Home / Romansa / WANITA PANGGILAN / Chapter 81 - Chapter 90

All Chapters of WANITA PANGGILAN: Chapter 81 - Chapter 90

116 Chapters

Bab 43 B

WANITA PANGGILAN 43 B   Oleh: Kenong Auliya Zhafira  Sementara Marvin dan Keya terdiam tanpa kata. Keduanya tidak menyangka kalau Yesha akan melakukan ini demi seorang Lian Erza. Soal hati memang terkadang ia tipe wanita yang mau mengalah dan tanpa banyak kata. Ia lebih sering memilih diam dan menepi untuk berpikir apa yang diributkan. "Kalau gitu sekarang aku antar kamu kerja dulu. Aku mau nyusul Lian ke sana," ucap Marvin seakan meminta ruang untuk memastikan keadaan yang ada.  "Ya udah. Kamu hati-hati, nanti kalau ada apa-apa kasih kabar," jawab wanita yang menaiki boncengan roda dua di depannya. Sang pria pun langsung membawa Keya ke tempat kerja dengan kecepatan tinggi.  Kepalanya mencoba mengingat cerita Lian di tempat parkir beberapa hari yang lalu. Pria bernama Nevan itu pernah mengancam akan membuat hidup Lian berada di ti
Read more

Bab 44 A

WANITA PANGGILAN 44 A   Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Sedangkan Elena kini mengerti apa yang tersirat dalam suratnya. Sungguh, dirinya tidak bisa mengatakan apa pun untuk sikap yang diambil Mayasha. Ia pergi meninggalkan semua benda berharga miliknya. Hanya kendaraan yang dibawanya.  "Lalu mau diapakan semua barang yang ada?" tanya Elena sembari mengambil kotak perhiasan dan buku tabungan yang harus ia kembalikan pada orangnya. "Oh, ya ... ini buku tabunganmu. Mayasha memintaku untuk mengembalikan ini. Aku tidak mau menyimpannya. Tapi, kalau menempati rumah ini, aku bersedia," ucap wanita yang memang biasa bertamu di rumah ini. Jadi, ia sudah terbiasa.  Lian memberikan buku itu lagi, karena memang sudah menjadi haknya. Tidak mungkin ia mengambil kembali. "Kamu simpan saja di lemari kamar Mayasha. Jika dia minta digunakan untuk anak jalanan
Read more

Bab 44 B

WANITA PANGGILAN 44 B     Oleh: Kenong Auliya Zhafira       Bayangan keasrian alam sekitar pun tidak mampu mengurangi hati yang dilanda kegelisahan. Pria yang hari ini akan menyudahi hubungannya baru mengerti jika hatinya tidak sekuat itu kehilangan Mayasha seperti ini.    Berpuluh-puluh menit terlewati tanpa disadari. Marvin menghentikan roda duanya tepat di depan rumah sederhana tapi cukup memberi kenyamanan. Tanah bercampur pasir menandakan berada di daerah pesisir. Entah apa nama desanya, Lian tidak pernah tahu. Waktunya terlalu sibuk untuk bepergian seperti ini.   "Ini rumahnya, Vin?" tanya Lian, lalu turun dari roda duanya. Kedua matanya menatap suasana pedesaan yang masih benar-benar minim fasilitas seperti tempat tinggalnya.    "Iya. Ini benar rumahnya?" Elena tidak ketinggalan ingin tahu.    Marvi
Read more

Bab 45 A

WANITA PANGGILAN 45 A     Oleh: Kenong Auliya Zhafira       Mereka semua kembali ke rumah dengan melajukan kendaraan secara iring-iringan agar saling melindungi. Walau hasil mengecewakan, tetapi setidaknya sudah berusaha mencari sebisa mungkin.    Pria yang tengah meratapi kesalahannya menatap nanar pepohonan yang berjejer di pinggir persawahan. Bayang wajah Mayasha yang datang sekelebat membuat pikirannya mengembara jauh. Rasa khawatir yang kian dalam menambah dada semakin penuh sesak.    "Bertahanlah, May ... aku janji akan membuat ibuku menerima hubungan kita meski harus membutuhkan waktu yang sangat panjang. Aku akan rela menunggu hingga saat itu tiba," ucap Lian lirih sembari menatap nanar pasangan remaja yang menyalip angkuh di sampingnya. Kemesaraan mereka menambah rasa iri karena dirinya hanya memiliki sepotong kenangan tentang kebersamaan.
Read more

Bab 45 B

WANITA PANGGILAN 45 B     Oleh: Kenong Auliya Zhafira       Belum usai merasakan nyeri, Marvin ikut mendaratkan satu pukulan di pipi satunya. Biar tidak ada yang iri. Dada yang sejak pagi memanas, sekarang terasa lebih baik setelah memberikan satu pukulan.    "Itu akibat ulahmu yang bertindak gegabah karena berani menemui Tante Elsa. Kau tahu, kau berhasil membuat hubungan keduanya berantakan. Kau pasti senang karena ulahmu juga, Mayasha kini pergi dan tidak ada yang tahu ke mana. Lain kali, kalau mau bertindak soal hati itu dipikir lima kali. Jangan kayak bocah yang suka mengadu!" jelas Marvin sembari mendekatkan wajahnya ke arah pria yang tengah memegangi pipinya.   Lian pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menumpahkan segala amarah. Hanya kepada Nevan lah ia bisa menyalahkan segala kemelut di hatinya.    "Apa kau puas
Read more

Bab 45 C

WANITA PANGGILAN 45 C     Oleh: Kenong Auliya Zhafira       Di swalayan, pria yang masih berantakan hatinya tengah duduk di salah satu pedagang kaki lima di depan area parkir. Penjual batagor yang baru saja datang bergegas membuka dagangannya. Ia tahu betul siapa orang yang telah menunggunya.    "Pak, batagor satu porsi ya? Bisa pakai piring, kan?" tanya Lian sembari membenarkan duduknya. Perih perutnya baru terasa setelah raganya kelelahan mencari keberadaan Mayasha–wanita yang telah ia lukai tanpa sengaja.   "Bisa, Mas. Tapi, bukan piring. Mangkuk," jawab bapak penjual yang mulai sibuk menggoreng isian batagor. Sesekali ia melirik pria penuh talenta yang memiliki kekuasan penuh swalayan melati. Ada keinginan bertanya, tetapi hati meragu. Takut tersinggung dan marah.    Lian tidak keberatan mau pakai piring atau pun mangkuk, yang
Read more

Bab 46 A

WANITA PANGGILAN 46 A  Oleh: Kenong Auliya Zhafira    Pembuktian tentang perasaan sebenarnya memang kadang diperlukan untuk mengukur kadar sebuah hati akan kepercayaan antar sesama manusia. Baik pasangan, persahabatan, juga hubungan orang tua dan anak.  Sang ibu ingin melihat sebesar apa cinta anaknya. Meskipun caranya melukai. "Ibu akan melihat kebenaran ucapanmu, Li ...," ujar sang ibu, lalu kembali ke ruang makan sendiri tanpa kehangatan di sore hari. Entah kenapa akalnya masih belum terbuka untuk membahas tentang wanita bernama Mayasha. Meskipun tidak tahu sampai kapan bisa saling bertahan dengan perbedaan.  Ketika sang Ibu memakan masakannya sendiri,  Lian justru tengah bermain air dalam kamar mandi. Membasuh segala lelah sembari meresapi hubungan apa yang sebenarnya terjalin antara dirinya dengan sang ibu. Ia merasa heran kenapa
Read more

Bab 46 B

WANITA PANGGILAN 46 B  Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Dengan bibir yang membentuk lengkungan bulan sabit, Marvin mengangguk tanda setuju. "Ya udah. Besok sebelum kamu berangkat kerja kita ke tempat Lian dulu. Kita akan lakukan semuanya untuk mereka. Aku nggak mau Yesha berakhir sendiri, sementara ada pria seperti Lian yang mencintainya begitu dalam. Kita sekarang tidur, udah malem banget," ujar sang pria sembari merengkuh erat tubuh wanitanya ke dalam dekapan. Satu kecupan hangat di pucuk kepala mengawali segala mimpi untuk kebahagiaan semua orang terkasih. Keduanya memejamkan kedua mata dengan hati melega karena telah mendapat cara untuk menebus kesalahan lalu. Bagi mereka, melihat Yesha bahagia bersama Lian adalah tujuan utama setelah bersatu dalam ikatan berlabel halal.  ~ Sebelum matahari menampakkan sinarnya, pasangan yang b
Read more

Bab 46 C

WANITA PANGGILAN 46 C   Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Keya yang sejak tadi diam juga ingin menyampaikan sesuatu. Bibirnya terasa gatal sejak memutuskan menemui ibunya Lian. "Ucapan Marvin benar, Tante. Semua itu gara-gara aku yang berhubungan dengan Marvin di belakangnya. Dulu, Marvin sempat bertunangan dengan Yesha. Kami adalah sahabat sejak duduk di SMA. Namun, semuanya kandas saat aku mulai menyukai Marvin. Karena keegoisan kami yang tidak meminta maaf padanya, membuat Yesha terluka sangat dalam dan memilih tersesat dalam kegelapan. Aku tahu dia wanita baik. Karena setelah bersama Lian, Yesha berhenti menerima tamu. Jadi, tolong pertimbangkan lagi hubungan mereka. Apalagi sekarang dia rela pergi seperti ini untuk menjaga hubungan Tante dengan Lian. Aku yakin ia tidak akan tega melihat Lian bertengkar dengan ibunya, sebab ibunya tidak pernah tahu ada di mana. Aku moho
Read more

Bab 46 D

WANITA PANGGILAN 46 D  Oleh: Kenong Auliya Zhafira  Selama perjalanan menuju swalayan, entah kenapa pikirannya tertuju pada keadaan Elena–teman yang menemani wanitanya dalam berbagai keadaan.  Lian segera membelokkan arah ke kiri jalan, lalu melesat membelah jalanan pagi yang lumayan padat kendaraan. Lima menit berlalu, ia bisa melihat Elena tengah menyirami bunga-bunga yang menghiasi pelataran rumah. Dari wajahnya sudah terlihat lebih baik.  "Syukurlah kalau kamu kuat, El ... kita harus sama-sama kuat menunggu kehadiran Mayasha lagi. Meskipun tidak tahu kapan. Rawatlah rumah itu hingga nanti pemiliknya kembali datang," batin Lian dalam hati, lalu pergi meninggalkan rumah yang menyimpan beberapa kenangan manis.  Hatinya lega bisa memastikan teman wanitanya baik-baik saja. Sekarang giliran dirinya untuk bersikap sekuat baja menghabisk
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status