WANITA PANGGILAN 39 A
Oleh: Kenong Auliya Zhafira
Lelehan air mata yang sejak tadi tertahan kini menetes tipis membasahi pipi. Lian segera mendongak untuk membendung agar tidak jatuh semakin deras. Lalu merenggangkan dekapan dan terus mencoba kuat. Cinta membuat keduanya rela menahan semua lara hanya untuk terlihat baik-baik saja.
"May ... apa pun yang aku lakukan padamu, percayalah tidak akan mengubah atau mengurangi kadar cinta ini. Selamanya hanya kamu yang ada di sini, di hatiku. Tidak akan pernah ada yang lain selain dirimu. Aku akan melakukan apa pun untuk membuatmu bahagia. I Love you ...," ujar sang pria sembari mengusap lembut pipi wanita di depannya yang menatap penuh cinta.
Mayasha tidak tahu harus berkata apa. Memang beginilah rasa sakitnya ketika harus melepas dalam diam orang yang kita cintai. Sakit tapi tidak bisa memaki. Meski terdiam menaha
WANITA PANGGILAN 39 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lian tidak pernah melepaskan kecupan sedetik pun, meski tangannya berusaha melepaskan pengait bra yang menutupi dua gundukan paling indah di dunia. Setelah terlepas, Lian merebahkan pelan tubuh Mayasha di ranjang kamar yang mungkin akan menjadi saksi bisu sakitnya patah hati. "Kamu cantik, Sayang ... aku bahagia bisa melihat apa yang menjadi kebangganmu selama ini," puji Lian saat menatap haru setengah tubuh yang tanpa penghalang. Kulit putih dan mulusnya sepadan dengan wajah wanitanya yang mempesona. Wanita yang tengah menatap dada bidang sang pria pun memuji bentuk tubuh yang terlihat menggoda. Mayasha baru tahu kalau tubuh Lian begitu indah, apalagi area perutnya yang terlihat seperti binaragawan. Ia berpikir kalau prianya sering melakukan olah raga. "Tubu
WANITA PANGGILAN 40 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Sang pria hanya tertunduk. Dalam hati ia merutuki sikap gilanya sekarang. Meski tinggal selangkah lagi bisa memiliki Mayasha seutuhnya, tetapi nuraninya menolak mengambil dengan cara seperti ini. "Maaf, Sayang ... aku tidak bisa melakukannya dengan cara seperti ini. Aku ingin mengambil sesuatu itu dengan cara yang seharusnya. Maafkan aku ...," jawab sang pria, suaranya terdengar begitu menyesal. Mayasha yang tahu hal ini akan terjadi kemudian bangkit dari tidurnya. Lalu mengusap lembut wajah pria yang akan membuatnya mati perlahan karena terlalu mencintainya. "Hei ... kamu nggak perlu minta maaf. Harusnya aku yang sadar diri. Kamu berani membuatku begini saja, itu sudah cukup. Aku bahagia kamu bisa menyentuh dan menikmati satu per satu yang ada pada
WANITA PANGGILAN 40 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Mayasha hanya bisa pasrah menerima kemauan prianya. Meskipun nanti tidak tahu harus diapakan pemberian itu. Setidaknya ia ingin menjadi wanita lebih baik dengan menghasilkan uang dari keringat sendiri tanpa menawarkan tubuhnya lagi. "Baiklah. Aku akan menerima. Tapi, kalau sekarang kita makan gimana? Aku lapar ...," pinta Mayasha diiringi suara cacing bernyanyi dalam perutnya. Pria yang ikut mendengar suara itu menjadi tertawa. Namun, raganya memilih bangkit dibarengi sang wanita. Lian sengaja mengambilkan baju kaus yang tergeletak di lantai, lalu memakaikannya pada Mayasha. Ketika wanitanya sudah terlabut sempurna, giliran ia sibuk memakai bajunya. "Makasih, Sayang ...," ucap Mayasha, lalu mengecup singkat bibir prianya sebelum beranjak pergi. "Aku keluar dulu. Mau buat mi aja yang cepet. Kamu m
WANITA PANGGILAN 41 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Lian merasa terharu mendengar ucapan yang keluar dari kejujuran seorang Mayasha. Bahkan kecupan singkat yang terasa begitu hangat tidak mampu menahan bulir bening yang ingin menerobos keluar. Namun, ia tidak ingin wanitanya melihat sisi kerapuhan yang sebenarnya. Sebelum Mayasha menarik diri dan melepas kehangatan, Lian sigap menahan pinggang ramping wanitanya agar tetap di posisi yang sama. Bahkan tangannya sengaja merapatkan jarak agar lebih dekat. Tanpa aba-aba, bibir keduanya kembali berpagut mesra di bawah langit malam yang bertaburan bintang. Udara malam yang membelai kulit tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk terus mencari kehangatan sebelum terjadi perpisahan yang akan menorehkan luka kerinduan. Walaupun kedua
WANITA PANGGILAN 41 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira Wanita yang memutuskan menepi itu menata ulang semua barang berharga miliknya dalam satu wadah. Mayasha ingin meminta Elena untuk menyimpan dan menggunakan untuk hal yang lebih bermanfaat. Meskipun ia sadar mendapatkannya dengan cara hina. Setelah selesai, wanita yang tidak punya kesiapan penuh menjalani hari esok mengambil selembar kertas, lalu jemarinya mulai menari indah merangkai pesan untuk sahabat terbaiknya yang selama ini menemani dalam suka dan duka. "Maafkan aku, El ... mungkin ini adalah akhir kisah kita. Aku janji tidak akan melupakan segala kebaikanmu selama berada di titik rendah hingga kini kembali ke titik semula. Hanya ini caraku mencintai seorang pria seperti Lian Erza. Maaf, karena aku selalu merepotkanmu," ucap Mayasha sembari menulis isi hatinya. Bulir
WANITA PANGGILAN 42 A Oleh: Kenong Auliya Zhafira Ketika langit mulai kelabu, wanita yang berusaha menantang kehidupan kedua kali telah bersiap melangkah meniti keputusan baru. Keputusan yang menggulung semua mimpi untuk hidup bahagia seperti pasangan lain pada umumnya bersama pria pujaan. Baju kaus oblong dan celana jeans panjang membalut sempurna menutupi keindahan tubuh seorang Mayasha. Rambut panjangnya juga terikat dengan gelang karet biasa. Menampilkan sisi kesederhanaan yang hanya dapat dilihat jika berada di rumah. Mayasha melirik tas ransel yang tergeletak di dekat lemari. Baju kaos dan celana yang telah disiapkan satu jam sebelum kepergiannya kini tersimpan manis, tinggal membawa pergi. Begitu juga kenangan bersama sang pria telah terbungkus rapi dalam ingatan. "Selamat tinggal rumah impian. Maaf, jika harus meni
WANITA PANGGILAN 42 B Oleh: Kenong Auliya Zhafira 'Teruntuk Elena, teman sekaligus saudaraku ... Sebelumnya aku minta maaf karena tidak bisa menyampaikan hal ini secara langsung. Ada hal yang tidak bisa aku ceritakan padamu. Jadi, aku minta maaf yang sebesar-besarnya untuk hal ini. Bukan aku tidak ingin berbagi atau sengaja menutupi, aku hanya malu karena selama ini selalu merepotkan waktumu untuk semua masalahku. El, aku sangat berterima kasih karena Tuhan mempertemukan kita beberapa tahun lalu. Bersamamu, aku belajar banyak hal tentang kehidupan. Meskipun jalan yang aku pilih jauh tersesat, tetapi kamu selalu diam dan terus setia menemani. Aku tidak bisa membayangkan jika malam itu tidak bertemu denganmu. Mungkin akhir hidupku tidak akan sejauh sekarang yang dipertemukan pria seperti Lian. Aku bahagia bisa mengenal dan menerima pria sepertinya dalam hidup. Bagiku, kamu
WANITA PANGGILAN 43 AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBibir yang terus bergetar karena menahan tangis berusaha untuk tetap diam agar kepalanya bisa berpikir tenang. "Ya sudah. Aku akan segera ke sana. Kamu tunggu. Sepuluh menit aku sampai," ujar pria yang langsung mematikan sambungan telepon.Langkahnya terus berlari menuju garasi untuk mengeluarkan roda duanya. Namun, satu suara berhasil menghentikan langkahnya."Kamu mau ke mana? Sarapan dulu. Ibu sudah masak," ucap sang ibu heran karena anaknya terlihat begitu gugup dan terburu-buru."Sarapannya nanti aja, Bu. Lian mau ke tempat Mayasha. Barusan temannya telepon kalau dia pergi dari rumah," jelas Lian sembari mencium punggung tangan wanita yang menginginkan perpisahan ini."Oh, jadi dia memutuskan pergi ... bagus kalau begitu. Tidak sia-
WANITA PANGGILANLast Episode FOleh: Kenong Auliya ZhafiraPermainan selesai dengan nilai tidak kalah jauh. Hanya selisih sepuluh angka. Lian mengakui kelihaian pria di sebelahnya dalam memasukkan bola basket. Ternyata ada yang lebih pintar dari dirinya. Namun, Lian cukup berbesar hati. Baginya kemenangan sesungguhnya adalah memiliki Mayasha—wanita yang kini tengah menatapnya penuh cinta dari arah lain."Selamat, Van. Kamu hebat juga! Aku akui kekalahanku dalam hal ini," ucap Lian sambil menyodorkan tangannya sebagi ucapan selamat.Nevan menyambut tangan itu dan menjabatnya hangat. "Kamu juga hebat! Bisa menaklukkan wanita di sana," jawabnya sambil menunjuk wanita yang tengah menemani bocah bermain balap motor."Kamu bisa aja. Ya udah, aku tinggal dulu. Selamat menikmati waktu berdua. Wanita di sebelahmu juga tidak
WANITA PANGGILANLast Episode EOleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menghentikan langkah di deretan kursi nomor dua. Tanpa disangka bersebelahan dengan Nevan dan Sasmita. Begitu juga Keya dan Marvin tengah berjalan menuju deretan kursi yang sama."Nevan? Tak kira tidak datang. Terima kasih sudah membantu kemarin," ucap Lian berbasa-basi."Datang dong! Aku yang harusnya terima kasih karena telah memberi kesempatan untuk menghapus kesalahan lalu. Apalagi diberi kesempatan untuk ikut bergabung dalam acara ini," jawabnya merendah.Mayasha hanya sebagai pendengar yang baik ketika sang pria bicara. Diam adalah lebih baik. Sedangkan Sasmita mendadak canggung karena duduk bersebelahan seperti ini.Wanita yang dulu pernah menorehkan luka ikut bergabung dengan duduk di tengahnya. Marvin pun sam
WANITA PANGGILANLast Episode DOleh: Kenong Auliya ZhafiraMayasha memeluk wanita yang telah berkali-kali meminta kata maaf. Ia sadar setiap wanita atau istri memiliki kadar ketahanan berbeda dalam menerima badai yang menghantam biduk rumah tangganya. Jadi, ia tidak ingin lagi membicarakan hal yang telah berlalu. Menjalani hidup setelah itu adalah yang terpenting."Ibu nggak perlu minta maaf terus. Aku udah menerima semua takdir ini sejak dulu. Aku tidak mau menghakimi dan menyalahkan siapa pun. Lebih baik kita saling menggenggam seperti ini. Saling menguatkan untuk ikatan yang sudah seharusnya," jawab Mayasha sembari mengusap punggung yang mungkin dulu pernah begitu rapuh. "Sekarang kita keluar ya? Takut Lian dan Tante Elsa udah nunggu. Nggak enak ...," imbuhnya, lalu melepas pelukan.Wanita yang kini lebih baik dalam menerima garis Tuhan
WANITA PANGGILANLast Episode COleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, tangannya membuka pintu kamar. Wanita yang mengaku dirinya ibu ternyata sudah menutup matanya lebih dulu. Wajahnya terlihat masih cantik, mirip Tante Elsa—ibunya Lian. Mayasha mengamati wajah itu dalam cahaya remang lampu kamar. Ada gurat lelah terlihat di bawah matanya."Apa selama ini dia memendam rindu sepertiku? Kenapa wajahnya terlihat begitu lelah?" tanya Mayasha dalam hati, lalu merebahkan diri di sebelah ibunya.Ada debar di dada ketika melihat raga wanita yang selama ini dirindukan setengah hati, tengah berbaring di satu tempat tidur. Perlahan, satu jemari memeluk perut sang ibu. Lalu memejamkan mata dan berdoa keadaan ini bisa selalu ada untuk jangka waktu yang lama. Hingga nanti tetap mengenggam jemarinya erat saat kehidupan kembali menguji.Ketika dua ora
WANITA PANGGILANLast Episode BOleh: Kenong Auliya ZhafiraIni pertama kali wanitanya memuji apa yang ia lakukan di hadapan sang ibu. Padahal dulu hal ini yang membuat semua luka tercipta. Namun, semuanya telah berlalu, persis seperti goresan luka yang akan mengering seiring berjalannya waktu."Ehem! Jadi, aku dapet pujian nih ...?" tanya Lian pura-pura tersipu untuk mengukir senyum di sudut bibir wanitanya. "Bajuku kok, tiba-tiba sempit ya?" ujarnya lagi sembari meraba bajunya sendiri.Seketika semua orang tertawa melihat tingkah pria yang tengah berada di puncak bahagia. Bukan karena bertemu kembali dengan wanitanya, melainkan karena berada di antara orang-orang terkasih tanpa ada lagi luka yang tertanam di hati.Ibunya Lian pun baru menyadari, tidak semua wanita seperti Mayasha akan terus terkungkung dalam gelapnya hati,
WANITA PANGGILANLast Episode AOleh: Kenong Auliya ZhafiraBertemu kembali seseorang yang kehadiranya mirip sebuah bayang hitam hanya akan menyisakan keraguan. Bukan ragu akan sosoknya, melainkan ragu akan kasih sayangnya. Apabila cinta itu telah mengakar kuat, maka tidak akan mungkin membiarkan orang itu menangis dan terluka.Mayasha tidak mendapatkan semua itu semasa kecil dari wanita di depannya. Nyatanya ia tetap pergi meski tangisannya berusaha menahan.Melihat putri yang selama ini ia lukai sekaligus ia rindukan terdiam, Maya memutuskan bersujud di kaki anaknya. Memohon ampunan untuk semua kesalahan karena telah tega meninggalkan keluarganya."Ibu minta maaf, Sha ... Ibu salah meninggalkan kamu. Ibu mohon ampun," ucapnya dengan air mata yang terus menetes membasahi pipi.Mayasha masih t
WANITA PANGGILAN 52 DOleh: Kenong Auliya ZhafiraPerlahan, sang pria mengenggam erat jemari yang terasa dingin, lalu menariknya berjalan bersama menuju rumahnya. Lian sesekali melempar senyum karena kali ini sangat yakin akan membuat wanitanya menjadi orang paling bahagia di dunia.Mayasha terus memanjatkan doa dalam hati agar pertemuan kali ini tidak berakhir seperti sebelumnya. Sorot mata sang pria terpancar penuh keyakinan, membuat rasa takut menghilang perlahan."Kamu nggak usah gugup. Ada aku di sini." Lian kembali memberi semangat sebelum mengetuk pintu rumahnya.Wanita di sebelahnya hanya mengangguk, mencoba percaya akan semua ucapan pria yang tidak lelah bersemayam di hati meski fsldm kesunyian. Karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan."Assalamu'alaikum, Bu ... Lian pulang." Pria
WANITA PANGGILAN 52 COleh: Kenong Auliya ZhafiraLian menerima kunci itu sembari menata debar dalam dada yang kembali bertalu. Bisa berdua tanpa penganggu setelah tidak melihatnya dalam jangka waktu lama membuat gejolaknya naik perlahan. Rasa gerogi tiba-tiba merenggut logika."Ehem! Kita masuk," ucap Lian untuk menutupi hatinya yang mulai menggila.Wanita yang bisa merasakan perubahan itu hanya diam ketika jemarinya ditarik pelan untuk menuju rumah yang pernah ia tinggalkan. Langkahnya terus mengikuti hingga sampai berada di ruang tamu.Mayasha melihat puluhan bingkisan hampir menghiasai setengah ruang tamu. Hatinya penasaran bingkisan sebanyak itu akan digunakan untuk apa."Li, kamu mau mengadakan acara apa? Kok, banyak banget bingkisan ini?" tanyanya sembari menatap sang pria
WANITA PANGGILAN 52 BOleh: Kenong Auliya ZhafiraPatah hati kedua kali dalam keadaan berbeda membuat Mayasha lebih kuat dan tetap berjalan lurus sejak pria bernama Lian Erza mengulurkan tangannya penuh cinta. Mengenggam erat jemarinya penuh kasih, dan melepasnya tanpa penyesalan. Mayasha merasa kali ini hatinya lebih kuat dan tenang, tidak seperti dulu.Keya dan Marvin tidak henti mengucap syukur karena bisa melihat sahabat yang dulu ia lukai tidak kembali tenggelam bersama gelapnya dunia. Bagi mereka, Lian adalah lelaki paling pantas menjaga berlian yang sempat terjatuh di kubangan lumpur. Karena nyatanya hanya Lian lah yang mampu membersihkan berlian itu menjadi kembali bersinar dengan segenap perasaannya.Elena—teman yang menemani masa sulit pun tidak kuasa menahan air mata bisa mempertemukan Mayasha dan Lian lewat dengan hina. Karena ca