiba-tiba telinganya mendengar suara ketukan
Read more

Bab 39 A

WANITA PANGGILAN 39 A     Oleh: Kenong Auliya Zhafira     Lelehan air mata yang sejak tadi tertahan kini menetes tipis membasahi pipi. Lian segera mendongak untuk membendung agar tidak jatuh semakin deras. Lalu merenggangkan dekapan dan terus mencoba kuat. Cinta membuat keduanya rela menahan semua lara hanya untuk terlihat baik-baik saja.    "May ... apa pun yang aku lakukan padamu, percayalah tidak akan mengubah atau mengurangi kadar cinta ini. Selamanya hanya kamu yang ada di sini, di hatiku. Tidak akan pernah ada yang lain selain dirimu. Aku akan melakukan apa pun untuk membuatmu bahagia. I Love you ...," ujar sang pria sembari mengusap lembut pipi wanita di depannya yang menatap penuh cinta.   Mayasha tidak tahu harus berkata apa. Memang beginilah rasa sakitnya ketika harus melepas dalam diam orang yang kita cintai. Sakit tapi tidak bisa memaki. Meski terdiam menaha
Read more

Bab 39 B

WANITA PANGGILAN 39 B     Oleh: Kenong Auliya Zhafira       Lian tidak pernah melepaskan kecupan sedetik pun, meski tangannya berusaha melepaskan pengait bra yang menutupi dua gundukan paling indah di dunia. Setelah terlepas, Lian merebahkan pelan tubuh Mayasha di ranjang kamar yang mungkin akan menjadi saksi bisu sakitnya patah hati.    "Kamu cantik, Sayang ... aku bahagia bisa melihat apa yang menjadi kebangganmu selama ini," puji Lian saat menatap haru setengah tubuh yang tanpa penghalang. Kulit putih dan mulusnya sepadan dengan wajah wanitanya yang mempesona.    Wanita yang tengah menatap dada bidang sang pria pun memuji bentuk tubuh yang terlihat menggoda. Mayasha baru tahu kalau tubuh Lian begitu indah, apalagi area perutnya yang terlihat seperti binaragawan. Ia berpikir kalau prianya sering melakukan olah raga.    "Tubu
Read more

Bab 40 A

WANITA PANGGILAN 40 A       Oleh: Kenong Auliya Zhafira       Sang pria hanya tertunduk. Dalam hati ia merutuki sikap gilanya sekarang. Meski tinggal selangkah lagi bisa memiliki Mayasha seutuhnya, tetapi nuraninya menolak mengambil dengan cara seperti ini.   "Maaf, Sayang ... aku tidak bisa melakukannya dengan cara seperti ini. Aku ingin mengambil sesuatu itu dengan cara yang seharusnya. Maafkan aku ...," jawab sang pria, suaranya terdengar begitu menyesal.    Mayasha yang tahu hal ini akan terjadi kemudian bangkit dari tidurnya. Lalu mengusap lembut wajah pria yang akan membuatnya mati perlahan karena terlalu mencintainya.    "Hei ... kamu nggak perlu minta maaf. Harusnya aku yang sadar diri. Kamu berani membuatku begini saja, itu sudah cukup. Aku bahagia kamu bisa menyentuh dan menikmati satu per satu yang ada pada
Read more

Bab 40 B

WANITA PANGGILAN 40 B     Oleh: Kenong Auliya Zhafira     Mayasha hanya bisa pasrah menerima kemauan prianya. Meskipun nanti tidak tahu harus diapakan pemberian itu. Setidaknya ia ingin menjadi wanita lebih baik dengan menghasilkan uang dari keringat sendiri tanpa menawarkan tubuhnya lagi. "Baiklah. Aku akan menerima. Tapi, kalau sekarang kita makan gimana? Aku lapar ...," pinta Mayasha diiringi suara cacing bernyanyi dalam perutnya. Pria yang ikut mendengar suara itu menjadi tertawa. Namun, raganya memilih bangkit dibarengi sang wanita. Lian sengaja mengambilkan baju kaus yang tergeletak di lantai, lalu memakaikannya pada Mayasha. Ketika wanitanya sudah terlabut sempurna, giliran ia sibuk memakai bajunya. "Makasih, Sayang ...," ucap Mayasha, lalu mengecup singkat bibir prianya sebelum beranjak pergi. "Aku keluar dulu. Mau buat mi aja yang cepet. Kamu m
Read more

Bab 41 A

WANITA PANGGILAN 41 A       Oleh: Kenong Auliya Zhafira       Lian merasa terharu mendengar ucapan yang keluar dari kejujuran seorang Mayasha. Bahkan kecupan singkat yang terasa begitu hangat tidak mampu menahan bulir bening yang ingin menerobos keluar. Namun, ia tidak ingin wanitanya melihat sisi kerapuhan yang sebenarnya.    Sebelum Mayasha menarik diri dan melepas kehangatan, Lian sigap menahan pinggang ramping wanitanya agar tetap di posisi yang sama. Bahkan tangannya sengaja merapatkan jarak agar lebih dekat. Tanpa aba-aba, bibir keduanya kembali berpagut mesra di bawah langit malam yang bertaburan bintang.    Udara malam yang membelai kulit tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk terus mencari kehangatan sebelum terjadi perpisahan yang akan menorehkan luka kerinduan. Walaupun kedua
Read more

Bab 41 B

WANITA PANGGILAN 41 B     Oleh: Kenong Auliya Zhafira     Wanita yang memutuskan menepi itu menata ulang semua barang berharga miliknya dalam satu wadah. Mayasha ingin meminta Elena untuk menyimpan dan menggunakan untuk hal yang lebih bermanfaat. Meskipun ia sadar mendapatkannya dengan cara hina.    Setelah selesai, wanita yang tidak punya kesiapan penuh menjalani hari esok mengambil selembar kertas, lalu jemarinya mulai menari indah merangkai pesan untuk sahabat terbaiknya yang selama ini menemani dalam suka dan duka.    "Maafkan aku, El ... mungkin ini adalah akhir kisah kita. Aku janji tidak akan melupakan segala kebaikanmu selama berada di titik rendah hingga kini kembali ke titik semula. Hanya ini caraku mencintai seorang pria seperti Lian Erza. Maaf, karena aku selalu merepotkanmu," ucap Mayasha sembari menulis isi hatinya.    Bulir
Read more

Bab 42 A

WANITA PANGGILAN 42 A     Oleh: Kenong Auliya Zhafira     Ketika langit mulai kelabu, wanita yang berusaha menantang kehidupan kedua kali telah bersiap melangkah meniti keputusan baru. Keputusan yang menggulung semua mimpi untuk hidup bahagia seperti pasangan lain pada umumnya bersama pria pujaan.    Baju kaus oblong dan celana jeans panjang membalut sempurna menutupi keindahan tubuh seorang Mayasha. Rambut panjangnya juga terikat dengan gelang karet biasa. Menampilkan sisi kesederhanaan yang hanya dapat dilihat jika berada di rumah.    Mayasha melirik tas ransel yang tergeletak di dekat lemari. Baju kaos dan celana yang telah disiapkan satu jam sebelum kepergiannya kini tersimpan manis, tinggal membawa pergi. Begitu juga kenangan bersama sang pria telah terbungkus rapi dalam ingatan.    "Selamat tinggal rumah impian. Maaf, jika harus meni
Read more

Bab 42 B

WANITA PANGGILAN 42 B     Oleh: Kenong Auliya Zhafira       'Teruntuk Elena, teman sekaligus saudaraku ...   Sebelumnya aku minta maaf karena tidak bisa menyampaikan hal ini secara langsung. Ada hal yang tidak bisa aku ceritakan padamu. Jadi, aku minta maaf yang sebesar-besarnya untuk hal ini. Bukan aku tidak ingin berbagi atau sengaja menutupi, aku hanya malu karena selama ini selalu merepotkan waktumu untuk semua masalahku. El, aku sangat berterima kasih karena Tuhan mempertemukan kita beberapa tahun lalu. Bersamamu, aku belajar banyak hal tentang kehidupan. Meskipun jalan yang aku pilih jauh tersesat, tetapi kamu selalu diam dan terus setia menemani. Aku tidak bisa membayangkan jika malam itu tidak bertemu denganmu. Mungkin akhir hidupku tidak akan sejauh sekarang yang dipertemukan pria seperti Lian. Aku bahagia bisa mengenal dan menerima pria sepertinya dalam hidup. Bagiku, kamu
Read more

Bab 43 A

WANITA PANGGILAN 43 A   Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Bibir yang terus bergetar karena menahan tangis berusaha untuk tetap diam agar kepalanya bisa berpikir tenang. "Ya sudah. Aku akan segera ke sana. Kamu tunggu. Sepuluh menit aku sampai," ujar pria yang langsung mematikan sambungan telepon. Langkahnya terus berlari menuju garasi untuk mengeluarkan roda duanya. Namun, satu suara  berhasil menghentikan langkahnya. "Kamu mau ke mana? Sarapan dulu. Ibu sudah masak," ucap sang ibu heran karena anaknya terlihat begitu gugup dan terburu-buru.  "Sarapannya nanti aja, Bu. Lian mau ke tempat Mayasha. Barusan temannya telepon kalau dia pergi dari rumah," jelas Lian sembari mencium punggung tangan wanita yang menginginkan perpisahan ini.  "Oh, jadi dia memutuskan pergi ... bagus kalau begitu. Tidak sia-
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status