Beranda / Romansa / WANITA PANGGILAN / Bab 101 - Bab 110

Semua Bab WANITA PANGGILAN: Bab 101 - Bab 110

116 Bab

Bab 50 B

WANITA PANGGILAN 50 B   Oleh; Kenong Auliya Zhafira  Lian menatap dua wanita di depannya dengan mata berkaca-kaca. Kehebatan mereka bertahan dari ejekan dunia ternyata mampu menguatkan rasa persahabatan yang ada. Seperti dirinya dan juga Marvin, yang rela baku hantam demi menuruti perasaan. Namun, masa itu kini telah terlewati sejak wanitanya memilih pergi. Meski membuat hatinya kesakitan, tetapi kepergiannya juga membuat keadaan saling merangkul satu sama lain dalam berbagai masalah.  "Ibu sama Tante Maya lebih baik istirahat. Biar urusan Esha, nanti Lian bicarakan sama Marvin  dan yang lain saat bertemu." Lian menyuruh dua wanita itu untuk segera beristirahat.   Keduanya melangkah ke kamar tamu dengan saling memapah. Setelah memastikan dua punggung kuat itu menghilang, ia menuju kamarnya sendiri untuk beristirahat. Kepalanya terus berpikir
Baca selengkapnya

Bab 50 C

WANITA PANGGILAN 50 C  Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Sementara Maya mengambil uang untuk ikut memberikan senyum pada anak-anak itu, kedua anak ibu itu menikmati sarapan pagi dengan suasana yang lebih baik dari beberapa bulan terakhir. Mereka mulai melibatkan obrolan ringan di sela sarapan. "Ibu mau kasih berapa? Lian sebentar lagi berangkat. Awas, kalau sedikit! Lian malu sebagai anak dari Elsa Erza." Lian sengaja menggoda untuk mencarikan suasana yang memang mulai menghangat.  Sang ibu berdecak mendengar penuturan anaknya yang terkesan memancing isi dompetnya. Sejak kehadiran Maya di rumah dan mengetahui siapa Esha, keadaan hati wanita yang sempat sempit dan hitam kini kembali mendapat ruang serta mau melihat Mayasha dari sisi lain. Bahkan dengan bangga dan tanpa ragu, tangannya mengeluarkan dompet dari saku bajunya, lalu menyodorkan ke hadapan Lian—
Baca selengkapnya

Bab 50 D

WANITA PANGGILAN 50 D  Oleh: Kenong Auliya Zhafira  Pikiran yang berkelana jauh membuat Lian tidak menyadari saat roda duanya telah membawa dirinya ke halaman rumah penuh kenangan. Di teras rumah yang masih terlihat sama, ia dapat melihat ketiga orang yang selama ini menemani masa sendirinya. Ya, Marvin, Keya dan Elena telah berkumpul sambil bercanda ria.  Marvin menatap pemilik ide yang tengah berjalan mendekat ke arahnya. Sudah lima belas menit mereka menunggu kedatangannya untuk meminta janji yang akan menambah uang donasi.  "Kenapa baru dateng, Li? Kita nungguin buat yang dimasukin amplop. Malah orang yang ngasih belum dateng," ujar Marvin sengaja menggoda pria masih meninggikan janji setia untuk seorang Yesha Sasmaya. Pria yang ingin membuat keinginan wanitanya menjadi nyata hanya tersenyum menanggapi ucapan ketiga orang di depannya. Tanpa
Baca selengkapnya

Bab 51 A

WANITA PANGGILAN 51 A  Oleh: Kenong Auliya Zhafira    Mendengar satu nama yang baru saja membangkitkan kenangan lalu pasti membuat pikiran mengacau. Berbagai macam kesimpulan menarik sisi keyakinan untuk menilai sesusi kemauan hati. Bukan sekedar halusinasi, melainkan sebuah intuisi tentang wanita yang sangat dicintai.  Lian sejenak terbawa angin yang melambungkan asanya setinggi awan. Ada getar dalam hati ingin menanyakan lebih jauh orang yang tengah dibicarakan bocah di depannya.  "Maaf, Dek ... tadi siapa nama yang masak semua ini?" Lian bertanya sembari menahan dadanya yang hampir meledak sekuat tenaga. Ada debar berhiaskan tumpukan rindu yang tidak pernah runtuh dan tetap utuh untuk sang wanita. Bocah berseragam merah putih itu menoleh, tersenyum ceria seperti tidak ada beban. "Namanya Kak Esha, Kak ... dia cantik
Baca selengkapnya

Bab 51 B

WANITA PANGGILAN 51 B  Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Kedua pria itu saling pandang memberi kode untuk mencari jalan terbaik. Dalam hati, Lian tidak ingin kehilangan kesempatan emas ini.  "Gimana, Vin? Kalau mindahin bingkisan itu terlalu lama," ucap Lian sambil menyisir rambut pendeknya.  Entah kebetulan atau kesengajaan, pria yang dulu menebar puluhan duri tajam mendadak berada di belakang mereka. Ya, Nevan yang baru saja akan mengantar Sasmita pulang tertarik keramaian di rumah wanita peraih kewarasannya dulu. Perlahan, ia mendekat, ingin membaur dan menyapa orang-orang yang telah menyadarkan dirinya lewat beberapa hantaman.  "Maaf ... lancang ... apa ada yang bisa aku bantu? Aku perhatikan dari jauh sepertinya wajah kalian terlihat gelisah." Nevan—pria yang tidak tahu malu menawarkan bantuan secara tiba-tiba. 
Baca selengkapnya

Bab 51 C

WANITA PANGGILAN 51 C  Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Ada rasa empati yang terus menjalar simpati pada hati Lian yang memiliki nasib sama seperti bocah itu. Menjadi yatim karena sang ayah harus pergi dan tidak pernah kembali. Dalam hati, ia ingin mengajak bocah yang asyik bermain dengan legonya untuk hadir di acara Minggu besok.  "Hei, bocah ... boleh tahu nama kamu siapa?" tanya Lian sembari mendekat setelah beberapa saat mendengar cerita yang memilukan hati.  Bocah itu menghentikan permainannya, lalu menatap pria dewasa yang tengah berjongkok sambil memainkan salah satu legonya. "Namaku Bayu Angkasa, Kak ...," jawabnya penuh percaya diri.  "Oke, Bayu ... besok Minggu datang ke swalayan Kakak ya? Nanti Kakak kasih bingkisan dan hadiah. Kamu boleh ajak ibumu.  Bahkan, Kak Esha pun boleh diajak. Kamu mau?" tanya Lian sembar
Baca selengkapnya

Bab 52 A

WANITA PANGGILAN 52 A  Oleh: Kenong Auliya Zhafira    Rasa sakit karena sisa pilihan tersulit ketika melepaskan cinta demi hubungan yang semestinya terkadang bisa membekas dan meninggalkan luka berbalut ketakutan. Di mana hati yang terbelah dan berdarah dalam kesendirian tanpa ada pegangan. Keteguhan  cinta yang sempat diagungkan perlahan menurun ke dasar karena kesadaran diri demi satu kenyataan.  Mayasha masih merasakan hal itu. Rasa takut dan rendah diri akan dirinya mematahkan keberaniannya. Meski selama ini hidup dalam keadaan lebih baik, tetapi tidak menghilangkan rasa takut di kepalanya untuk bertemu Tante Elsa ketiga kali. Pertemuan kedua dulu masih menampar sisi wanitanya yang memiliki banyak kekurangan bahkan jauh dari kata sempurna. Lian yang bisa membaca raut wajah wanitanya kembali menggenggam jemari yang masih dihiasi cincin
Baca selengkapnya

Bab 52 B

WANITA PANGGILAN 52 B  Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Patah hati kedua kali dalam keadaan berbeda membuat Mayasha lebih kuat dan tetap berjalan lurus sejak pria bernama Lian Erza mengulurkan tangannya penuh cinta. Mengenggam erat jemarinya penuh kasih, dan melepasnya tanpa penyesalan. Mayasha merasa kali ini hatinya lebih kuat dan tenang, tidak seperti dulu.  Keya dan Marvin tidak henti mengucap syukur karena bisa melihat sahabat yang dulu ia lukai tidak kembali tenggelam bersama gelapnya dunia. Bagi mereka, Lian adalah lelaki paling pantas menjaga berlian yang sempat terjatuh di kubangan lumpur. Karena nyatanya hanya Lian lah yang mampu membersihkan berlian itu menjadi kembali bersinar dengan segenap perasaannya.  Elena—teman yang menemani masa sulit pun tidak kuasa menahan air mata bisa mempertemukan Mayasha dan Lian lewat dengan hina. Karena ca
Baca selengkapnya

Bab 52 C

WANITA PANGGILAN 52 C   Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Lian menerima kunci itu sembari menata debar dalam dada yang kembali bertalu. Bisa berdua tanpa penganggu setelah tidak melihatnya dalam jangka waktu lama membuat gejolaknya naik perlahan. Rasa gerogi tiba-tiba merenggut logika.  "Ehem! Kita masuk," ucap Lian untuk menutupi hatinya yang mulai menggila.  Wanita yang bisa merasakan perubahan itu hanya diam ketika jemarinya ditarik pelan untuk menuju rumah yang pernah ia tinggalkan. Langkahnya terus mengikuti hingga sampai berada di ruang tamu.  Mayasha melihat puluhan bingkisan hampir menghiasai setengah ruang tamu. Hatinya penasaran bingkisan sebanyak itu akan digunakan untuk apa.  "Li, kamu mau mengadakan acara apa? Kok, banyak banget bingkisan ini?" tanyanya sembari menatap sang pria
Baca selengkapnya

Bab 52 D

WANITA PANGGILAN 52 D  Oleh: Kenong Auliya Zhafira   Perlahan, sang pria mengenggam erat jemari yang terasa dingin, lalu menariknya berjalan bersama menuju rumahnya. Lian sesekali melempar senyum karena kali ini sangat yakin akan membuat wanitanya menjadi orang paling bahagia di dunia.  Mayasha terus memanjatkan doa dalam hati agar pertemuan kali ini tidak berakhir seperti sebelumnya. Sorot mata sang pria terpancar penuh keyakinan, membuat rasa takut menghilang perlahan.  "Kamu nggak usah gugup. Ada aku di sini." Lian kembali memberi semangat sebelum mengetuk pintu rumahnya.  Wanita di sebelahnya hanya mengangguk, mencoba percaya akan semua ucapan pria yang tidak lelah bersemayam di hati meski fsldm kesunyian. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan.  "Assalamu'alaikum, Bu ... Lian pulang." Pria
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status