Slavia memegang keningnya. “Kamu pasti bohong kan, Ras? Masa Ardan bilang begitu sama kamu?” “Nggak secara langsung sih,” elak Raras. “Nah, terus? Jangan sok tahu deh kamu, Ras. Bikin aku malu saja, nanti dikira aku janda gatal lagi ....” “Siapa yang berani bilang kamu kayak begini, aku sumpal mulutnya pakai kain pel!” Raras berkata menggebu-gebu. “Enak saja, nggak semua janda begitu, Vi. Tergantung orangnya, kamu kan alim.” Slavia menahan tawa mendengar ucapan Raras. “Kalau aku baik, nggak mungkin aku diceraikan begitu saja sama Pak Rio.” Raras mendadak memukul keningnya, seolah mengingat sesuatu hal. “Soal Luna, apa kamu nggak mau kasih tahu Pak Rio?” “Ah, itu ....” Slavia tertegun mendengar pertanyaan Raras. “Membesarkan seorang anak sendirian itu nggak mudah lho, Vi. Setidaknya kalau kamu cerita, Pak Rio wajib untuk ikut bertanggung jawab soal nafkah Luna.” Slavia menghela napas panjang. “Entahlah, Ras. Untuk saat ini aku nggak yakin, rasa sakit hatiku masih terlalu dala
Read more