WANITA PANGGILAN 45 C Oleh: Kenong Auliya Zhafira Di swalayan, pria yang masih berantakan hatinya tengah duduk di salah satu pedagang kaki lima di depan area parkir. Penjual batagor yang baru saja datang bergegas membuka dagangannya. Ia tahu betul siapa orang yang telah menunggunya. "Pak, batagor satu porsi ya? Bisa pakai piring, kan?" tanya Lian sembari membenarkan duduknya. Perih perutnya baru terasa setelah raganya kelelahan mencari keberadaan Mayasha–wanita yang telah ia lukai tanpa sengaja. "Bisa, Mas. Tapi, bukan piring. Mangkuk," jawab bapak penjual yang mulai sibuk menggoreng isian batagor. Sesekali ia melirik pria penuh talenta yang memiliki kekuasan penuh swalayan melati. Ada keinginan bertanya, tetapi hati meragu. Takut tersinggung dan marah. Lian tidak keberatan mau pakai piring atau pun mangkuk, yang
Read more