Semua Bab Menjadi Istri Kedua Kakak Ipar : Bab 71 - Bab 80

120 Bab

71 Jangan Ceritakan Kebersamaan Kalian

“Aku mau banget membantu, Bu. Tapi sayangnya kondisi aku juga sedang nggak memungkinkan ....” “Jangan dulu, kamu harus fokus untuk sembuh.” Shara mengangguk saja mendengar ucapan ibu mertuanya. “Aku pulang dulu,” pamit Rio kepada Shara, yang disambut dengan anggukan kepala. “Kapan-kapan ke sini lagi, Rio. Tempat kamu kan memang di sini sama Shara,” ujar Rini. “Iya, Bu. Aku akan tetap menggilir jadwal seperti biasa, aku pergi dulu.” Rini mengangguk dan ibu Rio ikut berlalu pergi bersama putranya. Setibanya di rumah, Rio langsung mendatangi kamar untuk bertemu dengan Nico yang sudah kembali sehat. Disapanya Slavia yang baru saja memberikan susu kepada putra mereka. “Vi, maaf ....” “Tumben pulang, Mas?” Slavia merespons dengan senyuman. Jujur, Rio justru merasa aneh dengan respons Slavia yang tidak tampak marah atau kecewa karena sudah meninggalkannya selama berhari-hari. “Paaahhh! Paaa ...” Ocehan Nico seketika mengalihkan perhatian mereka berdua. “Anak papa!” Rio langsung m
Baca selengkapnya

72 Dia yang Menghadirkan Kamu

Mau tak mau Rio tertawa kecil. “Tidak salah kan kalau aku cemburu sama istri aku sendiri? Apalagi kamu masih muda, baru punya anak satu ....” Tiba-tiba saja Slavia ikut tertawa. “Justru itu, Ardan mana mau sama istri orang yang punya anak satu?” “Semua hal itu bisa terjadi, Vi. Makanya banyakin nonton berita, Jangan cuma nonton akun-akun gosip yang menyebarkan fitnah tentang kita, apalagi kamu.” “Iya juga ya, seharusnya aku fokus ke hal-hal lain. Masalahnya bisnis aku jadi terdampak sangat besar gara-gara segelintir orang yang nggak bertanggung jawab, kadang aku lelah ... Aku malu, Mas. Semua orang rata-rata menyalahkan posisiku, tanpa mereka tahu gimana awalnya sampai aku bisa terjebak dalam pernikahan kakakku. Sekalipun dia bukanlah kakak kandungku ....” Rio mendekati Slavia kemudian memeluknya erat. “Maaf, gara-gara mempertahankan pernikahan kita ... jadi bikin kamu jadi tersiksa seperti ini. Aku bersumpah, niat aku itu baik. Aku hanya berusaha menyelesaikan apa yang sudah Sh
Baca selengkapnya

73 Perjanjian itu Harus Diakhiri

“Aku kira dia sudah kasih tahu kamu segala hal termasuk tentang siapa saja teman-temannya, Mas.” “Dari dulu kami belum sempat ngobrol soal itu, selama ini dia juga sibuk di rumah mengurus Nico. Ke depannya, kamu tidak perlu bingung kalau Via berada di suatu tempat dengan teman-temannya lagi.” “Teman-teman dari mana sih, Mas? Orang aku lihatnya Via itu duduk berduaan saja sama si cowok, bukankah kelihatan dari foto yang aku kirim dulu itu?” Rio memijat-mijat pelipisnya di dalam ruangan tempat di belakang resto, sudah sejak tadi dia ngobrol dengan istri pertama untuk membicarakan bermacam-macam hal. Termasuk salah satunya tentang foto yang sempat dikirim oleh Shara ke ponselnya. “Via bilang kalau masih ada satu teman lagi, perempuan. Dan dia sedang ada di toilet atau di mana, saat kebetulan ada yang ambil foto mereka. Memangnya kamu dapat foto itu dari mana sih?” Shara tidak segera menjawab. “Oh itu, kebetulan ada teman aku yang suka nongkrong di kafe-kafe ... Dia kontak aku dan b
Baca selengkapnya

74 Fokus dengan Shara

Bagaimana kalau nanti Slavia mengadu kepada Rio dan malah membuat masalah mereka semakin memanas? Tidak, Shara tidak bisa membiarkan semua itu terjadi. Benar kata ibunya bahwa dia harus menjalani pernikahan ini sehati-hati mungkin. Mendapatkan hati Rio sepenuhnya, itu adalah tujuan utama. “Ibu pulang dulu,” pamit Rini setelah dua minggu lamanya dia menginap di rumah menantunya. “Biar Rio tahu kamu butuh perhatian karena sendirian di rumah ini.” “Aku nggak pernah usir Ibu, lho ....” “Ibu paham, kasihan ayah kamu juga harus bolak-balik karena ibu nggak ada di rumah ... Pokoknya kamu harus jaga tindakan, kalau bingung jangan ragu untuk menghubungi ibu.” Shara menganggukkan kepala. “Aku akan menikmati posisi sebagai istri pertama, sampai tiba waktunya bagi Mas Rio memiliki satu istri saja.” Rini mengacungkan jempolnya, setelah itu berlalu ke depan rumah untuk menunggu jemputan suaminya. “Ibu mau ke mana?” sapa Rio yang baru saja tiba di rumah. “Ibu mau pulang, ibu titip Shara. Jag
Baca selengkapnya

75 Menjadi Momok Menakutkan

Ternyata Shara memperbarui status miliknya dan itu tampak di mata Slavia, yang biasanya tidak pernah tertarik untuk mengintip status pembaruan dari siapapun kecuali milik admin yang bekerja kepadanya. Namun, entah kenapa kali ini jari Slavia terasa gatal untuk menyentuh status yang diperbarui oleh kakaknya. Dan detik itu juga Slavia langsung merasa menyesal. Di dalam status itu, terdapat pembaruan yang memperlihatkan sepasang tangan yang sedang saling menggenggam dengan erat. Ya, hanya dua pasang tangan saja, tetapi itu cukup membuat hati Slavia terasa nyeri seakan tertusuk duri. Dia sangat mengenali tangan itu, arloji milik Rio yang melingkar manis dengan tangan Shara yang menggenggamnya erat. “Ya ampun!” lirih Slavia pelan, cepat-cepat dia angkat jarinya untuk segera menutup aplikasi pesan instan itu dengan keyakinan bahwa Raras atau Ardan akan meneleponnya jika ada sesuatu yang mendesak. Biarpun Slavia setuju untuk meneruskan pernikahannya dengan Rio tanpa mempertimbangkan se
Baca selengkapnya

76 Penolakan Slavia

“Jangan mau disuruh ganti rugi tanpa menyertakan bukti nota pembelian! Atau kalau dia beli online, diharuskan ada bukti video unboxing! Tolak saja, bilang ini sudah ketentuan dari bosnya! Oke, kabari aku secepatnya ya?” Raras mengembuskan napas panjang lalu memandang Slavia dan Ardan bergantian. “Ada apa?” tanya Ardan buru-buru. “Ada yang kompalin ke gudang, katanya sih dia beli satu setel baju muslim, nah bagian hijabnya sobek.” “Terus gimana?” Giliran Slavia yang bertanya. “Pembeli itu nggak bisa menunjukkan nota dan juga video unboxing jika dia beli online.” “Aneh, apa nggak sebaiknya kalian pulang saja ke gudang?” “Admin kita bisa dipercaya kok, Vi. Aku selalu tekankan sama dia untuk bertindak jujur, termasuk mengatasi hal-hal kayak begini.” Slavia menarik napas. “Ada-ada saja yang mau menjatuhkan usaha orang ....” “Sabar ya, Vi. Setelah ini aku sama Raras akan segera pulang kalau urusan sudah selesai, oke?” “Aku malah jadi nggak tenang, Dan.” Raras segera mengimbau kedu
Baca selengkapnya

77 Ikut Aturan Kamu

“Terserahlah, Ras.” Ardan geleng-geleng kepala, lalu menghubungi kontak Slavia. “Sudah ngantuk, ya? Kok nguap?” Rio menatap putra semata wayangnya yang mulai terdiam, ketika itulah ponsel milik Slavia yang tergeletak di atas meja tiba-tiba berdering nyaring. Fokus Rio lantas teralihkan kepada benda pipih itu. Awalnya dia ragu, tapi akhirnya terbit rasa penasaran di hatinya untuk melihat siapa penelepon yang menghubungi Slavia. “Ardan?” Mata Rio menyipit ketika membaca sebuah nama yang tertera di layar ponsel milik istri keduanya. “Mas, ini kopinya!” Tepat saat itu, Slavia muncul dengan membawa secangkir kopi di tangannya. “Itu ponsel aku, Mas?” Rio mengangguk. “Ardan yang telepon, ada urusan apa dia?” Slavia tidak tampak gugup, reaksi yang sangat bertolak belakang dengan yang diharapkan Rio. “Pasti masalah bisnis kami,” katanya tenang sembari meletakkan secangkir kopi di atas meja. “Aku angkat dulu teleponnya.” Mau tidak mau, Rio memberikan ponselnya kepada Slavia. “Halo, Dan
Baca selengkapnya

78 Rio Belum Juga Muncul

Slavia menoleh dan memandang Rio yang sudah berpakaian rapi dengan rambut lebat yang dia sisir rapi sesuai permintaan khusus istrinya. “Kita kan bisa berangkat sama-sama,” ucap Slavia sambil menyisiri rambutnya. “Apalagi Nico sudah anteng ikut neneknya.” “Gunadi yang akan mengantar kamu ke lokasi,” sahut Rio tenang. “Aku masih ada sesuatu yang belum aku siapkan untuk malam ini.” “Biasanya juga teman kamu yang urus semuanya,” komentar Slavia. “Jadi kamu tidak perlu repot-repot.” “Demi kamu, itu bukan masalah.” Rio menggeleng sambil bersiap pergi. “Aku duluan.” “Hati-hati,” ucap Slavia saat memandang punggung Rio yang berjalan menjauh. Entah kenapa malam itu dia merasa ada perasaan yang aneh menggelayut di hatinya, seakan Rio pamit pergi untuk jangka waktu yang lama. “Aku sayang kamu,” lirih Slavia, tapi tentu saja Rio tidak mendengarnya. Selesai bersolek, Slavia segera mengambil tasnya dan turun karena kabarnya Gunadi akan tiba di halaman rumah tak lama lagi. Sambil menunggu, Sla
Baca selengkapnya

79 Aku Juga Sayang Kamu

Slavia mendekat ke mobil ambulan yang di dalamnya sudah terdapat satu korban yang terbaring tak berdaya. “Apa benar ini suami Ibu?” tanya salah satu petugas medis saat Slavia datang mendekat. Dengan hati berdebar, Slavia melongokkan wajahnya untuk melihat lebih dekat korban kecelakaan itu. Hatinya semakin tertekan saat mendapati bahwa sesosok tubuh yang sedang terbaring di depannya ini memang benar Rio. “Iya ...” ucap Slavia dengan suara bergetar hebat. “Dia suami saya.” Sebenarnya tanpa melihat dari dekat pun, Slavia sudah tahu bahwa itu adalah Rio dari pakaian yang dia kenakan. “Mas Gun, tolong kamu hubungi ayah dan ibu mertua.” Slavia menyuruh saat dia turun dari mobil ambulan dan bicara dengan Gunadi yang berdiri menunggunya. “Baik, kamu tenang saja.” Slavia berdiri menunggu dengan tegang sementara Gunadi menghubungi orang tua Rio. Saat mobil ambulan akan meluncur ke rumah sakit terdekat, Slavia memutuskan untuk ikut mendampingi suaminya. “Mas Gun, tolong nanti susul aku ke
Baca selengkapnya

80 Bertemu Sama Suami Kita

“Ibu tahu, tapi kamu juga butuh istirahat.” Ibu mertua memeluk Slavia erat. “Rio sudah ditunggu sama Shara dan orang tuanya, besok saja kamu gantian sama mereka.” “Ibu kamu benar, Vi.” Ayah mertua menimpali dari tempat duduk depan. “Malam ini kamu harus istirahat di rumah, besok kita sama-sama ke rumah sakit untuk menengok Rio.” Slavia mengusap wajahnya sendiri dengan telapak tangannya. “Apa aku diusir pulang, Yah?” tanya Slavia curiga. “Tidak ada yang mengusir kamu,” jawab ayah Rio. “Kamu pingsan tadi, akhirnya semua sepakat untuk membawa kamu pulang ke rumah kami.” Slavia terdiam, meski demikian dia tidak yakin dengan jawaban ayah mertuanya. Semalaman itu Slavia sulit untuk memejamkan matanya, bayangan terakhir Rio saat membisikkan kata sayang itu berkali-kali melintas di pikirannya. ‘Aku sayang kamu.’ Kalimat itu terus terngiang di telinganya sampai Slavia terlelap tanpa sadar karena kelelahan. Esok paginya Slavia buru-buru mengirim pesan kepada Raras begitu dia bangun tidu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status