WANITA PANGGILAN 45 B
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Belum usai merasakan nyeri, Marvin ikut mendaratkan satu pukulan di pipi satunya. Biar tidak ada yang iri. Dada yang sejak pagi memanas, sekarang terasa lebih baik setelah memberikan satu pukulan.
"Itu akibat ulahmu yang bertindak gegabah karena berani menemui Tante Elsa. Kau tahu, kau berhasil membuat hubungan keduanya berantakan. Kau pasti senang karena ulahmu juga, Mayasha kini pergi dan tidak ada yang tahu ke mana. Lain kali, kalau mau bertindak soal hati itu dipikir lima kali. Jangan kayak bocah yang suka mengadu!" jelas Marvin sembari mendekatkan wajahnya ke arah pria yang tengah memegangi pipinya.
Lian pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menumpahkan segala amarah. Hanya kepada Nevan lah ia bisa menyalahkan segala kemelut di hatinya.
"Apa kau puas
WANITA PANGGILAN 45 C Oleh: Kenong Auliya Zhafira Di swalayan, pria yang masih berantakan hatinya tengah duduk di salah satu pedagang kaki lima di depan area parkir. Penjual batagor yang baru saja datang bergegas membuka dagangannya. Ia tahu betul siapa orang yang telah menunggunya. "Pak, batagor satu porsi ya? Bisa pakai piring, kan?" tanya Lian sembari membenarkan duduknya. Perih perutnya baru terasa setelah raganya kelelahan mencari keberadaan Mayasha–wanita yang telah ia lukai tanpa sengaja. "Bisa, Mas. Tapi, bukan piring. Mangkuk," jawab bapak penjual yang mulai sibuk menggoreng isian batagor. Sesekali ia melirik pria penuh talenta yang memiliki kekuasan penuh swalayan melati. Ada keinginan bertanya, tetapi hati meragu. Takut tersinggung dan marah. Lian tidak keberatan mau pakai piring atau pun mangkuk, yang
WANITA PANGGILAN 46 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraPembuktian tentang perasaan sebenarnya memang kadang diperlukan untuk mengukur kadar sebuah hati akan kepercayaan antar sesama manusia. Baik pasangan, persahabatan, juga hubungan orang tua dan anak.Sang ibu ingin melihat sebesar apa cinta anaknya. Meskipun caranya melukai. "Ibu akan melihat kebenaran ucapanmu, Li ...," ujar sang ibu, lalu kembali ke ruang makan sendiri tanpa kehangatan di sore hari. Entah kenapa akalnya masih belum terbuka untuk membahas tentang wanita bernama Mayasha. Meskipun tidak tahu sampai kapan bisa saling bertahan dengan perbedaan.Ketika sang Ibu memakan masakannya sendiri, Lian justru tengah bermain air dalam kamar mandi. Membasuh segala lelah sembari meresapi hubungan apa yang sebenarnya terjalin antara dirinya dengan sang ibu. Ia merasa heran kenapa
WANITA PANGGILAN 46 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDengan bibir yang membentuk lengkungan bulan sabit, Marvin mengangguk tanda setuju. "Ya udah. Besok sebelum kamu berangkat kerja kita ke tempat Lian dulu. Kita akan lakukan semuanya untuk mereka. Aku nggak mau Yesha berakhir sendiri, sementara ada pria seperti Lian yang mencintainya begitu dalam. Kita sekarang tidur, udah malem banget," ujar sang pria sembari merengkuh erat tubuh wanitanya ke dalam dekapan. Satu kecupan hangat di pucuk kepala mengawali segala mimpi untuk kebahagiaan semua orang terkasih.Keduanya memejamkan kedua mata dengan hati melega karena telah mendapat cara untuk menebus kesalahan lalu. Bagi mereka, melihat Yesha bahagia bersama Lian adalah tujuan utama setelah bersatu dalam ikatan berlabel halal.~Sebelum matahari menampakkan sinarnya, pasangan yang b
WANITA PANGGILAN 46 COleh: Kenong Auliya ZhafiraKeya yang sejak tadi diam juga ingin menyampaikan sesuatu. Bibirnya terasa gatal sejak memutuskan menemui ibunya Lian."Ucapan Marvin benar, Tante. Semua itu gara-gara aku yang berhubungan dengan Marvin di belakangnya. Dulu, Marvin sempat bertunangan dengan Yesha. Kami adalah sahabat sejak duduk di SMA. Namun, semuanya kandas saat aku mulai menyukai Marvin. Karena keegoisan kami yang tidak meminta maaf padanya, membuat Yesha terluka sangat dalam dan memilih tersesat dalam kegelapan. Aku tahu dia wanita baik. Karena setelah bersama Lian, Yesha berhenti menerima tamu. Jadi, tolong pertimbangkan lagi hubungan mereka. Apalagi sekarang dia rela pergi seperti ini untuk menjaga hubungan Tante dengan Lian. Aku yakin ia tidak akan tega melihat Lian bertengkar dengan ibunya, sebab ibunya tidak pernah tahu ada di mana. Aku moho
WANITA PANGGILAN 46 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraSelama perjalanan menuju swalayan, entah kenapa pikirannya tertuju pada keadaan Elena–teman yang menemani wanitanya dalam berbagai keadaan.Lian segera membelokkan arah ke kiri jalan, lalu melesat membelah jalanan pagi yang lumayan padat kendaraan. Lima menit berlalu, ia bisa melihat Elena tengah menyirami bunga-bunga yang menghiasi pelataran rumah. Dari wajahnya sudah terlihat lebih baik."Syukurlah kalau kamu kuat, El ... kita harus sama-sama kuat menunggu kehadiran Mayasha lagi. Meskipun tidak tahu kapan. Rawatlah rumah itu hingga nanti pemiliknya kembali datang," batin Lian dalam hati, lalu pergi meninggalkan rumah yang menyimpan beberapa kenangan manis.Hatinya lega bisa memastikan teman wanitanya baik-baik saja. Sekarang giliran dirinya untuk bersikap sekuat baja menghabisk
WANITA PANGGILAN 47 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraPerasaan berbeda dari biasanya terkadang menyiratkan kesimpulan yang tidak sama di anggota keluarga. Begitu juga cara menyampaikan kekecawaan bisa berbeda pula di setiap penghuni rumah, termasuk Lian dan ibunya. Keduanya memiliki trik yang berbanding terbalik. Sang ibu lebih cenderung diam dan menyimpan, tetapi sekali bicara langsung ke titik permasalahan tanpa ada penawaran.Berbeda dengan Lian, ia lebih mengeluarkan resahnya lewat kesibukan diri dan berpura-pura kuat. Baginya menyibukkan pikiran mampu melupakan sejenak tentang kondisi hatinya. Akan tetapi, semua itu kini terlihat buruk di mata wanita yang tengah menatap dengan sorot mata tajam.Lian masih mengendalikan ego agar tidak terpancing, meskipun ulah sang ibu kadang membuat kewarasannya menghilang. Rasa lelah yang tersisa seakan memaksa Lian k
WANITA PANGGILAN 47 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraMarvin menepuk punggung pria yang menurutnya hebat. "Kamu pasti bisa, Li ... anggap saja jika Yesha kini tengah liburan sebelum memutuskan apa yang terbaik untuk semua. Soal ibumu hanya perlu waktu. Itu saja. Ya udah, aku pulang duluan. Nanti harus nganter Keya kerja," pamitnya kembali ke rumah.Lian pun ikut masuk rumah untuk mempersiapkan diri bergelut dengan ide yang pernah terlintas dalam benaknya beberapa minggu lalu. Kini saatnya mengisi hari patah hati bersama kegiatan yang bermanfaat. Selain itu untuk merayu Tuhan agar mengembalikan Mayasha ke dalam pelukan yang diiringi restu sang ibu.Setelah berpakaian rapi, Lian menuju ruang makan yang masih dalam keadaan sama seperti hari sebelumnya. Hening. Sang ibu tetap menyiapkan sarapan tanpa banyak bicara. Begitu juga dengan Lian, ia menghabiskan makanan dalam
WANITA PANGGILAN 47 COleh: Kenong Auliya Zhafira"Jika waktu telah lama berlalu, dan perasaan itu tidak berubah, mungkin Ibu akan mencoba menyerah demi kebahagiaan putera kesayangan," batinnya dalam hati, lalu tenggelam dalam lautan mimpi bersama malam.~Tepat jam setengah lima pagi, wanita bergelar ibu itu sudah terjaga dari tidurnya. Ia bergegas melangkah ke dapur setelah keadaan hati dan kepalnya terasa segar. Mengerjakan tugas rumah untuk mengisi kegiatan paginya akan cepat terlewati.Akan tetapi, saat melewati kamar Lian, langkahnya terhenti begitu saja karena telinganya mendengar lantunan ayat suci Al Quran. Suaranya pun terdengar merdu. Dari celah pintu yang terbuka, wajah Lian tampak berkali-kali lipat lebih tampan.Entah kenapa mendengar Lian mengaji terasa seperti mendapat hujan salju di gersangnya h
WANITA PANGGILANLast Episode FOleh: Kenong Auliya ZhafiraPermainan selesai dengan nilai tidak kalah jauh. Hanya selisih sepuluh angka. Lian mengakui kelihaian pria di sebelahnya dalam memasukkan bola basket. Ternyata ada yang lebih pintar dari dirinya. Namun, Lian cukup berbesar hati. Baginya kemenangan sesungguhnya adalah memiliki Mayasha—wanita yang kini tengah menatapnya penuh cinta dari arah lain."Selamat, Van. Kamu hebat juga! Aku akui kekalahanku dalam hal ini," ucap Lian sambil menyodorkan tangannya sebagi ucapan selamat.Nevan menyambut tangan itu dan menjabatnya hangat. "Kamu juga hebat! Bisa menaklukkan wanita di sana," jawabnya sambil menunjuk wanita yang tengah menemani bocah bermain balap motor."Kamu bisa aja. Ya udah, aku tinggal dulu. Selamat menikmati waktu berdua. Wanita di sebelahmu juga tidak
WANITA PANGGILANLast Episode EOleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menghentikan langkah di deretan kursi nomor dua. Tanpa disangka bersebelahan dengan Nevan dan Sasmita. Begitu juga Keya dan Marvin tengah berjalan menuju deretan kursi yang sama."Nevan? Tak kira tidak datang. Terima kasih sudah membantu kemarin," ucap Lian berbasa-basi."Datang dong! Aku yang harusnya terima kasih karena telah memberi kesempatan untuk menghapus kesalahan lalu. Apalagi diberi kesempatan untuk ikut bergabung dalam acara ini," jawabnya merendah.Mayasha hanya sebagai pendengar yang baik ketika sang pria bicara. Diam adalah lebih baik. Sedangkan Sasmita mendadak canggung karena duduk bersebelahan seperti ini.Wanita yang dulu pernah menorehkan luka ikut bergabung dengan duduk di tengahnya. Marvin pun sam
WANITA PANGGILANLast Episode DOleh: Kenong Auliya ZhafiraMayasha memeluk wanita yang telah berkali-kali meminta kata maaf. Ia sadar setiap wanita atau istri memiliki kadar ketahanan berbeda dalam menerima badai yang menghantam biduk rumah tangganya. Jadi, ia tidak ingin lagi membicarakan hal yang telah berlalu. Menjalani hidup setelah itu adalah yang terpenting."Ibu nggak perlu minta maaf terus. Aku udah menerima semua takdir ini sejak dulu. Aku tidak mau menghakimi dan menyalahkan siapa pun. Lebih baik kita saling menggenggam seperti ini. Saling menguatkan untuk ikatan yang sudah seharusnya," jawab Mayasha sembari mengusap punggung yang mungkin dulu pernah begitu rapuh. "Sekarang kita keluar ya? Takut Lian dan Tante Elsa udah nunggu. Nggak enak ...," imbuhnya, lalu melepas pelukan.Wanita yang kini lebih baik dalam menerima garis Tuhan
WANITA PANGGILANLast Episode COleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, tangannya membuka pintu kamar. Wanita yang mengaku dirinya ibu ternyata sudah menutup matanya lebih dulu. Wajahnya terlihat masih cantik, mirip Tante Elsa—ibunya Lian. Mayasha mengamati wajah itu dalam cahaya remang lampu kamar. Ada gurat lelah terlihat di bawah matanya."Apa selama ini dia memendam rindu sepertiku? Kenapa wajahnya terlihat begitu lelah?" tanya Mayasha dalam hati, lalu merebahkan diri di sebelah ibunya.Ada debar di dada ketika melihat raga wanita yang selama ini dirindukan setengah hati, tengah berbaring di satu tempat tidur. Perlahan, satu jemari memeluk perut sang ibu. Lalu memejamkan mata dan berdoa keadaan ini bisa selalu ada untuk jangka waktu yang lama. Hingga nanti tetap mengenggam jemarinya erat saat kehidupan kembali menguji.Ketika dua ora
WANITA PANGGILANLast Episode BOleh: Kenong Auliya ZhafiraIni pertama kali wanitanya memuji apa yang ia lakukan di hadapan sang ibu. Padahal dulu hal ini yang membuat semua luka tercipta. Namun, semuanya telah berlalu, persis seperti goresan luka yang akan mengering seiring berjalannya waktu."Ehem! Jadi, aku dapet pujian nih ...?" tanya Lian pura-pura tersipu untuk mengukir senyum di sudut bibir wanitanya. "Bajuku kok, tiba-tiba sempit ya?" ujarnya lagi sembari meraba bajunya sendiri.Seketika semua orang tertawa melihat tingkah pria yang tengah berada di puncak bahagia. Bukan karena bertemu kembali dengan wanitanya, melainkan karena berada di antara orang-orang terkasih tanpa ada lagi luka yang tertanam di hati.Ibunya Lian pun baru menyadari, tidak semua wanita seperti Mayasha akan terus terkungkung dalam gelapnya hati,
WANITA PANGGILANLast Episode AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu kembali seseorang yang kehadiranya mirip sebuah bayang hitam hanya akan menyisakan keraguan. Bukan ragu akan sosoknya, melainkan ragu akan kasih sayangnya. Apabila cinta itu telah mengakar kuat, maka tidak akan mungkin membiarkan orang itu menangis dan terluka.Mayasha tidak mendapatkan semua itu semasa kecil dari wanita di depannya. Nyatanya ia tetap pergi meski tangisannya berusaha menahan.Melihat putri yang selama ini ia lukai sekaligus ia rindukan terdiam, Maya memutuskan bersujud di kaki anaknya. Memohon ampunan untuk semua kesalahan karena telah tega meninggalkan keluarganya."Ibu minta maaf, Sha ... Ibu salah meninggalkan kamu. Ibu mohon ampun," ucapnya dengan air mata yang terus menetes membasahi pipi.Mayasha masih t
WANITA PANGGILAN 52 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, sang pria mengenggam erat jemari yang terasa dingin, lalu menariknya berjalan bersama menuju rumahnya. Lian sesekali melempar senyum karena kali ini sangat yakin akan membuat wanitanya menjadi orang paling bahagia di dunia.Mayasha terus memanjatkan doa dalam hati agar pertemuan kali ini tidak berakhir seperti sebelumnya. Sorot mata sang pria terpancar penuh keyakinan, membuat rasa takut menghilang perlahan."Kamu nggak usah gugup. Ada aku di sini." Lian kembali memberi semangat sebelum mengetuk pintu rumahnya.Wanita di sebelahnya hanya mengangguk, mencoba percaya akan semua ucapan pria yang tidak lelah bersemayam di hati meski fsldm kesunyian. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan."Assalamu'alaikum, Bu ... Lian pulang." Pria
WANITA PANGGILAN 52 COleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menerima kunci itu sembari menata debar dalam dada yang kembali bertalu. Bisa berdua tanpa penganggu setelah tidak melihatnya dalam jangka waktu lama membuat gejolaknya naik perlahan. Rasa gerogi tiba-tiba merenggut logika."Ehem! Kita masuk," ucap Lian untuk menutupi hatinya yang mulai menggila.Wanita yang bisa merasakan perubahan itu hanya diam ketika jemarinya ditarik pelan untuk menuju rumah yang pernah ia tinggalkan. Langkahnya terus mengikuti hingga sampai berada di ruang tamu.Mayasha melihat puluhan bingkisan hampir menghiasai setengah ruang tamu. Hatinya penasaran bingkisan sebanyak itu akan digunakan untuk apa."Li, kamu mau mengadakan acara apa? Kok, banyak banget bingkisan ini?" tanyanya sembari menatap sang pria
WANITA PANGGILAN 52 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraPatah hati kedua kali dalam keadaan berbeda membuat Mayasha lebih kuat dan tetap berjalan lurus sejak pria bernama Lian Erza mengulurkan tangannya penuh cinta. Mengenggam erat jemarinya penuh kasih, dan melepasnya tanpa penyesalan. Mayasha merasa kali ini hatinya lebih kuat dan tenang, tidak seperti dulu.Keya dan Marvin tidak henti mengucap syukur karena bisa melihat sahabat yang dulu ia lukai tidak kembali tenggelam bersama gelapnya dunia. Bagi mereka, Lian adalah lelaki paling pantas menjaga berlian yang sempat terjatuh di kubangan lumpur. Karena nyatanya hanya Lian lah yang mampu membersihkan berlian itu menjadi kembali bersinar dengan segenap perasaannya.Elena—teman yang menemani masa sulit pun tidak kuasa menahan air mata bisa mempertemukan Mayasha dan Lian lewat dengan hina. Karena ca