WANITA PANGGILAN 43 A
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Bibir yang terus bergetar karena menahan tangis berusaha untuk tetap diam agar kepalanya bisa berpikir tenang. "Ya sudah. Aku akan segera ke sana. Kamu tunggu. Sepuluh menit aku sampai," ujar pria yang langsung mematikan sambungan telepon.
Langkahnya terus berlari menuju garasi untuk mengeluarkan roda duanya. Namun, satu suara berhasil menghentikan langkahnya.
"Kamu mau ke mana? Sarapan dulu. Ibu sudah masak," ucap sang ibu heran karena anaknya terlihat begitu gugup dan terburu-buru.
"Sarapannya nanti aja, Bu. Lian mau ke tempat Mayasha. Barusan temannya telepon kalau dia pergi dari rumah," jelas Lian sembari mencium punggung tangan wanita yang menginginkan perpisahan ini.
"Oh, jadi dia memutuskan pergi ... bagus kalau begitu. Tidak sia-
WANITA PANGGILAN 43 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraSementara Marvin dan Keya terdiam tanpa kata. Keduanya tidak menyangka kalau Yesha akan melakukan ini demi seorang Lian Erza. Soal hati memang terkadang ia tipe wanita yang mau mengalah dan tanpa banyak kata. Ia lebih sering memilih diam dan menepi untuk berpikir apa yang diributkan."Kalau gitu sekarang aku antar kamu kerja dulu. Aku mau nyusul Lian ke sana," ucap Marvin seakan meminta ruang untuk memastikan keadaan yang ada."Ya udah. Kamu hati-hati, nanti kalau ada apa-apa kasih kabar," jawab wanita yang menaiki boncengan roda dua di depannya. Sang pria pun langsung membawa Keya ke tempat kerja dengan kecepatan tinggi.Kepalanya mencoba mengingat cerita Lian di tempat parkir beberapa hari yang lalu. Pria bernama Nevan itu pernah mengancam akan membuat hidup Lian berada di ti
WANITA PANGGILAN 44 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraSedangkan Elena kini mengerti apa yang tersirat dalam suratnya. Sungguh, dirinya tidak bisa mengatakan apa pun untuk sikap yang diambil Mayasha. Ia pergi meninggalkan semua benda berharga miliknya. Hanya kendaraan yang dibawanya."Lalu mau diapakan semua barang yang ada?" tanya Elena sembari mengambil kotak perhiasan dan buku tabungan yang harus ia kembalikan pada orangnya. "Oh, ya ... ini buku tabunganmu. Mayasha memintaku untuk mengembalikan ini. Aku tidak mau menyimpannya. Tapi, kalau menempati rumah ini, aku bersedia," ucap wanita yang memang biasa bertamu di rumah ini. Jadi, ia sudah terbiasa.Lian memberikan buku itu lagi, karena memang sudah menjadi haknya. Tidak mungkin ia mengambil kembali. "Kamu simpan saja di lemari kamar Mayasha. Jika dia minta digunakan untuk anak jalanan
WANITA PANGGILAN 44 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Bayangan keasrian alam sekitar pun tidak mampu mengurangi hati yang dilanda kegelisahan. Pria yang hari ini akan menyudahi hubungannya baru mengerti jika hatinya tidak sekuat itu kehilangan Mayasha seperti ini. Berpuluh-puluh menit terlewati tanpa disadari. Marvin menghentikan roda duanya tepat di depan rumah sederhana tapi cukup memberi kenyamanan. Tanah bercampur pasir menandakan berada di daerah pesisir. Entah apa nama desanya, Lian tidak pernah tahu. Waktunya terlalu sibuk untuk bepergian seperti ini. "Ini rumahnya, Vin?" tanya Lian, lalu turun dari roda duanya. Kedua matanya menatap suasana pedesaan yang masih benar-benar minim fasilitas seperti tempat tinggalnya. "Iya. Ini benar rumahnya?" Elena tidak ketinggalan ingin tahu. Marvi
WANITA PANGGILAN 45 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mereka semua kembali ke rumah dengan melajukan kendaraan secara iring-iringan agar saling melindungi. Walau hasil mengecewakan, tetapi setidaknya sudah berusaha mencari sebisa mungkin. Pria yang tengah meratapi kesalahannya menatap nanar pepohonan yang berjejer di pinggir persawahan. Bayang wajah Mayasha yang datang sekelebat membuat pikirannya mengembara jauh. Rasa khawatir yang kian dalam menambah dada semakin penuh sesak. "Bertahanlah, May ... aku janji akan membuat ibuku menerima hubungan kita meski harus membutuhkan waktu yang sangat panjang. Aku akan rela menunggu hingga saat itu tiba," ucap Lian lirih sembari menatap nanar pasangan remaja yang menyalip angkuh di sampingnya. Kemesaraan mereka menambah rasa iri karena dirinya hanya memiliki sepotong kenangan tentang kebersamaan.
WANITA PANGGILAN 45 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Belum usai merasakan nyeri, Marvin ikut mendaratkan satu pukulan di pipi satunya. Biar tidak ada yang iri. Dada yang sejak pagi memanas, sekarang terasa lebih baik setelah memberikan satu pukulan. "Itu akibat ulahmu yang bertindak gegabah karena berani menemui Tante Elsa. Kau tahu, kau berhasil membuat hubungan keduanya berantakan. Kau pasti senang karena ulahmu juga, Mayasha kini pergi dan tidak ada yang tahu ke mana. Lain kali, kalau mau bertindak soal hati itu dipikir lima kali. Jangan kayak bocah yang suka mengadu!" jelas Marvin sembari mendekatkan wajahnya ke arah pria yang tengah memegangi pipinya. Lian pun tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk menumpahkan segala amarah. Hanya kepada Nevan lah ia bisa menyalahkan segala kemelut di hatinya. "Apa kau puas
WANITA PANGGILAN 45 C Oleh: Kenong Auliya Zhafira Di swalayan, pria yang masih berantakan hatinya tengah duduk di salah satu pedagang kaki lima di depan area parkir. Penjual batagor yang baru saja datang bergegas membuka dagangannya. Ia tahu betul siapa orang yang telah menunggunya. "Pak, batagor satu porsi ya? Bisa pakai piring, kan?" tanya Lian sembari membenarkan duduknya. Perih perutnya baru terasa setelah raganya kelelahan mencari keberadaan Mayasha–wanita yang telah ia lukai tanpa sengaja. "Bisa, Mas. Tapi, bukan piring. Mangkuk," jawab bapak penjual yang mulai sibuk menggoreng isian batagor. Sesekali ia melirik pria penuh talenta yang memiliki kekuasan penuh swalayan melati. Ada keinginan bertanya, tetapi hati meragu. Takut tersinggung dan marah. Lian tidak keberatan mau pakai piring atau pun mangkuk, yang
WANITA PANGGILAN 46 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraPembuktian tentang perasaan sebenarnya memang kadang diperlukan untuk mengukur kadar sebuah hati akan kepercayaan antar sesama manusia. Baik pasangan, persahabatan, juga hubungan orang tua dan anak.Sang ibu ingin melihat sebesar apa cinta anaknya. Meskipun caranya melukai. "Ibu akan melihat kebenaran ucapanmu, Li ...," ujar sang ibu, lalu kembali ke ruang makan sendiri tanpa kehangatan di sore hari. Entah kenapa akalnya masih belum terbuka untuk membahas tentang wanita bernama Mayasha. Meskipun tidak tahu sampai kapan bisa saling bertahan dengan perbedaan.Ketika sang Ibu memakan masakannya sendiri, Lian justru tengah bermain air dalam kamar mandi. Membasuh segala lelah sembari meresapi hubungan apa yang sebenarnya terjalin antara dirinya dengan sang ibu. Ia merasa heran kenapa
WANITA PANGGILAN 46 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraDengan bibir yang membentuk lengkungan bulan sabit, Marvin mengangguk tanda setuju. "Ya udah. Besok sebelum kamu berangkat kerja kita ke tempat Lian dulu. Kita akan lakukan semuanya untuk mereka. Aku nggak mau Yesha berakhir sendiri, sementara ada pria seperti Lian yang mencintainya begitu dalam. Kita sekarang tidur, udah malem banget," ujar sang pria sembari merengkuh erat tubuh wanitanya ke dalam dekapan. Satu kecupan hangat di pucuk kepala mengawali segala mimpi untuk kebahagiaan semua orang terkasih.Keduanya memejamkan kedua mata dengan hati melega karena telah mendapat cara untuk menebus kesalahan lalu. Bagi mereka, melihat Yesha bahagia bersama Lian adalah tujuan utama setelah bersatu dalam ikatan berlabel halal.~Sebelum matahari menampakkan sinarnya, pasangan yang b
WANITA PANGGILANLast Episode FOleh: Kenong Auliya ZhafiraPermainan selesai dengan nilai tidak kalah jauh. Hanya selisih sepuluh angka. Lian mengakui kelihaian pria di sebelahnya dalam memasukkan bola basket. Ternyata ada yang lebih pintar dari dirinya. Namun, Lian cukup berbesar hati. Baginya kemenangan sesungguhnya adalah memiliki Mayasha—wanita yang kini tengah menatapnya penuh cinta dari arah lain."Selamat, Van. Kamu hebat juga! Aku akui kekalahanku dalam hal ini," ucap Lian sambil menyodorkan tangannya sebagi ucapan selamat.Nevan menyambut tangan itu dan menjabatnya hangat. "Kamu juga hebat! Bisa menaklukkan wanita di sana," jawabnya sambil menunjuk wanita yang tengah menemani bocah bermain balap motor."Kamu bisa aja. Ya udah, aku tinggal dulu. Selamat menikmati waktu berdua. Wanita di sebelahmu juga tidak
WANITA PANGGILANLast Episode EOleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menghentikan langkah di deretan kursi nomor dua. Tanpa disangka bersebelahan dengan Nevan dan Sasmita. Begitu juga Keya dan Marvin tengah berjalan menuju deretan kursi yang sama."Nevan? Tak kira tidak datang. Terima kasih sudah membantu kemarin," ucap Lian berbasa-basi."Datang dong! Aku yang harusnya terima kasih karena telah memberi kesempatan untuk menghapus kesalahan lalu. Apalagi diberi kesempatan untuk ikut bergabung dalam acara ini," jawabnya merendah.Mayasha hanya sebagai pendengar yang baik ketika sang pria bicara. Diam adalah lebih baik. Sedangkan Sasmita mendadak canggung karena duduk bersebelahan seperti ini.Wanita yang dulu pernah menorehkan luka ikut bergabung dengan duduk di tengahnya. Marvin pun sam
WANITA PANGGILANLast Episode DOleh: Kenong Auliya ZhafiraMayasha memeluk wanita yang telah berkali-kali meminta kata maaf. Ia sadar setiap wanita atau istri memiliki kadar ketahanan berbeda dalam menerima badai yang menghantam biduk rumah tangganya. Jadi, ia tidak ingin lagi membicarakan hal yang telah berlalu. Menjalani hidup setelah itu adalah yang terpenting."Ibu nggak perlu minta maaf terus. Aku udah menerima semua takdir ini sejak dulu. Aku tidak mau menghakimi dan menyalahkan siapa pun. Lebih baik kita saling menggenggam seperti ini. Saling menguatkan untuk ikatan yang sudah seharusnya," jawab Mayasha sembari mengusap punggung yang mungkin dulu pernah begitu rapuh. "Sekarang kita keluar ya? Takut Lian dan Tante Elsa udah nunggu. Nggak enak ...," imbuhnya, lalu melepas pelukan.Wanita yang kini lebih baik dalam menerima garis Tuhan
WANITA PANGGILANLast Episode COleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, tangannya membuka pintu kamar. Wanita yang mengaku dirinya ibu ternyata sudah menutup matanya lebih dulu. Wajahnya terlihat masih cantik, mirip Tante Elsa—ibunya Lian. Mayasha mengamati wajah itu dalam cahaya remang lampu kamar. Ada gurat lelah terlihat di bawah matanya."Apa selama ini dia memendam rindu sepertiku? Kenapa wajahnya terlihat begitu lelah?" tanya Mayasha dalam hati, lalu merebahkan diri di sebelah ibunya.Ada debar di dada ketika melihat raga wanita yang selama ini dirindukan setengah hati, tengah berbaring di satu tempat tidur. Perlahan, satu jemari memeluk perut sang ibu. Lalu memejamkan mata dan berdoa keadaan ini bisa selalu ada untuk jangka waktu yang lama. Hingga nanti tetap mengenggam jemarinya erat saat kehidupan kembali menguji.Ketika dua ora
WANITA PANGGILANLast Episode BOleh: Kenong Auliya ZhafiraIni pertama kali wanitanya memuji apa yang ia lakukan di hadapan sang ibu. Padahal dulu hal ini yang membuat semua luka tercipta. Namun, semuanya telah berlalu, persis seperti goresan luka yang akan mengering seiring berjalannya waktu."Ehem! Jadi, aku dapet pujian nih ...?" tanya Lian pura-pura tersipu untuk mengukir senyum di sudut bibir wanitanya. "Bajuku kok, tiba-tiba sempit ya?" ujarnya lagi sembari meraba bajunya sendiri.Seketika semua orang tertawa melihat tingkah pria yang tengah berada di puncak bahagia. Bukan karena bertemu kembali dengan wanitanya, melainkan karena berada di antara orang-orang terkasih tanpa ada lagi luka yang tertanam di hati.Ibunya Lian pun baru menyadari, tidak semua wanita seperti Mayasha akan terus terkungkung dalam gelapnya hati,
WANITA PANGGILANLast Episode AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu kembali seseorang yang kehadiranya mirip sebuah bayang hitam hanya akan menyisakan keraguan. Bukan ragu akan sosoknya, melainkan ragu akan kasih sayangnya. Apabila cinta itu telah mengakar kuat, maka tidak akan mungkin membiarkan orang itu menangis dan terluka.Mayasha tidak mendapatkan semua itu semasa kecil dari wanita di depannya. Nyatanya ia tetap pergi meski tangisannya berusaha menahan.Melihat putri yang selama ini ia lukai sekaligus ia rindukan terdiam, Maya memutuskan bersujud di kaki anaknya. Memohon ampunan untuk semua kesalahan karena telah tega meninggalkan keluarganya."Ibu minta maaf, Sha ... Ibu salah meninggalkan kamu. Ibu mohon ampun," ucapnya dengan air mata yang terus menetes membasahi pipi.Mayasha masih t
WANITA PANGGILAN 52 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, sang pria mengenggam erat jemari yang terasa dingin, lalu menariknya berjalan bersama menuju rumahnya. Lian sesekali melempar senyum karena kali ini sangat yakin akan membuat wanitanya menjadi orang paling bahagia di dunia.Mayasha terus memanjatkan doa dalam hati agar pertemuan kali ini tidak berakhir seperti sebelumnya. Sorot mata sang pria terpancar penuh keyakinan, membuat rasa takut menghilang perlahan."Kamu nggak usah gugup. Ada aku di sini." Lian kembali memberi semangat sebelum mengetuk pintu rumahnya.Wanita di sebelahnya hanya mengangguk, mencoba percaya akan semua ucapan pria yang tidak lelah bersemayam di hati meski fsldm kesunyian. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan."Assalamu'alaikum, Bu ... Lian pulang." Pria
WANITA PANGGILAN 52 COleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menerima kunci itu sembari menata debar dalam dada yang kembali bertalu. Bisa berdua tanpa penganggu setelah tidak melihatnya dalam jangka waktu lama membuat gejolaknya naik perlahan. Rasa gerogi tiba-tiba merenggut logika."Ehem! Kita masuk," ucap Lian untuk menutupi hatinya yang mulai menggila.Wanita yang bisa merasakan perubahan itu hanya diam ketika jemarinya ditarik pelan untuk menuju rumah yang pernah ia tinggalkan. Langkahnya terus mengikuti hingga sampai berada di ruang tamu.Mayasha melihat puluhan bingkisan hampir menghiasai setengah ruang tamu. Hatinya penasaran bingkisan sebanyak itu akan digunakan untuk apa."Li, kamu mau mengadakan acara apa? Kok, banyak banget bingkisan ini?" tanyanya sembari menatap sang pria
WANITA PANGGILAN 52 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraPatah hati kedua kali dalam keadaan berbeda membuat Mayasha lebih kuat dan tetap berjalan lurus sejak pria bernama Lian Erza mengulurkan tangannya penuh cinta. Mengenggam erat jemarinya penuh kasih, dan melepasnya tanpa penyesalan. Mayasha merasa kali ini hatinya lebih kuat dan tenang, tidak seperti dulu.Keya dan Marvin tidak henti mengucap syukur karena bisa melihat sahabat yang dulu ia lukai tidak kembali tenggelam bersama gelapnya dunia. Bagi mereka, Lian adalah lelaki paling pantas menjaga berlian yang sempat terjatuh di kubangan lumpur. Karena nyatanya hanya Lian lah yang mampu membersihkan berlian itu menjadi kembali bersinar dengan segenap perasaannya.Elena—teman yang menemani masa sulit pun tidak kuasa menahan air mata bisa mempertemukan Mayasha dan Lian lewat dengan hina. Karena ca