“Terserahlah, Ras.” Ardan geleng-geleng kepala, lalu menghubungi kontak Slavia. “Sudah ngantuk, ya? Kok nguap?” Rio menatap putra semata wayangnya yang mulai terdiam, ketika itulah ponsel milik Slavia yang tergeletak di atas meja tiba-tiba berdering nyaring. Fokus Rio lantas teralihkan kepada benda pipih itu. Awalnya dia ragu, tapi akhirnya terbit rasa penasaran di hatinya untuk melihat siapa penelepon yang menghubungi Slavia. “Ardan?” Mata Rio menyipit ketika membaca sebuah nama yang tertera di layar ponsel milik istri keduanya. “Mas, ini kopinya!” Tepat saat itu, Slavia muncul dengan membawa secangkir kopi di tangannya. “Itu ponsel aku, Mas?” Rio mengangguk. “Ardan yang telepon, ada urusan apa dia?” Slavia tidak tampak gugup, reaksi yang sangat bertolak belakang dengan yang diharapkan Rio. “Pasti masalah bisnis kami,” katanya tenang sembari meletakkan secangkir kopi di atas meja. “Aku angkat dulu teleponnya.” Mau tidak mau, Rio memberikan ponselnya kepada Slavia. “Halo, Dan
Baca selengkapnya